"Aku harus membuat para petinggi disana terpesona dengan kehadiran ku." Marsha menyemprotkan parfum dileher, dan sekitar ketiaknya, membuat Zidan yang duduk disampingnya mengibas-ngibaskan tangannya didepan hidung.
Marsha meliriknya tajam. "Parfum aku tidak bikin iritasi lubang hidungmu Zidan." ketusnya seperti biasa. Kemudian dia melanjutkan memoleskan lipstik merah merona dibibir ranumnya.
Zidan yang melihat itu refleks menarik tissu yang ada ditengah-tengah mereka, menarik dagu Marsha untuk mengahadapnya, menghapus lipstik yang belum lima menit menempel dibibir bos galaknya tanpa permisi.
"Zidan, what are you doing? Yuo crazy? Ini lipstik mahal, kamu menghapusnya tanpa seizin aku?" Marahnya, atas kelancangan Zidan.
"Kalau terlalu merah, anda terlihat norak Miss, dan anda terlihat seperti butterfly malam," ucap Zidan menirukan bahasa gaul Marsha, namun juga tak menghentikan tanganya untuk terus menghapus.
Marsha menarik nafas, mengalihkan tatapannya dari wajah serius Zidan, yang entah mengapa terlihat begitu tampan, dimatanya, membuat jantung Marsha berdegup kencang.
"Apa begitu Zidan?" tanyanya dengan nada lembut, kemudian menggigit bibirnya, membuat Zidan yang melihat itu sampai menelan ludahnya.
Tak ada adegan saling tatap lama seperti didrama-drama, karena Zidan langsung bisa mengontrol perasaannya.
"Jika seperti ini, anda lebih terlihat wanita berkelas, seperti yang anda inginkan." Jujur Zidan setelah penampilan Marsha sederhana dan natural.
"Oke, kali ini kamu maafkan, tapi lain kali jangan harap! Kamu lancang menyentuh kulitku." Marsha membuka pintu mobilnya tanpa menunggu Zidan yang membukakan, memasang kaca mata hitamnya, kemudian berjalan lebih dulu menuju ruang rapat, diikuti dua bodyguard yang ia pinta pada sang kakek, sedang Zidan masih mengatur nafas, dia hanya refleks melakukan hal tadi.
"Semoga posisi mu aman Zidan." Monolog Zidan pada dirinya sendiri, yang kemudian dia segera mengejar langkah bosnya.
Marsha berjalan memasuki ruang rapat dengan wajah angkuh dan percaya diri menuju tempat duduknya yang telah disediakan, diikuti Zidan dibelakangnya.
Semua orang yang berada diruangan otomatis berdiri saat menyambut kedatangan Marsha, tak terkecuali Abian dan papanya, dan Marsha hanya membalas sambutan dengan senyum singkat dan tipisnya.
"Kita mulai sekarang, saya tidak suka mengulur waktu," ujar Marsha to the point dan mendudukkan pantattnya yang sudah dibukakan oleh Zidan.
"Benarkan Zidan, semua orang terpesona padaku." Bisiknya pada Zidan saat Zidan sedang meletakkan berkas meeting mereka.
"Dan jika Miss memakai lipstik tadi, maka mereka akan mentertawakan anda Miss, karena anda terlihat seperti ondel-ondel." Zidan bungkam karena lirikan elang, Zidan melipat bibirnya segaris.
Seorang sekretaris bernama Damar berdiri, membuka rapat, memberikan presentasi perusahaan didepan Marsha, dan Damar dibuat gelagapan karena Marsha mengajukan begitu banyak pertanyaan.
"Airlanngga Airlines, berdiri sejak dua puluh tahun lalu, baru mendapat penghargaan sebagai maskapai terbaik karena belum ada insiden kecelakaan, penghargaan itu satu tahun yang lalu didapat?" tanyanya, dan Damar mengangguk "dan crew cabin terbaik didapat sembilan bulan yang lalu?" tanyanya lagi tentang pencapaian prestasi Airlanngga Airlines yang dijelaskan Damar, dan kembali membuat Damar dan yang lain secara otomatis mengangguk menjawab pertanyaan Marsha.
"Menjalin kerja sama dengan tiga layanan penyedia aplikasi online?" Marsha kembali memastikan, dan Damar menjawab iya.
"Sebenarnya cukup lambat pertumbuhannya, dan jika dilihat dari statistik keuntungan juga dibawah lima puluh persen," Marsha berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari i-mac yang dipegangnya, "no problem, tapi saya suka karena kalian selalu mengutamakan kualitas pelayanan dan kualitas maskapai itu sendiri, perawatan pesawat memang tidak murah, saya tahu itu." Ucapnya,dia baru mengangkat pandanganya dan memberikan imac miliknya pada Zidan. Dan cekatan Zidan menerimanya.
"Saya juga tidak ingin jika sparepart yang digunakan merupakan parepart sampah," Marsha menekankan kata sampah pada sparepart bekas yang dia maksud. "Ingat, semua yang digunakan harus serba baru, kalian juga harus selalu menyediakan semua peralatan yang baru, jadi jika ada kerusakan tidak menggunakan sparepart yang ada pada awak lain, seperti yang terjadi dari maskapai yang sering saya dengar, mereka menukar sparepart pada pesawat yang sedang tidak, itu bisa menyebabkan kerusakan pesawat secara berulang, dan bisa menyebabkan kecelakaan, dan hilangnya ratusan nyawa penumpang. Itu lucu bukan? Nyawa orang seperti bahan percobaan." Marsha tersenyum miring.
"Saya menggelontorkan uang saya tidak sedikit disini, jadi saya ingin tunjukkan kemajuan maskapai ini dalam enam bulan kedepan, dan jika bisa, tingkatkan lagi keuntungannya, emm" Marsha nampak berpikir, "dan lagi, jika terjadi hal-hal negatif atau berita yang tak sedap tentang maskapai ini, terutama jika ada skandal antara crew cabin, saya tidak segan-segan menarik kembali uang saya," tegasnya, Marsha melirik Zidan yang duduk disebelahnya, membuat Zidan mengangkat alisnya, tak paham apa maksud lirikan Marsha, membuat Marsha berdecak sebal dan memutar bola matanya.
"Saya ingin mengubah peraturan disini, bisa?" tanyanya mengulum bibir, seketika raut angkuhnya berubah menjadi menggemaskan
"Silahkan." pak Philips mempersilahkan sambil terkekeh kecil, penasaran apa yang diminta Marsha.
"Saya ingin kalian menggunakan catering ayah saya untuk makan siang karyawan disini." Jawabnya cepat diikuti wajah puppy eyesnya.
Suasana yang tadinya tegang kini sedikit mencair sebab permintaan Marsha.
"Baik, baik miss, itu bukan permintaan yang buruk," jawab pak Philips Hamzah.
"Great, saya senang pak Philips Hamzah jika kerja sama kita tidak alot begini, untuk meningkatkan pemasaran maskapai kita, saya akan gencar membuat iklan distasiun televisi saya, tenang, untuk promo, saya akan menggratiskan iklan selama seminggu," ujarnya percaya diri "semua usul saya bisa saling menguntungkan untuk kita bukan?" ucapnya "Ahhh satu lagi, saya mau bagi-bagi tester parfum milik Amam saya, tapi ini hanya dikhususkan untuk para istri bapak-bapak dirumah, ingat ya Pak, ini sekedar oleh-oleh buat istri dirumah, jangan yang diluar rumah." Marsha tertawa seraya menutup mulut, tawa yang begitu cantik.
Marsha mengangkat paper bag hitam berlogo parfum itu dari bawah meja, dan mengeluarkan satu persatu botol parfum berukuran tiga puluh mili keatas meja, "jika bapak-bapak berminat, ada parfum khusus pria, tapi beli sendiri ya distore milik amam saya," sambungnya lagi dan tertawa kecil, "Zidan, bagikan pada mereka." Perintah Marsha Ziďan.
"Baik miss," jawab Zidan patuh, kemudian membagikan satu persatu parfum itu pada peserta rapat yang hadir.
"Baik, saya rasa pertemuan kita cukup sampai disini, semua sudah deal , apa ada yang perlu ditambahkan?" tanya Marsha saraya berdiri dari duduknya.
Semuanya saling pandang, dan kemudian menggeleng.
"Baik kalau tidak ada, saya rasa pertemuan kita cukup sampai disini, jika biasanya saya akan mengajak makan bersama setelah kerja sama kita Pak, tapi maaf sekali, jadwal saya cukup padat hari ini, jadi saya bawakan makanan untuk kalian dari restoran ayah saya, nanti akan dibagikan oleh sekretaris saya," Marsha kembali melirik sekretarisnya.
"Terima kasih miss, tidak apa, ini sebuah kehormatan sekali miss Marsha sudah berbaik hati meluangkan waktunya kesini, lain waktu saya yang akan mentraktir miss Marsha, dan akan mengajak serta anak dan menantu saya," Papa dan Abian berdiri berjabat tangan dengan Marsha, "Kenalkan, ini anak bungsu saya miss, namanya Abian Philips Hamzah, dia merupakan salah satu pilot di maskapai kita,"
"Oh ya! Keren, sudah menikah?" tanya Marsha spontan lalu melirik Zidan, membuat Zidan yang sedang membagikan parfum itu menghentikan kegiatannya sejenak. "Saya suka laki-laki berprofesi pilot, mereka selalu terlihat gagah dan keren." Candanya.
Hahaha pak Philips Hamzah tertawa, "sayang sekali ya miss, anak saya ini sudah menemukan jodohnya."
Marsha memajukan bibirnya kecewa "Kalau begitu pak Philips harus melahirkan anak laki-laki pilot satu lagi untuk saya."
"Saya tidak yakin anda masih secantik ini miss." Abian menimpali ucapan Marsha, membuat Marsha mendengus tak suka.
"Lima puluh tahun kedepan juga saya masih tetap seperti ini, pak Abian, dan anda mungkin sudah dimakan cacing, saya ini sejenis vampire yang hidup dan berdampingan dengan manusia, bukan begitu Zidan?" Ia menarik kepalanya kekiri, untuk melihat Zidan, dan kembali meminta pendapat dari sekretarisnya, sepertinya apa yang dia lakukan dan ucapkan selalu minta pendapat dari sekretarisnya.
Zidan tampak menarik nafas dalam, tersenyum manis, lalu mengganggukan kepala. "Sepertinya kita harus pergi sekarang miss, kita sudah terlambat sepuluh detik."
zidan harus segera menghentikan kenarsisan bosnya, agar wibawa bosnya tidak turun. Tanpa disadari, Zidan sudah mulai memberikan perhatian kecil.
Zidan merapikan dokumen milik Marsha diatas meja."Kamu terlalu serius dan bawel Zidan," gerutu Marsha tapi menurut apa yang diucapkan Zidan.
Semua peserta rapat ingin menjabat tangan Marsha, pesona gadis cantik angkuh nan pintar itu mampu memikat hati siapa saja yang melihatnya, terlebih lagi tampilanya yang cukup seksi dan wangi, para laki-laki tua itu ingin merasai lembut telapak tangan Marsha, tapi tidak dengan papa dan Abian. Namun Marsha selalu menolak jika rekan bisnisnya ingin berjabat tangan dengannya, diwakilkan oleh sang sekretaris, menurutnya kerja sama mereka cukup ditanda tangani diatas kertas.
Marsha mengenakan kaca mata hitamnya sebelum pergi, dan kembali memasang wajah angkuh, kemudian meninggalkan ruang rapat, namun langkahnya terhenti ketika Danuarta ingin menerobos masuk ruang rapat, untung didepan sudah ada dua orang bodyguardnya dan penjaga dari Papa Abian.
Marsha mengendikkan bahu ketika melihat seseorang yang dia tak tahu siapa, datang- datang berteriak membuat keributan. Dia tak terganggu oleh perilaku laki-laki itu.
"Bereskan masalah kalian sebelum saya menandatangani surat perjanjian kita," ucap Marsha, kemudian dia melenggang pergi diikuti Zidan dan dua bodyguard dibelakangnya.
Saat akan memasuki mobil yang sudah dibuka Zidan, Marsha tiba-tiba oleng dan ingin ambruk, dengan cepat, Zidan menangkap tubuh bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
jhon teyeng
ambruk kyak jembatan gt kak?
2023-05-24
0
Hikmah Bae Ya
ini Abian yg di cerita sebelah kan
2022-09-07
0
Rachmawati 8281
seneng ada pak philip Hamzah dan putra bungsu nya,,,, 🤭🤭🤭🤭
2022-07-03
0