Marsha, Diantara Cinta Dan Dendam
Hai kembali lagi dikarya ku yang keempat, cerita ini merupakan skuel dari cerita Mawar Tak Berduri dan Takdir Cinta Indah.
Sebelum mulai baca, tambahkan sebagai favorit bacaan kalian ya, jangan lupa like dan komenya juga.
Enjoy reading, semoga selalu sama cerita-ceritanya ya. Love you all 🥰😍❤❤ makasih atas dukungannya selalu.
*
*
*
Suara ketukan stiletto menggema dikoridor kantor lantai lima belas dimana terletak ruang seorang direktur perusahaan Mahardika corp, yang kini dipimpin oleh Marsha Mahardika, generasi ketiga penerus Mahardika corp.
Jika seorang anak yang akan mewarisi perusahaan biasanya akan ditempatkan terlebih dahulu sebagai karyawan biasa, atau staf biasa. Tapi tidak dengan Marsha, dia tak mau menjadi karyawan biasa, dia ingin menjabat direktur langsung.
"Apa kata dunia, jika Marsha Mahardika yang cantik dan stylish ini jadi karyawan biasa. Nggak level." Ucapnya pada sang Apo (panggilan kakeknya), dan Apapnya (panggilan ayahnya).
Menjadi seorang direktur tentunya tidak didapat Marsha begitu saja, gadis yang suka dianggap nakal oleh kedua orangtuanya itu harus memenuhi syarat dan menyanggupi beberapa peraturan. Dia harus bisa membuat perusahaan lebih berkembang lagi, setidaknya lima persen setiap tiga bulan sekali. Dan Marsha menyanggupi itu.
"Kecil," ucapnya seraya menjenntikkan jari. Dan terbukti, selama memegang perusahaan selama enam bulan ini, dia mampu meningkatkan kualitas perusahaan seperti yang keluarganya mau, menarik banyak investor, meningkatkan penjualan, serta meningkatkan kualitas penyiaran televisi, yang biasanya tidak masuk ranting, kini perlahan menunjukkan jati dirinya.
Tentu saja semua itu dia lakukan dengan kerja keras, pergi pagi pulang malam, lembur dan bahkan tidur dikantor, yang menyebabkannya jarang berada dirumah, dan tanpa dia ketahui jika kedua orangtuanya sering kali berselisih paham, karena Amamnya (panggilan mamanya) tidak mau anak perempuannya terlalu memforsir tenaga dan pikirannya.
"Sya, kamu terlalu menyiksa Marsha, tidak seharusnya kamu menargetkan dia seperti itu. Lihat, sekarang dia jarang pulang, bahkan lembur setiap hari, dai sampai tidur dikantor, tidak kenal hari dan tidak bisa membedakan mana hari senin, mana hari minggu." Protes Mawar pada suaminya, dia sedang memasangkan dasi, suaminya itu akan kekantor, memantau kerja putri sulungnya.
"Biarkan saja sayang, kita tidak bisa memanjakanya, dia sendiri yang memilih memegang jabatan direktur. Dan sudah menjadi risikonya, jika menjadi direktur itu kerjanya bukan hanya ongkang-ongkang kaki, duduk didepan laptop, tanda tangan, tidak hanya sekedar itu. Kemajuan perusahaan ditentukan bagaimana cara dia memimpin." Rasya, Apapnya membela diri.
"Bagaimana kalau anak kamu sakit? Kamu tidak memikirkan itu? Aku tidak terima kalau itu sampai terjadi, kamu harus bertanggung jawab. Dia itu baru lulus, harusnya dia bersenang-senang dulu, bukan langsung dihadapkan begitu banyak pekerjaan." Marah Mawar pada suaminya, dia ingin anaknya menikmati masa muda, jangan seperti dirinya, yang bahkan tidak memiliki teman dan tak pernah nongkrong seperti anak muda layaknya.
"Bukan aku yang meminta sayang, dia sendiri yang memilih. Bahkan aku menawarkan dia jabatan biasa, tapi dia tidak mau, ya Marsha harus bertanggung jawab." Mawar mendesah, dia tahu itu, anaknya memang keras kepala, sama seperti Apapnya.
* * *
"Bu Melati, berikan padaku semua lamaran yang masuk, aku yang akan mawawancarainya sendiri." Ucap Marsha pada seorang HRD perusahaannya.
"Baik, miss." Ucap Melati mengikuti langkah panjang atasanya, kemudian memasuki ruangan luas yang didominasi warna pink, dan wangi harum bunga mawar menyambut siapa saja yang memasuki ruangan itu. Sesuai bunga kesukaan Amamnya, dan nama Amamnya sendiri, Marsha begitu mencintai dan mengagumi ibunya itu.
Melati, seorang wanita berusia lebih dari kepala empat, menjadi HRD saat masih dipimpin oleh Rasya Mahardika. Jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi sebenarnya, tapi Melati sudah berada dikantor, dia berharap, Marsha segera mendapat sekretaris baru, dan betah, karena dia sendiri tidak betah harus mengikuti jam kerja Marsha yang sangat otoriter, dia punya anak yang harus diurus pagi-pagi, serta mertua yang sakit struk dirumahnya, sudah pasti dia sangat sibuk dan kerepotan.
Benar kata orang, jika perusahaan dipegang oleh seorang wanita, semuanya pasti akan berubah, peraturan menjadi sangat ketat, teliti, tidak bisa bersantai, bawaannya serius dan tegang, tidak bisa salah sedikit pasti ketahuan, apalagi berbohong, jangan harap itu bisa terjadi. Itulah yang menyebabkan tak ada yang betah bersama Marsha.
Melati meletakkan tumpukan lamaran yang masuk diatas meja Marsha, enam bulan menjadi seorang direktur, sudah lima kali Marsha berganti sekretaris, semuanya hanya sanggup bertahan satu bulan. Ckckck, membagongkan.
Marsha meneliti satu persatu dokumen yang masuk untuk ditandatangani.
"Hah, semua laporan dokumen ini sangat memusingkan," Marsha memijat keningnya "orang Indonesia ini kebiasaan kerjanya mau santai, makanya nggak ada yang betah. Bagaimana mereka mau cepat maju, selama ini bukan salah salah saya kan Bu Melati, jika mereka tidak betah?" tanyanya menaikkan pandangan, menatap Melati yang setia berdiri didepan mejanya.
Melati hanya mengangguk kecil seraya tersenyum tipis.
Ya tapi nggak otoriter juga miss, nggak akan ada yang betah, walau gaji besar, saya aja milih resign dari pada tersiksa, kalau udah nggak butuh, sayangnya saya masih butuh pekerjaan. Gumam melati dalam hati, pastinya hanya berani dalam hati, kalau tidak mau kepalanya mengalami benjol atau luka.
Marsha melihat satu persatu lamaran itu, melihat profil para pelamar, yang menurutnya masuk kriterianya. Pergerakan tangan Marsha terhenti pada satu lamaran, dari sekian banyak yang melamar, ada satu yang menarik perhatiannya, seorang laki-laki tampan, dari data yang diisinya jika laki-laki itu lulusan luar negeri.
"Panggil yang ini," Marsha meletakkan satu lamaran diatas meja, Melati memanjangkan lehernya untuk melihat nama dan wajah yang dimaksud atasanya. "Zidan Xavier."
"Iya, lulusan luar negeri, predikat Summa Cumlaude, seorang laki-laki dengan predikat seperti itu pasti dia punya otak yang cerdas, dia pasti kesulitan mencari kerja, aku yakin dia betah. Kamu mau bertaruh dengan ku, Bu Melati?"
"Hah! Tidak miss, saya takut salah prediksi, saya percaya sama miss, jika laki-laki ini betah kerja sama miss Marsha. Sesuai yang miss katakan."
Marsha menjentik jarinya "Good, kamu memang pintar cari aman Bu Melati, cepat panggil, jadwal saya padat. Jangan buang-buang waktu percuma."
Melati membungkukkan badan sebelum keluar, saat pintu ruangan Marsha tertutup, Melati mengusap dada seraya membuang nafas panjang, "Sabar Melati, chayo, ya Allah, semoga pelamar kali ini diterima dan betah." Melati menengadahkan tangan berdoa.
Tak lama Melati kembali bersama seorang laki-laki tampan, muda, kulit putih bersih, wangi, yang membuat Melati betah berjalan disampingnya, bahkan Melati ingin menempel rasanya.
Dengan dada berdegup kencang, Melati mengetuk pintu, dan terdengar suara yang terdengar horor itu menyahut. "Masuk," bagi orang yang tidak mengenalnya, mendengar suara lembut itu akan terpesona, apalagi melihat wajah cantiknya, tapi tidak dengan Melati dan karyawan yang sudah kena dampratanya, suara itu terdengar horor ditelinganya.
"Silahkan masuk Pak Zidan, miss Marsha sudah menunggu." Melati menutup pintu, membiarkan Zidan masuk sendiri, dia memilih kembali keruanganya, tak sanggup jika harus mendengar kata-kata pedas yang keluar dari wanita cantik itu, apalagi korbannya kali ini laki-laki tampan, Melati tidak akan kuat melihat wajah memelas laki-laki itu.
"Sayang banget cakep-cakep kalo sampe harus jadi anak buah wanita harimau itu." Melati bergidik, dia berlari keruanganya.
Zidan memasuki ruangan Marsha, berjalan percaya diri, dia berdiri didepan meja calon atasanya yang masih betah memandang i-mac yang ada dalam genggamanya.
"Perkenalkan diri kamu" Ujar Marsha tanpa mengalihkan pandangan.
"Bukanya anda sudah membacanya sebelumnya?" Ucap Zidan berani.
Marsha cukup terkejut dengan jawaban tak sopan itu.
"Kamu sepertinya tidak butuh pekerjaan. Silahkan keluar dari ruangan saya," usirnya sambil mengibaskan tangan, walau dia butuh, tapi harga dirinya sangat tinggi.
Zidan yang memiliki tujuan sendiri disini hanya bisa pasrah dan menurunkan egonya, wanita didepanya ini cukup angkuh, pikirnya.
"Saya Zidan Xavier, melamar menjadi sekretaris pribadi Marsha Mahardika, lulusan terbaik universitas ternama luar negeri, memiliki dedikasi tinggi, melayani, membantu kemajuan perusahaan yang bergerak dibanyak bidang. Memiliki loyalitas tinggi dalam bekerja."
"Loyalitas tinggi?" Marsha mengetuk-ngetukkan jarinya yang sudah dimenipadi menicure dan dicat warna brand ternama seperti channel, dan dipadukan dengan motif blink-blink lucu kesukaanya. "Berarti kamu siap bekerja hingga jam kerja yang tak ditentukan? Begitu maksudku?"
Zidan mengangguk, tanpa mengerti jam kerja yang dimaksud Marsha.
"Jawaban singkat tepat padat, aku suka. Kamu tahu Zidan, jika laki-laki yang dipegang dari ucapannya?"
"Apa?" Marsha mendelik mendengar keterkejutan Zidan "Ehh maaf Bu,"
Memang ini hubungan relation ship.
Marsha mengeluarkan kertas dari laci meja kerjanya "Tanda tangan ini, tapi sebelum kamu menandatanganinya, baca terlebih dahulu dengan teliti, ingat, bacaan dan daya ingat kamu, saya artikan jika itu kemampuan otakmu bisa bekerja dengan baik disini." Ucap Marsha tegas kembali mengetukkan jari telunjuknya diatas kertas itu.
Zidan berangsur mengambil kertas dihadapanya, membaca dengan teliti satu persatu poin yang tertera disana. Aturan yang biasa seperti perusahaan pada umumnya, namun diakhir poin, tertera nominal yang bisa membuat bola mata Zidan hampir copot "Jika melanggar kontrak, akan didenda satu triliun?"
"Iya, bagaimana, kamu keberatan?" Marsha menaikkan alisnya. "Tapi gaji sebulan kerja kamu disini, hanya bisa kamu dapatkan dengan bekerja berpuluh-puluh tahun diperusahaan lain." Lanjut Marsha sombong, sengaja dia melakukan perjanjian yang tak masuk akal ini agar tidak seenaknya saja yang menjadi sekretarisnya bisa mengundurkan diri sebelum waktu yang ditentukan.
"Oke, saya terima." Zidan meletakkan kertas, dan langsung membubuhi tanda tangannya.
"Kontrak kamu dua tahun, kamu sudah baca Zidan?"
"Sudah Bu."
"Good, you can start working today, and i hope you can be professional ." (Bagus, kamu bisa mulai bekerja hari ini, dan aku harap kamu bisa bekerja profesional."
Zidan mengangkat alisnya mendengar kata profesional, apa maksudnya "Jangan melanggar kontrak kerja Zidan, memang apa yang kamu pikirkan?" Jelas Marsha yang seolah tahu pertanyaan dalam hati Zidan, belum apa-apa chrmistry diantara keduanya sudah terbentuk "Tapi kamu juga harus profesional dalam hal lain," Zidan memicingkan mata "Dilarang jatuh cinta pada atasan," ucap Marsha percaya diri, membuat Zidan tertawa dalam hati, "lucu sekali wanita ini, sangat percaya diri, tapi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, hai nona angkuh. Dan aku akan menghancurkanmu, seperti keluarga mu, menghancurkan ibuku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dan balas Dendam pun di mulai..Kita tgu dan lihat siapa yg terjebak dan menjebak..😀😀
2024-05-25
0
Yuliana Purnomo
duuh anaknya siapa niih zidan
2024-05-22
0
Hikmah Bae Ya
ibu yg manah yah aku agak lupa tuh
2022-09-06
0