Zidan amat terkejut mendapati Nana, teman masa kuliahnya waktu diluar negri telah berbaring disampingnya tanpa mengenakan apapun, dan apa itu tadi?
"Apa yang kamu lakukan tadi Nans?" Zidan membola, mengusap bibirnya kasar dengan selimutnya, dan langsung menjauh dari Nana.
Nana tersenyum, merapatkan selimut menutup tubuhnya "Jangan ditarik donk selimutnya, nanti kelihatan semua, kamu tuh masih kaku aja si Zidan."
"Nana cepat keluar dari sini," perintah Zidan tagas sambil menunjuk arah pintu, menatap tajam Nana yang dibalas tersenyum menggoda andalan wanita itu, saat ini satu-satunya laki-laki yang sulit ia taklukkan hanyalah seorang Zidan Xavier.
"Keluar Nana." Ulang Zidan meninggikan suaranya.
"Masih pagi sayang, jangan marah-marah, kamu sekarang sudah menjadi sekretaris anak bau kencur itukan? Pasti sangat melelahkan, kita olahraga pagi dulu, agar urat-urat kamu tidak kaku." Nana tidur menyamping dengan tangan menyanggah kepalanya menghadap Zidan, tanganya masih memegang selimut menutupi bagian sensitif didadanya walau tadi dia sempat menempelkan pada bibir Zidan.
Zidan mengacak rambutnya kesal, kemudian melihat waktu diponselnya, Zidan membola melihat angka yang tertera menunjukkan pukul 06.57 "Mati aku, ibu Marsha pasti akan marah." Tanpa mempedulikan Nana lagi, Zidan melesat kekamar mandi
Belum sampai satu menit dia sudah keluar dengan rambut basah, Zidan tak ingin melihat kearah tempat tidurnya dimana masih ada Nana disana, ditangkap oleh ekor matanya, dia langsung berlalu ke walk in closed miliknya yang berkonsep dark in wood. Zidan benar-benar terburu-buru, kemarin dia sudah menunjukkan kesan pertama yang buruk, tidak mungkin hari ini dia kembali memberikan kesan buruk itu lagi.
Beruntung Nana tidak menyusulnya masuk, jadi dia bisa mengenakan pakaian dengan cepat.
"Sarapan dulu Zidan." tegur kakek saat Zidan menuruni anak tangga sambil mengancingkan jasnya.
"Zidan udah telat Kek." Zidan menghampiri kakeknya dan menyalami punggung tangan laki-laki tua itu, yang kini duduk bersama Nana dimeja makan, Zidan enggan menyapa wanita itu.
"Kamu bahkan lebih sibuk saat menjadi direktur diperusahaan kamu sendiri Zidan."
Zidan tak lagi mempedulikan ucapan kakeknya, pikiranya saat ini sudah penuh oleh ketakutan karena terlambat masuk kantor. Dan benar saja, saat Zidan sampai Melati sudah membawakan kue dan secangkir lemontea hangat didalam nampan.
"Maaf Bu Melati saya terlambat."
"Tidak masalah buat saya Zidan, tapi tidak tahu dengan miss Marsha." Melati menampilkan wajah kasihan pada Zidan.
Zidan mengatur nafas sebelum Melati mengetuk pintu ruangan Marsha, lalu dia menepuk dada menghilangkan rasa gugupnya, Melati tersenyum menyadari kegundahan Zidan terdengar sahutan dari dalam, Melati masuk diikuti Zidan dibelakangnya.
"Pagi miss." Melati meletakkan nampan berisi camilan kenakas sebelah meja Marsha, lalu dia pergi tanpa menunggu jawaban dari atasanya. Meninggalkan Zidan dengan kegugupanya, ditambah Marsha yang tak melihatnya sama sekali.
"Pagi Bu Marsha, maaf saya terlambat."
"Sampahhh," jawaban Marsha membuat Zidan seperti dilempar dari ketinggian, "jangan ucapkan kata-kata sampah dipagi hari membuat mood orang menjadi tidak baik. Apa harus saya ajarkan Zidan? Panggil saya miss Marsha seperti itu, seharusnya kamu sudah mendengar dari yang lain."
"Maaf miss,"
"Aduhhh Zidan, bacakan agenda saya sekarang." Ucap Marsha sedikit tinggi.
Tanpa menunggu lama Zidan pun membacakan serangkaian agenda Marsha, dari pertemuan dengan para investor yang akan memberikan dana untuk acara ulang tahun televisinya, meeting bersama para penaggung jawab acara, dan dengan para tim kreatif, dan yang terakhir bertemu Mr Matthew Blue Smith, pengusaha asal Jerman.
Jam sebelas malam Marsha baru selesai meeting dengan tim kreatif, dan dia harus bertemu dengan mr Matthew disebuah club.
"Miss yakin mau menemuinya disana?" Tanya Zidan takut-takut, karena dia sendiri sebagai seorang lelaki akan memikirkan dua kali untuk melakukan pertemuan ini.
"Kenapa jadi kesanya kamu mengatur saya Zidan? Kamu tinggal ikuti saja, jangan bawel. Jadi pengusaha itu harus memiliki banyak keyakinan, mr Matthew ini harus kita dapatkan malam ini juga untuk menjalin kerja sama, beliau pemilik otomotif terbaik dan terbesar, jadi aku harus bisa menggaetnya untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan kita, menjual harga diriku pun aku tidak masalah." Ucap Marsha enteng membuat Zidan mendengus.
Gila, memang gila orang yang mau bertemu dengan rekan bisnisnya dijam malam seperti, dan tidak ditempat yang seharusnya.
Dan satu kenyataan yang baru diketahui Zidan, ternyata Marsha wanita murahan, mau menghalalkan segala cara demi kesuksesan karirnya.
Dia pantas mendapatkan penderitaan seperti yang mama rasakan.
Memasuki diskotik terbesar yang ada di ibu kota, dentuman suara music elektronik menyambut kedatangan Marsha dan Zidan. Marsha sampai menyipitkan matanya karena sorot lampu, mencari sosok Mr Metthew yang membuat janji dengannya. Namun Marsha tak perlu repot-repot mencari keberatan laki-laki itu, karena tak lama, dua orang pengawal menghampirinya.
"Miss Marsha Mahardika?" Ujar salah satu pengawal.
"Yes, i'm Marsha Mahardika."
"Anda sudah ditunggu Mr Matthew miss, silahkan."
Marsha dan Zidan mengikuti langkah pengawal itu menuju lounge Vip yang terletak dilantai dua. Seorang laki-laki tampan berparas wajah asli Jerman berdiri menyambut kedatangan Marsha dan Zidan.
"Waw miss Marsha, tak menyangka anda akan menemui saya disini." Ucapnya dalam bahasa Inggris.
"Tentu Mr, saya begitu menghargai pertner saya, jam berapapun, dan dimana pun, saya akan temui." Jawab Marsha diselingi candaan.
"Thats rigt," Matthew memperhatikan penampilan Marsha dari atas hingga bawah, dan dia cukup terkesan dengan penampilan Marsha yang masih rapih, namun tetap terlihat sangat cantik dan seksi dimatanya.
"Suka minum?" tanyanya, tanpa menunggu jawaban Marsha dia menuangkan minuman beralkohol kedalam gelas dihadapan Marsha.
"Boleh." Jawab Marsha singkat, kemudian mereka mulai membicarakan inti dari pertemuan itu, dan untuk dunia marketing, wanita memang jago dalam mencari simpati pelanggan, terbukti, hanya dengan tatapan lembut dan ucapan lembut Marsha, Matthew, pengusaha asal Jerman yang terkenal susah didekati itu seketika luluh oleh ucapan maut Marsha.
"Anda mau kemana?" Tanya Matthew saat Marsha telah berdiri sambil membawa tas kerjanya.
"Tentu pulang Mister, apa ada lagi yang anda inginkan? Saya bisa menemani anda, sebagai ucapan terima kasih saya,karena anda telah menandatangani kerja sama ini tanpa menunda-nunda besok.
"Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini miss, jarang sekali saya bisa menemukan seorang pemimpin wanita cantik, muda dan bertalenta seperti anda."
Marsha tertawa renyah mendengar pujian dari Matthew, yang membuat dada laki-laki itu berdegup, Marsha seperti telah menghipnotisnya.
"Boleh saya yang mengantar anda pulang Miss? Saya merasa bertanggung jawab karena telah mengajak anda bertemu semalam ini ditempat yang tidak seharusnya."
"Tidak perlu Mister, saya akan pulang bersama sekretaris saya." Marsha memandang Zidan yang sejak tadi hanya menyimak obrolan keduanya.
"Ayolah Miss, saya tidak suka dengan penolakan, suruh saja sekretaris anda pulang terlebih dahulu." Marsha nampak mempertimbangkan itu, dan kemudian dia menyuruh Zidan pulang lebih dulu.
Zidan tidak pulang, dia masih menunggu Marsha didepan club, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Marsha dan laki-laki bernama Matthew itu, dan tak lama keduanya keluar dengan saling melempar tawa.
Zidan mengikuti mobil yang membawa Marsha, lagi, ada hal yang membuat hatinya langsung menilai kepribadian Marsha yang sesungguhnya, mobil itu berbelok memasuki area hotel.
"Benar-benar wanita licik dan murahan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
jhon teyeng
bukan kah kamu lebih busuk dg segala rencanamu yg ingin menghancurkan org lain yg tdk pernah mengusikmu😎
2023-05-24
0
Rachmawati 8281
babang Zidan dah negatif aja nih pikiran nya 🙈🙈🙈
2022-07-03
0
winter taevee
minus mulu awas entar tau plusnya bucin loh 😉 masih terlalu awal utk menilai 🌹☕
2022-06-28
0