"Hai Misya, kamu juga datang? Terima kasih sudah menyempatkan datang ya, mana papa kamu?" Istri pak Robert dan Misya saling menempelkan pipi kiri-kanan.
"Papa ada dirumah nyonya Robert, beliau 'kan sudah sepu, jadi cukup diwakilkan saja." ekor mata Misya melirik Zidan.
"Salam ya buat papa ya, oh ya, kenalkan ini Marsha, dan ini pacarnya Zidan."
Misya tersenyum ramah pada Marsha, mengulurkan tangan untuk berjabatan, namun Marsha hanya menyentuh ujung jemari Misya, dengan wajah angkuh seperti biasa lalu mengibaskan rambut keritingnya kebelakang.
Misya tersenyum, kekasih Zidan seperti ini? 'Huh sangat tidak sopan' tak ingin ambil pusing sikap Marsha padanya, kemudian Misya mengulurkan tangannya pada Zidan.
"Tak perlu berjabat tangan, maaf bukan muhrim." Marsha menyingkirkan tangan Misya, membuat tawa istri pak Robert terlepas begitu saja melihatnya, hingga mengundang perhatian para tamunya. Tapi tidak dengan Misya, dia mengangkat wajahnya seperti menantang.
"Oh ya, maaf kalau begitu," Misya mau tak mau menyembunyikan tangannya.
"Anda lucu sekali Marsha, aduh manis sekali, sama-sama bucin ya. Dan kamu orangnya apa adanya sekali ya, tak ada sok-sok ramah atau dekat." Istri pak Robert belum menghentikan tawanya "Aduh saya sampai sakit perut, suami mana suami?" dia kemudian pergi dari sana mencari suaminya minta diperlakukan spesial juga. "Saya tinggal dulu ya, aduh melihat tingkah Marsha, aku bukannya sebal kok malah terlihat manis ya, jadi pengen mempraktekkan, kira-kira cocok kayak Marsha nggak ya kalau aku angkuh begitu?"
"Senang berkenalan dengan anda Marsha." Misya mencoba memancing Marsha "Apa anda tahu pacar anda ini siapa? Dia punya pasangan atau belum?" Tanyanya sambil melirik Zidan. Zidan hanya geleng kepala.
"Apa harus aku jawab? Kita sepertinya tidak saling mengenal, jadi aku tak perlu menjawabnya." Marsha menggamit tangan Zidan, mengajak Zidan pergi dari hadapan Misya, membuat hati Misya begitu dongkol.
Misya hanya bisa memperhatikan kepergian Zidan tanpa penjelasan apapun dari laki-laki itu.
"Awas kamu Zidan, kamu harus bertanggung jawab atas perlakuan kamu malam ini."
Hari semakin malam, Marsha memutuskan untuk pulang karena dia juga merasa seperti selalu diawasi oleh Matthew dari jauh.
"Kita pulang sekarang Miss?" Zidan berjalan dibelakang Marsha, memperhatikan kulit punggung Marsha yang mulus, bossnya itu hanya menjawab dengan gumaman. Zidan mengerti jika Marsha masih marah padanya, Zidan kemudian mencekal lengan Marsha membuat Marsha melihat pada tangannya.
"Maaf Miss, tapi apa saya boleh minta waktu anda untuk saya minta maaf atas kelancangan saya tadi? Saya ingin menebus kesalahan saya Miss."
"Apa?" Tanya Marsha menaggapi, padahal dia niatnya ingin mendiami Zidan saja.
"Mari ikut saya."
Zidan berjalan mendahului tanpa menunggu jawaban dari Marsha, dia membukakan pintu mobil untuk Marsha yanh sudah ada didepan menunggunya "Bagaimana Miss, sudah nyaman?" Marsha hanya mendengus atas ucapan Zidan tanpa menjawab. Zidan tersenyum ikut masuk dan duduk disebelah bosnya.
Selama diperjalanan, tak ada yang membuka suara, Marsha tak menanyakan apapun akan kemana Zidan membawanya. Pandangan terus kedepan, sesekali Zidan meliriknya, Marsha menyadari itu, namun dia membiarkannya. Hingga tibalah mereka pada sebuah hotel yang yang cukup mewah.
"Kenapa kita kesini?" Marsha melihat sekeliling hotel yang sudah ia ketahui jika ini pemilik pengusaha muda juga, tapi dia tak tahu dan belum pernah berkenalan dengan putra pemilik hotel ini.
"Ini hotel milik teman saya Miss, saya sudah izin untuk membawa anda kesini," Zidan mencoba membuat Marsha percaya padanya "saya yakin anda tidak akan menyesal jika ikut saya turun. Saya janji tidak akan macam-macam."
"Awas ya kalau macam-macam." Ujarnya seraya memelototkan mata pada Zidan.
"Ampun Miss, saya takut jika didiami anda, bukan takut dipukuli."
"Dasar aneh." Cibir Marsha.
Mereka menaiki lift untuk menuju rooftop hotel tersebut, Marsha tak sedikitpun mengajak Zidan berbicara, dia masih merasa kesal, namun kenapa dia juga mau menuruti keinginan Zidan, padahal bisa saja dia menolaknya, namun hatinya ingin tetap ikut. Tibalah mereka pada ruang yang langsung menuju tangga untuk naik ke rooftop tersebut. Marsha dibuat tercengang melihat ada jet pribadi diatas sana.
"Zidan, this is serious?" Marsha memutar badanya melihat Zidan yang berjalan dibelakangnya.
Zidan berjalan mendahului Marsha "Yes Miss, apakah anda siap untuk melihat keindahan Jakarta dari ketinggian?" Marsha masih memandang takjub pada barang didepanya, seperti tak pernah melihat barang seperti itu. Kemungkinan dia mendongak pada Zidan yang mengulurkan tangannya untuk naik ke jet pribadi itu.
Menggunakannya kaca mata spesial dan headset, Marsha bisa menikmati pemandangan kota Jakarta dari ketinggian, Marsha tak henti-hentinya mengucapkan kekagumanya.
"This is Jakarta, Zidan? Ini sangat cantik, sangat cantik Zidan, aku baru kali ini melihat Jakarta dari atas, memang benar sangat indah."
"Itu gedung kita Miss." Tunjuk Zidan pada gedung milik Mahardika corp yang merupakan kantor mereka, gedung itu memperlihatkan lampu sorotnya yang gemerlap dari atas.
"Gila, ternyata kantor aku masih kalah keren dibanding kantor kompetiror."
Zidan hanya tersenyum, Marsha tak mau kalah saing dari yang lainnya, melihat Marsha yang terus tersenyum membuat Zidan merasa senang.
"Anda suka Miss?" tanya Zidan kemudian.
Marsha melihat pada Zidan yang menatapnya "Kenalkan aku pada teman kamu pemilik hotel ini Zidan, katakan padanya aku ingin bertemu." Bukan menjawab, Marsha malah meminta pada Zidan.
Dia ada didepan anda Miss, menikmati senyum anda.
"Zidan kamu dengar yang aku katakan?'
"Iya, iya Miss, nanti saya sampaikan."
Marsha kembali melihat kebawah, kemudian dia memejam, merentangkan tangannya, menikmati udara kota Jakarta dari ketinggian.
"Dia pasti mengenalku Zidan, tak mungkin dia akan menolak permintaan ku." Ucap Marsha lagi, masih dengan posisi yang sama.
Zidan tak menjawab, dia terus menikmati wajah cantik Marsha yang memperlihatkan kebahagiaannya, cantik tanpa cela, dan sifat angkuhnya, Zidan sangat menyukainya, bukan sebaliknya.
"Jadi anda memaafkan saya Miss?"
Marsha membuka matanya, menoleh pada Zidan "Untuk kali ini iya, sebab kamu pasti mengeluarkan uang lebih untuk membayar ini semua."
"Tapi akan saya buat tagihan nanti Miss."
"Zidan kamu jangan pelit sama atasan." Ucapnya sengit.
Zidan kembali tertawa, Marsha selalu saja ada kata untuk membela diri.
* * *
"Pak tuan muda Zidan membawa Marsha ke hotel milik tuan, mereka memakai jet milik anda."
"Biarkan dia berbuat sesukanya, jangan lupa berikan minuman spesial agar wanita itu menyesal seumur hidup, jangan hanya wanita itu, tapi Zidan juga, sudah terlalu lama Zidan bermain-main." Kakek Zidan memelintir kertas kecil ditanganya, dia sudah mendapatkan laporan jika Zidan telah mencium Marsha.
Sementara itu, Misya pulang kerumah dengan perasaan marah yang teramat.
"Pa, apa maksud Papa akan menjodohkan Misya pada Zidan, sedang Zidan memiliki wanita lain, dan papa tahu, wanita itu Marsha Mahardika Pa, anak konglomerat."
Adu Misya pada papanya saat baru sampai rumah, papanya sedang menonton televisi.
"Kakeknya Zidan bilang Zidan itu masih sendiri kok."
"Tapi tadi dia datang ke acara pak Robert sama Marsha Pa, mereka bercumbu didepan umum."
"Baik, Papa akan minta penjelasan pada kakek Zidan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
jhon teyeng
Oke kakak yg punya cerita, aku ssh ikuti 2 karya dr kakak, semoga tdk ada yg terjadi mengeluarkan pembaca😁
2023-05-25
0
nissa
lanjut Thor💪
2022-07-07
0
Ana
lnjut thor biar mrk menikah jd gak bls dendam
2022-07-07
0