Marsha, gadis berusia dua puluh tiga tahun, lulusan luar negeri, seharusnya dia kembali meneruskan pendidikannya lagi untuk mendapat gelar master, namun dia memilih istirahat sejenak, dan ingin bekerja diperusahaan keluarganya.
Memiliki orang tua yang tertutup, sederhana, tak membuatnya mengikuti jejak keluarganya. Dia sedikit pemberontak, angkuh, mudah emosi, dan tak mau diatur, itulah mengapa sebabnya dia langsung mengambil jabatan direktur mengganti posisi Apapnya sementara.
Jika Amamnya tipikal wanita tertutup dan sederhana, berpakaian sopan, Marsha justru kebalikannya, kedua orangtuanya sering sekali menegur cara berpakaiannya.
Dan juga, Marsha terbilang aktif di sosial media, dia juga sering membagikan kegiatan sosialnya dalam akun instagram miliknya, tak peduli orang-orang akan mengomentari jika yang dia lakukan hanya pencitraan.
Dan setelah kejadian dimalam Zidan melihat Marsha masuk ke hotel bersama pengusaha Jerman itu, Zidan tak tahu apa yang terjadi diantara keduanya, Zidan tak punya waktu untuk menyelidiki hal itu. Yang pasti setelah sebulan dia menjabat sekretaris seorang Marsha Mahardika, otak dan tenaganya sulit sekali untuk menemukan waktu istirahat.
Zidan sebenarnya menyalahkan dirinya sendiri mengambil keputusan menjadi sekretaris Marsha untuk membalas dendam, tapi hanya cara itu yang dapat ia lakukan untuk mendekati Marsha, wanita gila kerja, gelar baru untuk Marsha dari Zidan.
Dan di hari minggu ini, seharusnya dia bersantai, mengunjungi mamanya dirumah aman, setelah itu menghabiskan waktu bersama sang kakek, tapi kali ini tidak. Dia harus menemani Marsha bermain golf bersama Matthew. Jam delapan Zidan harus menjemput Marsha dikediaman orang tuanya.
"Semoga mereka tidak ada yang mengenaliku." Ujar Zidan dalam hati. Dia mengendarai motor sportnya kerumah Marsha.
"Zidan, are you crazy? Kamu terlambat dua menit?" Mata Marsha melotot, protes pada Zidan.
"Maaf miss, mungkin jam miss Marsha yang terlalu cepat, jam dipergelangan tangan saya, tepat. 08.00." Zidan menunjuk jam yang melingkar ditanganya tepat didepan wajah Marsha.
Marsha menyingkirkan tangan Zidan "Kamu itu bawahan saya, jadi harus ikut jam saya, jangan buat peraturan sendiri."
Zidan mengehela nafas, "Iya miss, atasan tidak pernah salah."
"Sayaaang," suara lembut amamnya menegur Marsha. "Kamu nggak boleh terlalu galak loh sama sekretarisnya, nanti kalau dia nggak betah lagi gimana? Zidan udah bagus loh bisa bertahan sebulan lewat satu hari." Ujar wanita berusia empat puluh delapan tahun yang masih terlihat sangat cantik itu, namun sudah ada lipatan kecil disudut wajahnya. Mawar mengusap pundak anaknya.
"Zidan kamu yang sabar ya." Mawar tersenyum ramah pada Zidan, dan Zidan membalas senyuman itu seraya mengangguk kecil.
"Dia tidak mengenaliku? Syukurlah."
"Amam, nggak bisa gitu donk, Marsha nggak suka jam karet, jadi kebiasaan. Udah sana, kamu bawa mobil, hari ini kamu yang nyetir." Perintahnya pada Zidan, kemudian melemparkan kunci mobil. Cepat Zidan menangkapnya.
"Sha, rok kamu beneran nggak mau diganti? Ini terlalu minim loh sayang." Mawar kembali mengingatkan anaknya.
"Amam, ini kategori aman, Amam tenang aja." Marsha menpuk pundak Amamnya. Mawar hanya bisa menghela nafas, dia harus pelan-pelan memberitahu anaknya.
Zidan telah membukakan pintu untuk Marsha, dan sebelum masuk, Marsha memberi salam, mencium punggung tangan Mawar, dan tak lupa mencium pipi kiri kanan amamnya, baru masuk kemobil.
"Mam, salam sama Apap, Marsha ada undangan golf dari Mister Matthew."
"Iya sayang, hati-hati. Jangan pulang terlambat, bunda mau kesini,"
"Iya Amam. Dahhh."
Nggak mau mengulur waktu, tapi dia sendiri ngulur waktu. Gumam Zidan.
Dan setelah tiga puluh menit mereka telah sampai ditempat yang telah ditentukan Matthew. Matthew menyambut kedatangannya Marsha, Zidan mengamati setiap tatapan dan ucapan Matthew begitu lembut dan hangat terhadap Marsha, dan satu lagi yang membuat Zidan cukup heran, saat Matthew akan merangkul pinggang Marsha, Marsha seperti menghindar.
"Sekretaris kamu selalu ikut Miss? Kenapa kamu tidak jalan sendiri, atau bersama supir pribadi? Apa dia tidak ada jatah libur." Matthew menatap Zidan, tak nyaman keberadaan Zidan yang selalu disamping Marsha.
Marsha tertawa seraya menutup mulut "Saya membayarnya cukup tinggi dibanding sekretaris ditempat lain, jadi dia harus selalu ikut saya kemanapun saya pergi, dan setiap saya butuhkan, bukan begitu Zidan?" Kerling Marsha pada Zidan yang berdiri dibelakangnya membawa perlengkapannya. Zidan gelagapan, dan dia akhirnya tersenyum saat mengetahui jika Marsha butuh pertolongannya.
Permainan golf pagi itu cukup lama, dan Marsha selalu mencetak skor tertinggi dalam setiap hole nya.
"Saya salut pada anda Miss, anda ternyata bukan hanya hebat dalam menggaet investor, tapi juga hebat dalam segala hal. Senang sekali bisa mengenal anda."
"Ahh, Mister bisa aja. Jangan terlalu berlebihan memujinya."
Zidan memutar mata mendengar itu. "Bukanya anda suka pujian miss?" bisik Zidan dibelakang Marsha, membuat Marsha menginjak kaki Zidan, membuat Zidan mengadu tertahan, dia sampai mengibas-ngibaskan kakinya, sakit.
"Bisa jangan panggil saya Mister, Miss. Cukup panggil nama saja, Matt." Matthew menatap lembut Marsha "and, izinkan saya memanggil anda *S*weety." Matthew memiringkan kepalanya menunggu jawaban Marsha.
Marsha kembali menaggapi ucapan Matthew dengan tertawa renyah, membuat Matthew semakin gemas dengan Marsha, dan setiap kali dia bertemu gadis cantik berambut keriting ini, selalu merasakan debaran aneh.
"Apa itu tidak terlalu manis, Mister? Eh Matt?"
"Aku rasa itu sangat cocok untuk panggilan wanita semanis dan secantik anda Miss Marsha."
"Ahhh anda selalu bisa membuatnya saya tersanjung."
"Bisa kita makan siang bersama?" Matthew menawari, dan berharap Marsha kembali menyetujui permintaannya.
"Sorry Matt, aku ada acara keluarga mendesak, aku harus segera sampai rumah."
"Oke, saya tunggu lain waktu."
Zidan tertawa senang atas penolakan Marsha, sepertinya pendekatan yang Matthew lakukan terlalu tetgesa-gesa. Dan Zidan punya cara tersendiri untuk mengambil hati gadis angkuh dihadapanya ini.
Well, aku tidak salah mengambil langkah mendekatinya dengan menjadi sekretarisnya, Zidan berubah pikiran.
Zidan mengehela nafas lega, saat tepat pukul dua belas siang dia telah sampai dikediaman Marsha, itu berarti dia bisa istirahat dirumahnya, dan mengecek dokumen-dokumen miliknya yang belum sempat dia tanda tangani. Namun sayang, Zidan memang tak boleh jauh dari bosnya itu, Marsha memaksanya untuk ikut dalam acara keluarga besarnya.
"Aku akan memecatmu Zidan, jika kamu menolak tawaranku." Ancamnya menakutkan.
Dengan senang hati Miss, andai aku tidak memiliki misi tertentu.
Dan ternyata dirumah Marsha sudah berkumpul keluarga yang dimaksud. Zidan memelankan langkahnya, ketika netranya menangkap sosok laki-laki yang membuat mamanya tak mengenalinya hingga kini.
Zidan mengepalkan tangan, giginya sampai gemeretak karena menahan emosi, ketika melihat laki-laki itu bisa tertawa lepas, diatas penderitaan sang mama.
"Zidan, ayo kesini. Kenapa malah berhenti disitu?" Suara Marsha menggagetkan Zidan dari lamunanya.
"Hai ini Zidan, sekretaris anak bunda?" Indah mendekati Zidan "Bunda harus kenal sama orang yang udah sabar menghadapi anak Bunda," Indah tersenyum pada Zidan, lalu dia mengerutkan kening "kok Bunda ngerasa nggak asing ya?"
Degh
Apa wanita ini masih mengenaliku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
jhon teyeng
knp kakak ciptakan karakter yg lemot bgni sih🙄😔
2023-05-24
0
Rachmawati 8281
Marsha bikin gumush nih,,, yang ada Zidan ga jadi balas dendam nih, jadi balas cinta 🤭🤭🤭🤭
2022-07-03
0
Yayuk Bunda Idza
mungkin ada kesalahpahaman Zidan
2022-07-01
0