Zidan menahan nafas, matanya beradu pandang dengan wanita yang dulu begitu ia harapkan untuk menjadi ibunya.
"Ganteng," Indah menyenggol bahu Marsha "Pantes nggak asing, mirip artis."
Marsha hanya mengangkat bahu, cuek. Kemudian merangkul wanita yang ia panggil bunda, menciumi pipinya sayang.
"Makasih Bunda mau nyempetin jenguk Marsha."
"Bunda sama ayah bisa lumutan nunggu kamu kerumah."
"Ayah." Marsha mencium punggung tangan Abdi, walau Abdi sudah dianggapnya sebagai ayah, namun tetap keduanya tahu batasan, tidak peluk atau cium pipi.
"Om Thomas." Kemudian Marsha menyalami laki-laki yang masih betah melajang diusia hampir lima puluh tahun itu.
Mahesa, sangat menunggu Marsha akan menyapanya, nyatanya gadis itu malah melewatinya dan mengabaikan keberadaannya. Mahesa mendengus, memilih menghabiskan jus miliknya hingga tandas, menghilangkan rasa kecewanya. Marsha kemudian menyapa Masnah, wanita yang kini kemana-mana harus menggunakan tongkat.
Zidan masih sangat mengenali wajah-wajah keluarga yang dulu menghancurkan mamanya. Dia ikut membaur, Marsha memperkenalkan dirinya pada keluarga besarnya, berarti perlahan dia sudah mulai diterima dikeluarga Marsha, perlahan tapi pasti, rencananya berjalan lancar. Tinggal meluluhkan hati gadis angkuh nan dingin itu.
Hari menjelang sore, namun acara keluarga itu nampaknya belum usai, Zidan mulai jengah, harus memasang senyum palsu dan menanggapi obrolan basa-basi yang sama sekali tak ia sukai. Apalagi laki-laki bernama Abdi yang seolah mengorek asal-usul keluarganya.
Keluarga itu menggelar acara berbique di belakang halaman rumah orang tua Marsha, dimana terdapat kolam renang disana, sungguh keluarga yang harmonis, berbanding terbalik dengan keluarga Zidan, hanya dia dan kakeknya yang menghuni rumah besar mereka.
"Sepertinya kamu tidak merasa nyaman?" Mahesa menghampiri Zidan yang sedang mengirim pesan pada kakeknya. Zidan berjengit kaget, ia mengusap dadanya. "Kamu bisa pulang, sepertinya Marsha sudah tidak membutuhkan mu lagi." Mahesa berbalik, menatap Marsha yang kini sedang tertawa bersama Amam dan bundanya.
Zidan mengikuti arah pandang Mahesa, Marsha sangat berbeda, saat menjadi pimpinan dan sekarang ditengah keluarganya, sisi lembutnya sangat terlihat.
"Jika Miss Marsha belum mengusirku, berarti dia masih membutuhkanku. Aku tidak masalah walau hanya terus berdiri disini, sebagai obat cicak. Dia selalu menginginkan kehadiran ku." Zidan tersenyum miring, memancing obrolan dengan Mahesa.
Dari laporan anak buahnya, jika Mahesa adalah anak dari sepupu Indah, dan Mahesa sepertinya memiliki rasa terhadap kakak angkatnya.
"Banyak orang yang tidak bertahan dengan sikap Marsha, tapi aku boleh acungkan jempol padamu, kau bisa bertahan sejauh ini. Ada misi apa sebenarnya? Tidak mungkin jika tujuanmu murni hanya butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang." Tuding Mahesa tepat sasaran, tapi Zidan harus tetap tenang, Mahesa hanya anak kemarin yang belum banyak pengalaman.
"Jadi apa menurutmu tujuanku?" tanya Zidan balik "Mana ada laki-laki normal yang tidak betah berlama-lama dengannya? Walau dia berubah menjadi singa sekalipun, aku tetap bertahan, karena Marsha wanita yang berbeda." Zidan memajukan langkah, berhadapan dengan Mahesa.
"Kita lihat, akal busukmu akan segera terbongkar." Mahesa mengacungkan jari tengahnya. Lalu meninggalkan Zidan bergabung bersama yang lainnya. Dan semua yang terjadi dikeduanya tak lepas dari pandangan Marsha.
Jam tujuh malam Zidan baru terlepas dari keluarga Marsha, dia diantar kedepan oleh bosnya itu.
"Apa yang kau bicarakan dengan Mahesa? Apa dia mengganggu mu?" Zidan yang sudah mengenakan helmnya membuka kaca helm untuk menjawab pertanyaan bos galaknya.
"Tidak Miss, hanya perkenalan saja, dan dia mengucapkan terimakasih karena saya telah bertahan dengan kakaknya yang galak." Jawab Zidan mencoba menggoda Marsha.
"Ya Zidan, kamu mau dipecat sekarang dan membayar denda?" Marsha sudah mengarahkan tinju kearah Zidan.
Zidan tertawa, menampilkan lesung pipi dikiri kanan pipinya "Cuma bercanda miss."
Dan kemudian untuk pertama kalinya, Marsha tersenyum pada Zidan, senyum yang dapat mengalihkan dunia Zidan.
Manis.
Zidan menggeleng, "tidak dia wanita murahan."
Sampai kemudian Zidan menghilang dari pandangan Marsha, tak membuat Marsha lekas beranjak dari tempatnya berdiri.
"Udah jauh loh, masih kangen?" Suara bundanya membuyarkan lamunan Marsha.
"Bunda, kok udah siap-siap aja, nggak nginep?" Marsha gelendotan dibahu Indah.
"Lain kali sayang, ayah sedang sibuk, dan harus mengajarkan Mahesa banyak hal dikantor." Indah mengusak rambut keriting Marsha "Kamu jangan terlalu memporsir tenaga, nanti sakit, harus dikasih istirahat juga badanya."
"Iya Bun." Marsha mencium pipi Indah. "Bunda sehat terus."
"Dulu aja kalau sudah dirumah, nggak mau pulang ya? Sekarang, kerumah saja susah minta ampun." Suara Abdi membuat wanita beda generasi itu menoleh kebelakang.
"Protes sama Apap, kenapa anaknya dikasih target tinggi" Marsha memajukan bibirnya beberapa senti.
"Ya kalau tidak begitu, dia akan lalai, dipikirnya jadi pimpinan itu mudah, sekarang dia merasakan, susahnya mempertahankan dibanding mendapatkan."
"Iya Apap." Marsha mencoba mengerti.
Sepulangnya Indah dan Abdi, ternyata tidak diikuti Mahesa, dan Marsha tidak memperhatikan itu. Saat Marsha masuk ke kamarnya, Marsha dibuat terkejut dengan keberadaan Mahesa yang duduk ditepi ranjangnya.
"Apa yang kau lakukan Mahesa? Keluar sekarang?" Pekik Marsha tertahan. Tak ingin Mawar atau Rasya mendengar.
"Aku akan keluar setelah mengatakan apa yang harus aku sampaikan." Mahesa bangkit dari duduknya, berdiri dihadapan Marsha, sehingga Marsha harus memalingkan wajah karena jarak mereka terlalu dekat. "Hati-hati dengan sekretaris mu itu, aku yakin jika dia ada misi tertentu untuk mendekatimu, anggap yang aku katakan ini bentuk sayang adik terhadap kakaknya, bukan rasa sayang yang lain."
Kini Marsha menatap nyalang pada Mahesa "Jangan ikut campur urusanku, kau iri padanya karena dia bertahan hingga sekarang? Ayah sudah mempersiapkan mu untuk menggantikanya, jadi jangan pernah mengikuti ku."
"Aku hanya memperingatkan Marsha, tidak ada orang yang mampu bertahan dengan mu kecuali aku, jadi jika dia bertahan padamu itu karena dia ada niat tak baik. Camkan itu." Setelah mengatakan itu, Mahesa keluar dari kamar Marsha.
Marsha memejamkan mata, Mahesa melakukan segala cara untuk terus dekat dengannya.
*
*
*
"Semenjak bergabung dengan Mahardika corp, kakek benar-benar kehilangan waktu bersama kamu Zidan." Protes kakek pada Zidan, Zidan turun dari kamarnya dengan tampilan yang segar sehabis mandi, dan kini ikut bergabung dengan kakeknya diruang keluarga.
"Maaf Kek, Zidan sedang berusaha meluluhkan hati gadis itu."
Kakek menganggukan kepala "Menaklukkan hatinya, lalu kamu juga tertarik padanya?"
"Mana mungkin Kek, Zidan tidak akan mengingkari janji Zidan pada Kakek dan mama. Sesuai dengan yang telah kita rencanakan."
"Kakek dengar gadis itu berhasil menggaet pengusaha asal Jerman, apa yang dilakukannya, sampai pengusaha muda itu mau bekerja sama dengannya?"
"Dia menggunakan yang ada pada dirinya, laki-laki jika sudah berhadapan dengan lawan jenis pasti luluh."
"Tapi tidak dengan Nana, wanita itu gagal menggaet pengusaha itu, padahal Nana cukup menjual dari segi persentase maupun wajah. Tapi anak itu tidak bisa diandalkan, padahal Kakek sudah membayarnya."
"Akan Zidan usahakan Kek, agar pengusaha itu juga mau menandatangani kerja sama dengan perusahaan kita."
"Baik, Kakek percaya padamu."
"Kek, ada yang ingin Zidan sampaikan, sepertinya untuk sementara waktu Zidan tidak tinggal disini, Zidan harus tinggal dirumah kontrakan, agar identitas Zidan tidak terbongkar."
"Kakek tidak setuju, kamu ingin meninggalkan Kakek sendiri?"
"Tidak Kek, hanya sampai Zidan bisa membalaskan dendam Zidan."
"Berapa lama?" Zidan mengendikkan bahu, sebab dia sendiri pun tak tahu, apakah caranya akan berhasil atau tidak? "Kalau, begitu, Kakek akan meminta kamu segera bertunangan dengan anak teman Kakek, dia pengusaha batu bara ternama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
BAB INI JUDULNYA BERTUNGAN,AKU SAMPAI BACA BERULANG DR BAB SEBELUMNYA,KENAPA AKU GAK NEMUKAN SIAPA SEBENARNYA YG BERTUNGAN??🤔🤔🤔
2024-05-26
0
Qaisaa Nazarudin
Udah di peringatin juga gak mau denger..🙄🙄
2024-05-26
0
Qaisaa Nazarudin
Semoga saja nanti kamu gak nyesel ya Zidan,Saat tau ini semua angkara kakek kesayangan kamu..
2024-05-26
0