15 | Takut

"Apa timbul ruam?"

Sella mengangguk karena saat tadi ia membantu Agas mandi ia menemukan ruam di sekitar punggung Agas.

"Apa dari kalian ada riwayat HIV?" tanya dokter lagi.

Agas terdiam dalam hati ia takut terkena penyakit mematikan itu, di liriknya Sella yang juga terdiam. "Kami tidak punya riwayat HIV dok."

"Baiklah, kapan terakhir berhubungan?"

"Kemarin dok," jawab Sella.

"Lebih baik lakukan tes HIV dan Sifilis untuk kalian berdua." dokter itu menunjukkan ruangan yang bertulis 'Kita bisa sehat' sebagai ruangan tes HIV.

Dari luar ruangan itu sangat kecil sesat mereka masuk banyak sekali pria dan wanita yang tertunduk takut menunggu hasil mereka bahkan ada juga yang menangis tak Terima dengan hasilnya.

"Aku takut," lirih Agas menggenggam erat Sella.

"Sttt... gapapa sayang kita sebelumnya nggak ada riwayat penyakit ini."

Hingga akhirnya nama mereka dipanggil untuk melakukan tes.

"Kami tes dua duanya saja," jawab Sella.

"Sedang hamil?" Sella mengangguk.

Tinggal menunggu hasil tadi dokter sudah mengambil darah mereka untuk dilakukan tes. "Aku takut, soalnya aku pernah bercinta sama Laras."

Sella tertegun ia membenarkan perkataan Agas. Sesaat nama mereka kembali dipanggil untuk melihat hasil tes, dengan tangan gemetar Agas membuka surat itu.

bruk

Tubuh lemah itu memeluk Sella menangis dalam pelukannya. "Sayang... aku positif sifilis."

"Aku takut... " lirih Agas menunjukkan hasil tesnya.

Dalam hati pria itu sedikit bersyukur percintaan kemarin dengan Sella menggunakan pengaman karena dokter kandungan melarang mengeluarkannya didalam bisa memicu kontraksi.

.

.

.

Setelah mendengar perkataan dokter bahwa sifilis bisa disembuhkan asal berobat dengan teratur jangka waktu rata-rata sifilis skunder sekitar 1-3 bulan dan selama 3 bulan itu Sella selalu setia menyemangati Agas agar tidak menyerah melawan penyakit yang ditularkan Laras.

"Sayang, terimakasih sudah menemani aku disaat aku berada di bawah," ucap Agas mengecup kening Sella.

"Sama-sama Mas, eh mau ke rumah Ayah boleh?"

"Boleh sayang besok kita ke rumah ayah," jawab Agas memakan sosis bakarnya.

tok tok tok

Sella mengernyit bingung, siapa yang datang ke rumahnya. "Kamu yang buka Mas," ucapnya.

"Lepas."

"Siapa Mas..." di depannya ada Agas yang berusaha melepaskan pelukan Laras.

"Awas kamu, ini suami saya," pekik Sella mencengkram lengan Laras.

"Gara-gara Mbak Sella aku diceraikan Mas Agas. Dasar wanita murah!" teriak Laras.

Agas mencekik leher Laras. "Dengar brengsek, kamu bukan istriku setelah berselingkuh dan hamil dua kali."

"Mas jangan mencekiknya," bisik Sella mengusap bahu Agas.

Bukannya melepaskan Agas semakin mencengkram kuat leher Laras. "Kamu datang untuk menyumbangkan nyawamu heh?" desis Agas menatap tajam Laras.

"Mas!!" teriak Sella, Laras sudah melemas nafasnya tersendat-sendat.

"Mbak S-sella tolong aku," lirih Laras lemah.

Sella menangis. "Mas aku mohon lepaskan dia bisa mati, sayang... "

berhasil, Agas melepaskan cengkramannya pada Laras. Pria itu mendekati tengkuk Laras membisikkan. "Kalau kamu menganggu keluarga ku lagi jangan harap tubuh hewan mu ini masih bisa menghirup udara."

Laras pergi dengan tubuh bergetar ia mengelus lehernya jika tidak ada Sella tak yakin ia masih bisa hidup. Selama bersama Agas Laras tak pernah melihat kemarahan pria itu, sunggu seram, jerit batinnya.

"Astaga Laras!! lehermu kenapa," pekik Tante Mei membantu Laras duduk.

"Aku dicekik Mas Agas."

Tante Mei terkaget, "Nggak mungkin! Agas pria yang lembut," ucapnya tak percaya.

Laras berdecak sudah ada bukti tapi masih tidak percaya. "Tante lihat saja leherku dicekik Mas Agas beruntung ada Sella kalau tidak sudah mati aku."

***

yuu tambah ke fav jgn lupa share like komen Vote maksih yaa blh krisannya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!