14 | Laras?

Mereka berdua kini sedang bersatai di teras yang menghadap rumput luas dengan segelas Teh dan makanan manis.

"Sayang kamu suka nggak kalau model rumahnya gini?" tanya Agas menunjukkan gambar dari layar ipadnya.

"Suka cuma aku mau ada tamannya," jawab Sella setuju dengan desain yang diberikan Agas.

Pria itu sedikit melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 siang. "Sayang ayo kita harus hadir di persidangan."

Ia memang sudah mengatakan talak pada Laras sekarang tinggal menghadiri persidangan dan semuanya selesai.

.

.

.

Palu diketuk 3 kali setelah perdebatan panjang karena pengacara Laras mengadu fakta bahwa Sella selingkuhan Agas.

"Saya bersumpah bahwa dia bukan selingkuhan saya," ucap Agas tegas pada hakim tadi.

Laras yang tak suka berteriak. "Dia bohong, dia menikah tanpa sepengetahuan saya!!"

"Kamu tau!! hakim, dia selingkuhan dan hamil sebanyak dua kali," balas Agas keras.

"Hakim, wanita itu yang membunuh bayiku," teriak Laras menunjuk Sella sebagai pelaku.

"Kau jatuh sendiri saat aku sedang membeli makanan. Bahkan kata dokter bayimu sudah meninggal dalam kandungan sebelah kau jatuh," elak Sella tak terima dituduh tanpa bukti.

Akhirnya hakim memutuskan perceraian dianggap sah karena terbukti dari pengakuan dokter yang menangani Laras kemarin.

Di mobil Sella menatap keluar jendela pikirannya masih berlabu pada dimana malam indah Laras dengan Agas.

"Kamu ternodai Mas," ucap Sella datar.

Agas memegang bahu Sella dari nadanya pria tampan itu sadar dia telah melakukan kesalahan. "Sayang aku ada salah sama kamu?"

"Pak beli kembang tuju rupa dulu."

"Yang, buat apa?" Agas kembali bertanya.

Sella mendengus. "Ya buat kamu! emang kamu nggak inget kamu bercinta sama Laras."

Dalam hati Agas mengumpat hingga melakukan hal itu pada Laras. "Maaf sayang."

"Sana kamu beli bunganya aku tunggu disini," sinis Sella, ia pun tak mengerti padahal saat itu status Laras masih istri Agas.

Agas hanya mengangguk pasrah setelah membeli bunga mereka langsung pulang dan Sella menyuruhnya berendam bunga tujuh rupa begitu lamanya.

"Biar terhindar dari kuman." begitulah kata Sella memperhatikan Agas yang sedang berendam.

"Sayang masih lama? aku kedinginan," ucap Agas dengan wajah pucat menyadarkan Sella yang sedang asik menonton TV.

"ASTAGAA." Sella berlari mengambil handuk dan lansung menyelimuti suaminya. "Maaf sayang aku lupa."

Ia mengambil baju panjang dan membuat teh hangat untuk Agas. "Makan ya? aku lupa kamu masih berendam didalam," ringis Sella merasa bersalah.

"Gapapa sayang, kamu udah makan?" tanya Agas mengunyah soto buatan Sella.

"Udah, sekarang kamu tidur."

ting!

Laras

pelakor!!

Sella hanya diam melihat pesan Laras, ia sudah tak mau memperdulikan Laras sekarang tujuannya hanya keluar kecilnya dan baby Mo.

"Mas badan kamu demam," gumam Sella membangun Agas.

Agas meringis, "Tenggorokan Mas sakit nyeri juga."

Sella ke dapur ia akan mengkompres dulu hingga panasnya turun besoknya baru ia akan ke dokter.

"Pusing?" tanya Sella meremas kain basah itu lalu di tempel didahi Agas.

"Pusing sayang," jawab Agas purau.

"Tidur lagi ya."

.

.

.

Saat ini terik matahari begitu panas begitu perjuangan Sella menyetir mobil dalam kondisi hamil besar. Demam Agas sudah mulai turun dan kini mereka sedang menunggu nama Agas dipanggil untuk pemeriksaan.

"Tuan Agas Wiridhanu."

"Ayo Mas," ucap Sella membantu Agas berjalan.

"Apa yang tuan rasakan?" tanya dokter memeriksa detak jantungnya.

"Tenggorokan sakit dan demam."

Dokter itu mengangguk menyuruh Agas duduk disebelah Sella.

"Apa timbul ruam?"

***

jgn lupa share like komen dan vote maaf bila ada kesalahan penulisan 😃😀

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!