Zidan berdiri menyambut kedatangan Reyhan, kakek Marsha dan Mahesa, dadanya berdegup kencang, jangan sampai kakek dan Mahesa melihat apa yang telah dilakukannya. Zidan membungkukkan badannya memberi hormat pada kakek Marsha, kemudian melirik Mahesa yang berdiri disebelah kakek. Mahesa menatapnya tak suka, tapi Zidan tetap tersenyum dan memberi salam pada Mahesa, benar-benar membuat Mahesa jengah.
"Pandai sekali dia berakting." Mahesa membatin.
"Apa kamu bernama Zidan?" tanya kakek.
"Iya Pak, saya Zidan Xavier, sekretaris baru Miss Marsha." Jawab Zidan tegas, walau dalam hatinya berharap, kakek tidak melihat apa yang telah dilakukannya.
Kakek tersenyum dan menepuk pundak Zidan "Saya harus memberi kamu apresiasi Zidan, hanya kamu yang mampu bertahan dengannya selama ini." Reyhan duduk di sofa single itu, menatap wajah lelah cucunya yang tertidur lelap.
Zidan bernafas lega, itu berarti tak ada yang melihat apa yang dilakukannya. Sedang Mahesa menggeram dalam diam mendengar pujian Reyhan pada Zidan.
Pandangan Reyhan berpindah pada tubuh Marsha yang berselimutkan jas, kemudian melihat Zidan yang tak mengenakan jas miliknya, kakek mengangguk paham. "Dia terlalu kelelahan, sampai harus tertidur disini, memang seharusnya dia mendapat sekretaris laki-laki yang peka dan bisa menjaganya." Ujar Reyhan memandang Zidan.
"Sudah beberapa kali dia berganti sekretaris, tak tahan dengan jam kerjanya, dia cucu pertama ku, tapi dia tidak manja, dia memang keras kepala, tapi sangat pekerja keras dan sangat berambisi, saya harap kamu kuat dengan jam kerja Marsha Zidan." Sambung Reyhan.
"Saya justru salut Pak, Miss Marsha tidak pernah mengeluh, dan sebagai lelaki, saya merasa malu, karena semangat kerja saya tidak seperti Miss Marsha, beliau tidak hanya cantik, tapi juga pintar dalam segala bidang. Saya jadi termotivasi pada Miss Marsha."
Reyhan kembali mengangguk, setuju dengan perkataan Zidan, walau diberi target yang tinggi, justru Marsha menerima dengan senang hati tantangan yang yang ia dan Rasya berikan, tidak memprotes sama sekali. Jika dia membandingkan anak cucu dari rekan bisnisnya, Marsha jauh lebih unggul, walau dia suka merasa aneh atas keinginan Marsha yang lebih ingin dipanggil Miss, ketimbang nona muda.
Dan para anak pengusaha diluar sana masih tertatih belajar merintis usaha keluarga, bahkan ada yang hanya menghambur-hamburkan uang, hidup bebas bergonta-ganti pasangan, berfoya-foya tanpa memikirkan jika orang tua mereka jungkir balik mempertahankan usaha mereka agar tetap stabil.
Setelah berbincang sedikit, dan Marsha sama sekali tidak terganggu dengan obrolan mereka, Zidan kembali kemeja kerjanya.
"Aku senang sekarang ada yang bisa mengerti Marsha Mahesa, bergonta-ganti sekretaris itu sangat melelahkan." Kakek berpindah pada kursi kebesaran Marsha, melihat hasil kerja cucunya. Sangat bangga, Marsha walau terkadang bersikap aneh, lain dari yang lain, tapi hasil kerjanya sangat membanggakan.
"Apa Apo tidak ingin mencari tahu tentang sekretaris Marsha?"
"Jangan pernah mencampuri urusanku Mahesa." Tekankan lagi Marsha ucapannya, ia menatap tajam pada Mahesa "kenapa kamu begitu mencurigai Zidan? Kamu belum tentu lebih baik darinya." Marsha terkesiap melihat jas yang menutupi tubuh bagian bawahnya, dan dia tersenyum saat mengetahui jika itu milik Zidan.
Mahesa dan Reyhan menoleh pada Marsha yang sudah bangun. Dan dimata Mahesa, kecantikan Marsha bertambah berkali-kali lipat saat bangun tidur seperti ini.
"Niat Mahesa baik sayang, kita harus memastikan. Siapapun yang dekat dengan kamu, harus jelas babat, bibit, dan bobotnya."
"Dengan menyelidikinya? Zidan bukan pencuri, dan Marsha yang memilih Zidan, bukan dia yang menawarkan diri." Marsha tetap tak terima, dia sudah mulai merasa nyaman dengan Zidan, tak ingin berganti sekretaris lagi, Marsha tak ingin mengganggu ketentraman Zidan.
Marsha memandang Mahesa tak bersahabat, makin hari, Mahesa melebihi batasnya, dan itu sangat membuat Marsha tak suka.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar, kedatangan Kakek kesini ingin melihat keadaan kamu, sayang. Dan Apo ingin kamu datang ke acara rekan bisnis Apo, Amo sedang tidak enak badan, jadi Apo tidak tega meninggalkan Amo sendiri, kalau Apap kamu, dia sangat jarang menemui acara seperti itu, Amam kamu kan tertutup, apa kamu mau?" Reyhan menghampiri cucunya, ikut duduk disofa sebelah Marsha.
"Iya Apo, Marsha pasti akan datang, malam ini kan?"
Reyhan mengangguk, membelai rambut Marsha lembut "Selama menjadi presiden direktur, Apo rasa kamu belum pernah refreshing. Apo tahu kamu begitu bertanggung jawab atas pekerjaan kamu, tapi kamu juga harus memanjakan diri kamu sendiri, Apo merasa seperti Kakek paling kejam, membiarkan kamu bekerja terlalu keras."
"Marsha akan pikirkan itu Apo, dan akan mengatur waktunya. Apo tenang saja, Marsha juga belum setahun 'kan bekerja disini, berbelanja apa yang Marsha mau juga merupakan memanjakan diri." Marsha menyandar manja dipundak Aponya.
"Jika kamu sudah merasa nyaman dengan keberadaan Zidan, Apo percayakan semua sama kamu, sepertinya hubungan kalian bukan hanya sekedar hubungan sekretaris dan atasan." goda kakek pada Marsha.
"Apo," Marsha tersipu malu, pipinya terasa memanas, "apa Apo juga suka dengan Zidan?" Marsha melirik Mahesa.
Mendengar itu membuat dada Mahesa naik turun karena emosi, Marsha sengaja memancing amarahnya.
"Harus tetap profesional, sebenarnya kurang baik jika memiliki hubungan spesial dalam satu perusahaan, karena lebih besar menggunakan hati dari pada jidat, eh otak maksud Apo. Jika bertengkar, yang satu sudah bersikap biasa saja, yang satu masih kesal."
Marsha mencibir "Ini pasti pengalaman Apo 'kan?"
"Hahaha bukan, tapi lebih ke pengalaman orang-orang yang ada disekitar Apo, ilmu bukan hanya didapat dari pengalaman sendiri kan, tapi juga pengalaman orang disekitar kita, kita harus belajar dari kesalahan orang lain, bukan berarti kita harus salah."
"Iya-iya Apo. Selalu ada ceramahnya." Gerutu Marsha.
"Biar Mahesa yang menemani Marsha nanti malam Apo." tawar Mahesa.
"Tidak! Aku tidak mau Apo, dia masih anak kecil, pasti akan membuat kerusuhan, Marsha datang bersama Zidan saja, tapi, kalau Apo mengizinkan anak kecil ini, lebih baik Marsha tidak datang."
"Iya, Mahesa, biarkan Marsha datang bersama Zidan."
Mahesa mengehela nafas, sangat susah mencari celah mendekati Marsha.
* * *
Malam ini Marsha benar datang bersama Zidan, sebelum pergi keacara tersebut, Marsha pergi ke butik untuk membeli dress baru tentunya, yang akan dia kenakan, bukan hanya dress miliknya, tapi Marsha juga memilihkan setelan jas yang serasi untuk dia dan Zidan.
Keduanya memakai dress code dengan warna senada.
"Miss, anda tidak perlu membelikan saya jas baru, karena punya saya masih bersih dan wangi."
Marsha tak mendengarkan ucapan Zidan "Diberi gratis saja kamu protes Zidan, apa jika aku bilang dipotong setengah gajimu kau tidak akan menolak?"
Lucu, sangat lucu memang, dimana biasanya laki-laki yang mebelanjakan wanita, tapi ini wanita yang membelanjakan laki-laki, dan terlebih lagi itu atasanya sendiri. Dan yang lebih membuat lucu lagi, ketika Marsha meminta sesuatu hal yang tak pernah diduga-duga oleh Zidan.
"Zidan, mulai saat ini kamu harus menjadi kekasih pura-pura ku, karena aku tidak mau banyak lelaki disana yang berebut ingin menjadi kekasih ku. Lagian aku sangat muak pada Matthew dan Mahesa."
"Apa Miss?" Mata Zidan membola atas permintaan bossnya yang tanpa basa-basi itu. Jantungnya bahkan hampir keluar dari tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yayuk Bunda Idza
iih....kok ngegemesin si .. pura-pura lalu jadi nyata gitu ...duh misimu bakal lebih mudah Zidan, dan akhirnya berbelok, wah seruuu.....
2022-07-05
0
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Pucuk dicinta ulanpun tiba 😂😂😂
2022-07-05
0
Rachmawati 8281
jadi kekasih beneran aja Marsha and the bear,,,,🤭🤭🤭🤭
Babang Zidan mau kog,,,, 🥰🥰🥰
2022-07-05
0