Walau sempat terkejut karena dia harus memulai bekerja hari ini juga, tapi Zidan bisa mengimbangi kerja Marsha yang cukup padat dengan cepat. Setelah diberi tahu Melati meja kerjanya yang terletak didepan ruang Marsha, dan telah diperkenalkan staff-staff yang sering berhubungan dengan Marsha, makanan dan minuman apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh atasanya itu. Kini Zidan mengikuti Marsha mengadakan rapat diluar bersama seorang clien yang cukup penting.
Pertemuan itu diadakan direstoran cukup mewah, ditempat yang tertutup dan sangat privasi, awalnya Zidan tidak diperbolehkan masuk, namun Marsha cukup pintar dalam membaca situasi, dan akhirnya Zidan diperbolehkan ikut serta dalam meeting.
Selama meeting, Zidan memperhatikan cara clien Marsha memandangnya penuh minat dan tatapan liar. Namun Marsha tak terganggu sedikitpun, setiap pertanyaan dan ucapan laki-laki tua yang memiliki perut buncit itu ditanggapi Marsha seadanya.
"Brengsekk, jangan dia pikir aku wanita dan masih muda dia bisa mengecoh ku." Marsha melempar map yang telah ditandatangani oleh clienya itu disisi tempat duduknya "dasar laki-laki hidung jambu, sudah jelek banyak tingkah." Gerutu Marsha setelah didalam mobil. "Pak, antar aku ke mall biasa," pintanya tak ingin dibantah.
Zidan hanya diam, dia tak berani berkomentar, namun dia memperhatikan cara kerja Marsha, dan mencari cela, terobosan apa yang akan wanita itu lakukan? Zidan harus tahu rahasia perusahaan Mahardika corp.
Sampai di mall, Zidan terus mengikuti langkah Marsha dari belakang, wanita itu banyak membeli barang-barang brandet kesukaanya hingga menghabiskan uang ratusan juta rupiah, dan berhasil membuat kepala Zidan cukup pening.
"Laki-laki seperti apa yang bisa menerima wanita boros seperti ini? Terlalu menghambur-hamburkan uang." Gumam Zidan dalam hati.
"Zidan, bagaimana menurutmu? Aku ..." Marsha mengulum senyum "cocok nggak pakai gaun ini?" Marsha keluar dari ruang ganti mengenakan gaun hitam dengan tali spagetthy, yang mengekspos bahu serta punggungnya, serta belahan hingga kepahanya. Pandangan Zidan makin turun, kini kaki bosnya dibalut dengan sepatu hight heels baru lagi.
Perasaan tadi udah beli?
"Terlalu seksi dan terbuka." Jawab Zidan apa adanya, dan itu membuat Marsha mendengus.
"Kamu tidak tahu fashion Zidan, model pakaian terbuka seperti ini sudah menjadi tren dipakai oleh kalangan pengusaha seperti ku," Marsha mengibaskan rambutnya kebelakang "Ahhh kamu tidak akan paham, kamu anak baru didunia bisnis." Ucapnya seolah merendahkan.
Ya ya ya, suka suka anda saja Bu Marsha terhormat.
"Gaun ini akan aku pakai dalam rangka ulang tahun televisi ku nanti, kamu juga harus berdandan yang rapi, jangan membuatku malu."
Setelah selesai dengan acara belanja, kini mereka kembali lagi ke kantor, Zidan duduk ditempatnya, kemudian menyalin hasil meeting mereka tadi, hingga tak lama, datang laki-laki muda tampan masuk menerobos keruang Marsha begitu membuat Zidan terkejut.
Zidan segera berdiri dan mengekori pemuda itu.
"Maaf Bu, laki-laki ini langsung menerobos masuk," ucap Zidan seraya menundukkan tubuhnya, dihari pertamanya dia merasa benar-benar ceroboh.
Marsha menatap tajam Zidan, kemudian berpindah pada pemuda yang justru tersenyum manis padanya.
"Kamu perhatikan wajahnya Zidan," tunjuk Marsha wajah pemuda didepanya "jika laki-laki ini datang lagi, tendang dia sampai kelantai bawah." Marsha berkata ketus, membuat pemuda itu tertawa kecil bukannya marah atau terhina. Zidan mengangkat pandanganya untuk melihat jelas wajah yang dimaksud atasanya, cukup tampan dan kira-kira seusia Marsha, namun gayanya cukup trendy dan santai, gaya anak kuliahan, sepatu sneakers, mengenakan kaos putih dan dilapisi kemeja biru tua polos.
"Sekretaris baru lagi? Dan sekarang laki-laki?" pemuda itu berkata lembut, melihat Zidan sekilas kemudian menatap Marsha.
"Keluarlah Zidan," usir Marsha dengan mengibaskan tangannya.
Zidan menurut, dia membungkukkan badan terlebih dahulu sebelum berlalu keluar dari ruangan Marsha, meninggalkan Marsha dan pemuda itu hanya berdua saja didalam, Zidan mencoba mengingat, dia seperti sering melihat wajah pemuda itu, tapi siapa? Zidan menggeleng cepat, itu bukan urusannya, apapun status laki-laki itu, tujuan utamanya adalah membuat Marsha jatuh cinta padanya.
"Mau apa kamu kesini?" Tanya Marsha sambil menandatangani berkas-berkas tanpa mengalihkan pandangannya.
"Hanya berkunjung, melihat kakak ku yang sekarang sangat sibuk, sampai tak sempat menjenguk bunda." Mahesa, adik angkatnya menarik kursi yang ada didepan Marsha, Mahesa melipat tangannya didepan dada, memandang wajah cantik yang terlihat semakin cantik saat sedang serius bekerja seperti ini.
"Aku nanti pasti akan mengunjungi bunda, dan bunda tahu kalau aku saat ini benar-benar sedang sibuk."
"Luangkan waktumu untuk menjenguk bunda. Bunda merindukanmu" Ucap Mahesa "Kenapa harus sekretaris laki-laki, kenapa tidak perempuan seperti biasa?" Mahesa mengatakan hal yang tidak ia suka, ia tidak suka Marsha dekat dengan laki-laki manapun.
Tangan Marsha yang sedang sibuk membolak-balikkan berkas yang harus ia tanda tangani, sontak menghentikan kegiatannya, dan mengangkat pandangan melihat Mahesa.
"Bukan urusanmu." Jawab Marsha singkat, kemudian kembali membaca berkas yang ada dihadapanya.
"Tentu menjadi urusanku, sudah aku katakan, aku yang akan menjadi sekretarismu, hanya tinggal beberapa minggu lagi aku sudah mendapatkan ijazah ku. Lagipula apa sulitnya menerima aku menjadi sekretarismu tanpa harus menunggu lulus kuliah. Aku akan bersikap profesional dan bekerja sesuai yang kamu mau."
"Jangan membuang waktuku Mahesa, cepat keluar aku banyak pekerjaan."
"Kamu selalu menghindar Marsha, apa kurangnya aku? Aku bisa setia seperti yang kebanyakan wanita inginkan. Aku akan bertahan disampingmu seperti apapun kamu. Lihat sudah berapa kali kamu ganti sekretaris, tidak ada yang kuat dengan sifat angkuh dan galak mu itu."
"Aku bilang aku tidak mencintaimu Mahesa, kamu tetap adikku ku," tatap Marsha Mahesa "Adikku tetap adikku, tak akan pernah merubah status itu, kamu paham anak kecil." Ucap Marsha tegas dan itu membuat dada Mahesa naik turun karena menahan emosi. Sudah berapa kali pernyataan cintanya ditolak, jika dia bisa memilih lahir kembali, dia tak ingin menjadi adik angkat Marsha.
Mahesa berdiri dari duduknya, "dan aku juga seperti itu Marsha, perasaanku padamu tak akan berubah, dan tidak ada yang bisa merubah pendirianku. Aku tetap mencintaimu, kita lihat, aku pasti bisa mendapatkanmu." Kemudian Mahesa keluar meninggalkan Marsha yang kini memijat keningnya.
"Mahesa tidak waras, bagaimana kalau amam dan apap tahu perihal ini, atau bunda dan ayah tahu? Apa dia tidak memikirkan perasaan mereka? Anak kecil hanya mementingkan perasaannya." Seketika moodnya menjadi turun, kedatangan Mahesa selalu membuatnya kacau.
Zidan menatap heran pada laki-laki yang keluar dari ruang atasanya itu dengan raut marah dan kecewa, walau dia cukup penasaran dengan apa yang terjadi.
* * *
Hari yang cukup melelahkan bagi Zidan, hari pertamanya bekerja menjadi swkretaris Marsha Mahardika benar-benar menyita waktunya. Jam satu dinihari dia baru sampai rumah. Zidan memakirkan motornya digarasi, dia mengendurkan dasinya, melepaskan kancing kemeja teratasnya.
"Baru pulang Zidan?" Suara kakek mengagetkan Zidan, kakinya yang sudah menyentuh anak tangga sontak terhenti, Zidan membalikkan badanya, melihat kakek yang ternyata sedang menonton televisi.
Zidan kemudian menghampiri sang kakek, menyalami punggung tangannya.
"Kenapa Kakek belum tidur?" Zidan duduk disebelah kakeknya.
"Apalagi jika bukan menunggu cucu kesayangan Kakek pulang."
"Maaf Kek, membuat Kakek khawatir." Zidan mengusap punggung tangan kakeknya.
"Yasudah istirahatlah, kamu pasti kelelahan mengahadapi wanita yang dikenal galak itu." Zidan yang memang sudah sangat mengantuk dan lelah memilih beranjak kekamarnya.
Baru saja sepertinya Zidan memejamkan mata, tapi dia sudah terganggu dengan pergerakan disebelahnya, perlahan ada sesuatu mengusap kelakianya, menyapa dengan manja, Zidan menggeliat, dan tangannya seperti menyentuh benda kenyal yang sekarang malah bermain-main didepan bibirnya. Zidan seketika membuka mata, senyum wanita yang sudah setahun menemaninya menyambut paginya.
"Morning sayang." Sapa wanita yang sudah tak mengenakan apa-apa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
iih siapa siihh,, zidan jg misterius
2024-05-22
0
Rachmawati 8281
penasaran,,,, lanjoot thor
2022-07-03
0
Maida_Ai
bukanya Mahesa Sama besar dgn adek nya marsya yg kembar tu ya kk author?
2022-06-30
0