Sepanjang perjalanan Zidan masih terus memikirkan permintaan boss-nya, entah Zidan harus senang atau tidak, yang pasti, tinggal sedikit lagi langkahnya untuk mendekati Marsha. Rasanya sudah tak ada lagi niatan untuk menyakiti wanita yang ada dihadapanya ini, Marsha terlalu baik, eh tapi bagaimana nasib mamanya? Tidak, Zidan harus tetap menjalankan misinya, perlahan kini Marsha sudah masuk dalam perangkapnya.
Zidan melirik Marsha yang duduk disebelahnya, Marsha sedang memandang keluar jendela, gadis itu nampak biasa saja, tidak seperti dirinya yang dibuat terus berkeringat dingin oleh permintaan gilanya. Dilihat dari samping, Marsha begitu cantik, tampilanya glamour, tapi tetap memperlihatkan jika dia benar-benar wanita berkelas, anting cluster yang terbuat dari batu permata dan berlian yang dikenakannya sangat cocok ditelinga Marsha. Apapun yang dipakai Marsha, sangat cocok dengannya, Marsha pandai memilih barang yang akan ia pakai, Zidan mengakui itu.
"Ehem," Zidan yang sebenarnya malas berbasa-basi, tapi dia tak kuat jika harus saling diam didekat Marsha, "Miss,"
"Iya Zidan?" Marsha berkata sangat lembut, hingga Zidan dibuat terbengong, "ada apa Zidan?"
Zidan tersadar dari lamunannya "Apa anda tidak salah dengan permintaan anda?" tanya Zidan memastikan.
"Kenapa? Kamu keberatan?"
"Bukan begitu Miss, bagaimana kalau penggemar Miss kecewa jika tahu anda sudah memiliki pasangan? Bukannya selama ini banyak yang mengejar-ngejar anda, seperti Mister Matthew."
"Justru aku mau kamu jadi pacar pura-pura agar mereka tidak lagi mengejar-ngejar aku, aku capek harus mengurusi hal itu, maka jika nanti ada yang datang, kamu ada hak untuk melarang mereka."
"Apa ini tidak berpengaruh pada bisnis anda Miss?" Zidan tak ingin Marsha mengambil langkah yang salah.
"Kamu tidak perlu khawatir Zidan, itu sudah menjadi urusanku."
Mobil mereka berhenti tepat didepan lobby hotel berbintang lima dikawasan Senayan, kehadiran mereka langsung disambut oleh para penjaga, tak perlu menunjukkan identitasnya, semua orang sudah mengenal siapa itu Marsha, pengusaha muda yang aktif dimedia sosial, yang gemar menyumbang pada orang yang kurang mampu.
"Zidan." Panggil Marsha, dia memberi kode dengan mengangkat lenganya.
"Iya Miss." Zidan tak paham.
"Tangan kamu." Belum juga Zidan mengerti maksud atasanya, Marsha langsung menggamit lenganya, membuat Zidan terkejut.
"Tapi Miss," Zidan memegang tangan Marsha untuk menolak.
"Akukan sudah bilang, kamu jadi pacar bohongan aku, disini pasti ada Matthew, tadi dia sempat mengajaku pergi bersama, tapi aku menolaknya." Bisik Marsha tepat didekat telinga Zidan, hembusan hangat nafas Marsha membuat tubuh Zidan meremang.
Sumpah demi apapun, jantung Zidan dibuat berdetak tak normal, hanya bersentuhan tangan seperti ini dirinya kembali merasa seperti disengat listrik tegangan tinggi. Namun Zidan juga tak bisa menolak permintaan boss-nya ini. Dan ini juga cara agar Matthew tak lagi mengejar-ngejar Marsha.
"Baiklah Miss, kita mulai sandiwara ini." Bisik Zidan menunduk, mendekatkan bibirnya ditelinga Marsha, kini giliran Marsha yang dibuat merinding, bisikan Zidan terdengar sensual ditelinga Marsha.
Sebagai penyempurna sandiwara ini, Zidan merangkul pinggang ramping boss-nya mesra, membuat Marsha berjengit kaget, dia menatap Zidan tajam.
"Biar lebih menyakinkan Miss." Kilah Zidan.
"Tapi hanya untuk malam ini." Marsha berucap pelan dengan menggeretakkan giginya.
"Iya Miss, saya yakin anda akan berterima kasih setelah ini."
Marsha tak lagi protes, Zidan selalu bisa menyakinkannya, kemudian mereka berjalan berdampingan memasuki tempat diselenggarakannya acara, membuat mata yang melihat terkagum pada keduanya.
"Omaigat, siapa itu yang bersama Miss Marsha?" Wanita yang sedang bergerombol bersama gank sosialitanya terpesona pada ketampanan Zidan. Sontak temannya yang lain melihat kearah yang sama.
"Zidan," gumam Misya yang ternyata teman dari sekelompok gank tersebut.
"Kamu mengenalnya Misya?" tanya salah seorang teman Misya.
Misya tergagap "Eng-enggak," jawabnya bohong, namun Misya tak dapat menahan gemuruh didadanya melihat Zidan yang begitu intim pada wanita lain.
"Dia bukannya sekretarisnya Marsha ya? Gila ganteng banget, baru kali ini dia punya sekretaris yang betah sama dia."
"Kamu kenal dia?" Misya penasaran.
"Dia mantan boss temanku, gillla, cara kerjanya otoriter banget, temanku aja cuma bertahan dua minggu, nggak kuat bo, masa pulang jam satu malam, jam tujuh pagi harus udah ada dikantor lagi, emang sih dia bayar dua bulan UMR dua minggu disana, tapi yang ada gajinya abis buat berobat, ujung-ujungnya tipes."
Misya kembali melihat pada Zidan yang terus memeluk pinggang Marsha, Misya langsung berpikir, jika Zidan melakukan semua itu atas permintaan atasanya. Tak mungkin Zidan menghianatinya, kakek Zidan sendiri kekeh ingin menjodohkan mereka. Misya harus memastikan sendiri pada kakek Zidan.
"Aku ketoilet dulu ya." Pamit Misya pada teman-temannya.
"Hai Marsha, apa kabar?" tanya salah seorang rekan bisnis kakek Marsha yang sudah saling mengenal.
"Baik," Marsha menanggapi dengan tersenyum tipis.
"Apa ini sekretaris baru mu?"
"Iya, sekaligus kekasihku."
"Woww, sangat luar biasa, Marsha sudah melepas status jomblonya."
Marsha memutar mata malas, harus gitu dibahas jomblonya? Marsha kembali berjalan, menemui pemilik acara. Mereka mengobrol basa-basi yang membuat Marsha jengah, hingga sang pemilik acara menanyakan Zidan, dan Marsha mengenalkan Zidan sebagai sekretaris sekaligus kekasihnya.
"Ditunggu kabar baiknya ya Marsha, keluarga Mahardika pasti akan menggelar pesta besar untuk pertunangan kalian."
"Doakan saja ya." Marsha berkata menyakinkan
Kemudian mereka berjalan menuju stand makanan, hingga tangan Zidan yang masih betah melingkar dipinggang rampingnya harus dilepas paksa oleh seseorang.
"Sweety, kenapa harus dekat-dekat dengannya?" Matthew langsung mendorong Zidan agar menjauh dari Marsha, dan dia langsung ingin merangkul pinggang Marsha namun secepat mungkin Marsha menghindar.
"Matt, Zidan itu kekasih ku sekarang." Marsha langsung menjelaskan. Dia mendekat pada Zidan, dan memeluk pinggang Zidan erat, Zidan pun membalas memeluk pinggang Marsha tak kalah posesif.
Matthew melihat tangan keduanya yang saling merangkul, "No, imposibble, sweety, dia hanya sekretaris kamu, tidak mungkin kan kamu jatuh cinta padanya." Matthew tak terima.
"Apa salahnya Mister? Jika Marsha jatuh cinta pada sekretarisnya, saya bisa membuat Miss, eh Marsha nyaman berada didekat saya." Zidan membantu Marsha menjelaskan, telinganya begitu sakit mendengar ucapan Matthew yang seperti menghina jabatannya.
"Kamu tidak pantas bersanding dengannya, kamu bukan level Marsha."
"Cukup Matt, kamu tidak berhak melarang aku untuk dekat dengan siapapun, termasuk sekretarisku sendiri." Marsha mulai meninggikan suaranya seperti biasa, "dan ini yang aku tidak suka dari manusia, suka merendahkan derajat orang lain." Marsha mengajak Zidan untuk menjauh, namun Matthew tetap mengejarnya.
"Sweety, wait. Maaf jika ucapanku menyinggung kamu, bukan maksud aku seperti itu." Matthew menghalangi jalan Marsha.
"Lupakan Matt, hubungan kita hanya sebatas hubungan bisnis dan pertemanan biasa, jangan campuri urusan pribadi ku."
Matthew menyugar rambutnya frustasi, hanya Marsha yang sanggup menolak pesonanya, dia tak biasa ditolak, apalagi demi seorang laki-laki yang jelas derajatnya lebih rendah darinya.
"Bisa kasih saya alasan, kenapa kamu menolak saya?" Matthew berkata lembut, dan masih terus berusaha mencari alasan kenapa Marsha tidak memilihnya.
"Maaf Mister, sepertinya tak perlu alasan apapun Marsha tidak memilih anda, ini soal hati, bukan soal apapun. Jika Marsha merasa nyaman sama saya, ikhlaskan saja. Jika anda memang menyayanginya, anda pasti bisa merelakan demi kebahagiaanya. Iyakan Marsha sayang?"
Zidan menjawab pertanyaan Matthew, dia tak mau Marsha dipojokan, walaupun Marsha hanya memintanya sebagai kekasih pura-pura, tapi dia merasa bertanggung jawab dan ingin menjadi garda terdepan melindungi Marsha.
Dan untuk membuktikan itu, Zidan menarik pinggang Marsha, Zidan menundukkan kepalanya, memberanikan diri mengecup bibir yang pernah ia curi kecupan itu, membuat Marsha membelalakkan matanya, terkejut atas serangan Zidan yang tiba-tiba.
Tak jauh dari sana, Misya menutup mulut, tak percaya atas apa yang dilihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
winter taevee
katanya mau balas dendam kok malah main sosor
2022-08-03
0
Rachmawati 8281
kesempatan dalam kesempitan,,,, pinter babang Zidan 🤭🤭🤭🤭
2022-07-06
0
Yayuk Bunda Idza
wkwkwk....
babang Zidan menang banyak..
menunggu hati keduanya terpaut ach ..
2022-07-06
0