Kini Zidan meratapi nasibnya, Marsha benar-benar memecatnya, Zidan menatap kosong pada minuman kaleng yang ada ditanganya, lalu berpindah menatap jauh gedung tinggi didepanya, hanya dua bulan menjadi sekretaris Marsha namun cukup membuatnya mengenal kepribadian gadis itu, Marsha memiliki keteguhan hati yang tak bisa tergoyahkan.
"Miss, maafkan aku Miss, aku bukan bermaksud-."
"Aku tidak suka caramu Zidan, kamu dekat dengan wanita lain tapi kamu diam-diam menciumku, kamu laki-laki bajinagnnn." Umpat bibir itu.
"Dasar bodoh, kenapa aku tak pernah bisa mengontrol diriku sendiri saat dekat dengannya?" Zidan mentertawakan kebodohannya yang beraninya mencium Marsha sebagai atasanya.
Zidan mengulum bibirnya, dua kali mencium gadis itu rasanya masih menempel rasa manis bercampur cherry milik Marsha, "bahkan rasanya masih terasa, tujuanku untuk membuat dia jatuh cinta gagal sudah," ratapnya menyesal.
Marsha begitu angkuh, kesalahan Zidan dinilainya begitu fatal, dia pikir Marsha sangat mudah didekati, nyatanya sulit meruntuhkan hati gadis kecil yang begitu keras kepala itu.
Kini apa yang akan dilakukannya lagi? Padahal semuanya baru saja dimulai, dan rasanya dia tak bisa jauh dari gadis itu. Zidan terus memutar otak, bagaimana bisa kembali menjadi sekretaris Marsha? Kepalanya mendadak pusing.
Seketika Zidan teringat Marsha yang memintanya menjadi kekasih pura-puranya, Zidan yakin Marsha pasti akan kembali menghubunginya, karena Marsha pasti membutuhkanya.
Benar, memang pada kenyataannya Marsha sangat membutuhkanya, terbukti setelah dia memecat Zidan, kini Marsha merasa kosong, dia hanya bisa menatap meja Zidan yang kini sepi, tak ada pemandangan wajah tampan sekretarisnya. Beruntung jadwal hari ini tak begitu padat, jadi dia masih bisa bersantai sambil menggigit ujung pulpenya.
Ketukan dipintu membuyarkan Marsha dari lamunannya.
"Miss, ada Mister Matthew ingin bertemu anda." Melati menatap iba pada Marsha, dia tak tahu apa yang terjadi, semalam gosip mereka berkencan, paginya Zidan seketika dipecat, sangat tak mengerti apa yang sedang terjadi, hubungan dalam satu perusahaan memang bisa membawa dampak buruk.
Belum juga Marsha mempersilahkan masuk, laki-laki berkewarganegaraan Jerman itu langsung menerobos masuk ke ruanganya.
"Hai Sweety, good morning." Sapa Matthew, laki-laki itu menunjukkan senyum pepsodan terbaiknya, namun tak bisa membuat hati Marsha bergetar, dan dia mengambil duduk dihadapan Marsha.
"Ada keperluan apa Mister, sepertinya kita tidak ada janji temu apa-apa." Marsha tahu jika kedatangan Matthew hanya untuk mengganggunya, apalagi laki-laki datang seorang diri.
"Hei, aku hanya ingin berkunjung, melihat mu, apa itu salah? Aku juga ingin mengingatkan kalau besok kita harus mengontrol tempat yang akan kita jadikan show mobil mewah di kota Batam."
Marsha baru mengingat itu, dia memang akan mengikuti show mobil-mobil mewah dibatam, dimana perusahaannya sebagai penyedia acara, dan Matthew sebagai penyedia mobil mewah-mewah keluaran terbaru miliknya yang didatangkan langsung dari negaranya.
"Terima kasih sudah mengingatkan, aku tidak mungkin melupakan itu."
"Sesuai janjimu kau akan datang 'kan?"
"Aku pasti datang Matt, aku harus memastikan sendiri jika semua siap sesuai keinginan ku. Ini acara yang dihadiri dari berbagai negara."
"Bagaimana kalau kita keluar sejenak, aku ingin membelikan keperluan yang kamu butuhkan selama disana."
"Aku bisa menyiapkan segala keperluan ku sendiri Matt, kau pikir aku tidak mampu membeli sendiri?"
Matthew tertawa "Aku percaya kau pasti bisa menyiapkannya sendiri *S*weety , tapi akan lebih bagus jika ada seorang spesial yang memberikan untukmu."
"Sangat tidak surprise, sangat tidak romantis." Gerutu Marsha tak suka.
Sial, dia malah teringat dengan yang Zidan lakukan padanya, sekretarisnya itu memberikannya kejutan dengan mengajak naik jet pribadi, melihat kota Jakarta malam hari dari ketinggian, walau hanya sebagai seorang sekretaris, tapi Zidan bisa memperlakukannya sangat spesial, Matthew, laki-laki yang memiliki uang lebih dari Zidan, seharusnya bisa memberikannya sesuatu yang lebih mewah.
"Maaf aku tidak bisa."
"Sekali-kali jangan menolak bisa? Kau selalu menolak ku sweety."
"Matt, aku tidak suka dipaksa, mohon mengertilah, aku sedang sangat pusing."
Matthew menoleh kebelakang, melihat meja Zidan yang kosong "Apa kau memikirkan sekretaris mu itu? Dimana dia, kenapa dia tidak ada ditempatnya?"
Sial, Marsha baru saja memecatnya, kenapa dia jadi sangat bergantung pada Zidan. Andai saja dia tidak melihat Zidan dengan wanita lain, dia pasti tidak akan semarah tadi, dan masih bisa mempertimbangkan tindakan sembrono Zidan. Lalu bagaimana besok? Apa dia sendiri lagi?
Akhhh Zidan keterlaluan. Jerit Marsha dalam hati.
Ketukan pintu membuat keduanya menoleh, mata Marsha membola melihat kedatangan Zidan.
"Oh maaf, ada Mister Matthew." Zidan melangkah masuk dengan membawa sebuah boneka Sqiudward, boneka yang sangat langkah itu membuat Marsha heran, darimana Zidan mendapatkan itu?
Matthew terlihat sangat kesal, baru saja dia berharap bisa membawa Marsha keluar, namun Zidan malah datang.
"Boneka, murah sekali." Celetuk Matthew.
"Tapi ini boneka langkah, tidak dijual sembarangan Mister, aku yakin anda pasti sulit untuk bisa mendapatkannya, jika memberikan sesuatu pada orang yang kita suka, jangan melihat dari harganya, tapi bagaimana barang itu bisa sangat berarti."
Padahal belum ada setengah hari Marsha memarahinya, kini Zidan kembali lupa jika penyebab Marsha memecatnya adalah karena kelancangannya, kini dia kembali membuat kesalahan yang sama, Zidan menghampiri Marsha yang masih terkejut dengan kehadirannya, Zidan merendahkan tubuhnya, mencium kening Marsha.
"Sayang, maaf atas kesalahanku, aku tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Zidan, kemudian memberikan boneka yang dibawanya ke pangkuan Marsha.
Bibir Marsha keluh, matanya tak lepas memandang Zidan yang kini berdiri didepanya, dia tak bisa memarahi Zidan saat ini, tapi Zidan datang disaat yang tepat.
Matthew yang melihat keromantisan dua sejoli didepanya memilih berdiri, dadanya terasa sesak melihat kemesraan gadis yang disukainya dengan laki-laki lain.
"Saya rasa lain kali saya kesini lagi Marsha, jangan lupa besok, aku tunggu di Batam." Kemudian Matthew keluar dari ruangan Marsha dengan perasaan kesal karena Marsha sama sekali tak menghiraukanya.
"Zidan," Marsha tak tahu harus mengatakan apa, tapi untuk sekedar mengucapkan terima kasih dia merasa berat.
Zidan bersimpuh dibawah kaki Marsha, "maaf Marsha, aku kembali lancang, tapi aku tak bisa membiarkan Matthew mengganggu mu." Zidan berbicara biasa, karena dia merasa bukan lagi menjadi karyawan Marsha.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" Bukanya menyahut ucapan Zidan, Marsha malah penasaran, kenapa bisa Zidan masih disini, padahal sudah sedari tadi dia mengusirnya.
"Aku, tadi ada yang ketinggalan, dan aku lihat kamu seperti butuh bantuan," dustanya, padahal memang Zidan masih disekitar gedungnya, memantau Marsha dari jauh, saat melihat mobil Matthew, Zidan jadi tak rela membiarkan Matthew mendekati Marsha.
"Kamu tidak bicara formal padaku Zidan?" Marsha merasa aneh karena Zidan berbicara santai padanya.
"Bukanya aku sudah dipecat?" Zidan tersenyum miring.
Marsha gugup, "kamu lupa jika besok ada jadwal ke Batam, apa kamu akan lari dari tanggung jawab?"
"Apa itu artinya aku masih dibutuhkan disini?"
"Terserah jika kamu tidak mau." Masih dengan sikap angkuh dan gengsinya.
Zidan tersenyum, sangat gemas dengan gadis angkuh didepanya, tetap mempertahankan sisi kerasnya "Tapi aku ada syarat?"
"Kamu coba melakukan tawar menawar padaku Zidan?"
"Aku hanya menginginkan apa yang menjadi hakku, Marsha." Zidan berjalan mendekati Marsha, berdiri tepat dihadapan gadis itu. Marsha mendongak, karena Zidan lebih tinggi darinya.
Marsha mengerutkan keningnya "Hak apa maksud kamu?"
"Aku tidak ingin menjadi kekasih pura-pura kamu, Marsha, aku ingin menjadi hal yang nyata, bisa melindungi mu, berada disamping kamu."
Jantung Marsha seakan berhenti berdetak, banyak yang menyatakan perasaan mereka, tapi mendengar Zidan yang memintanya, hatinya terasa berdesir, ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik diperutnya.
"Bisakan Marsha?" Ulang Zidan permintaannya, Zidan maju selangkah, menyelipkan selur rambut kebelakang telinga Marsha.
"Zidan, aku ..."
"Jika masih ragu, tidak usah dijawab sekarang, aku akan setia menunggu sampai hatimu siap. Aku memang bukan laki-laki yang banyak uang dan tak memiliki kekuasaan apa-apa, tapi aku akan memberikan yang terbaik untuk kamu Marsha. Aku mencintaimu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yayuk Bunda Idza
aaa.....merona juwa
2022-07-10
0
Muhammad Dimas Prasetyo
datang diwaktu yg pas,semoga aja dendammu udah terkikis dan berganti cinta beneran.
2022-07-10
0
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Ucapan dari hati apa rencana balas dendam nih Zidan ??????
2022-07-10
0