Sella tersenyum pada majikannya di hari pertama ia bekerja. Sesudah mendapatkan intruksi Sella memisahkan baju putih dengan yang lain agar tidak terkena baju lain jika luntur. Majikannya pun sangat baik menyuruh Sella istirahat dan makan bila kelelahan.
Sehari ia mendapat upah 10 ribu dan ia harus menunggu dulu agar uangnya terkumpul setidaknya 100 ribu dan minggu kedepannya baru Sella akan memenuhi nafsu ngidamnya.
"Mimo bingung deh besok kita ke dokter uangnya darimana, baby marah nggak kalau besok Mimo nggak bisa lihat baby?" gumam Sella dibalas tendangan dari dalam.
"Maafin Mimo nanti kalau Miko udah ada uang bakal liat baby oke?"
Selesai mencuci baju Sella mengangkat keranjang besar menuju halaman belakang ingin menjemur baju. Dulu jam 10 pagi sangat dingin sekarang baru jam segini sudah panas banget sampai Sella berkali-kali mengusap keringatnya.
"Mbak Sella makan dulu, ini saya bawakan nasi sama sayur tumis aja gapapa?" Sella tersenyum mengucapkan terimakasih pada Mbak Sita yang sangat baik padanya.
Dengan lahap Sella makan dengan nikmat ia memang belum sarapan karena nasi dirumah sudah kering dan beras habis, pulang kerja ini ia berniat membeli seliter beras untuk beberapa hari kedepan.
"Mbak, Sella pamit."
Jarak rumahnya dari tempat kerja memang terhitung lumayan dekat, melihat warung ia mampir sebentar ingin membeli beras.
"Ibu beras satu liter berapa ya?" tanya Sella.
"9 ribu paling murah."
Menghela nafas. "Boleh deh seliter aja."
.
.
.
Selesai memasak nasi Sella mengecek persediaan makanan, terisa roti, telur, dan bahan dapur.
"Darimana aja kamu pulang sore dari pagi?" sinis Agas duduk dimeja makan.
"Maaf Mas, aku habis beli beras," jawab Sella takut. Agasnya sudah berubah.
"Mau bikin apa?" tanya Agas.
"Telur goreng, Mas mau? Sella bikinkan." Agas menggeleng.
"Kenapa cuma makan telur," lanjut Agas memperhatikan Sella makan.
"Di kulkas cuma ada telur uang aku udah habis buat beli beras."
Agas mengumpat dalam hati, ia lupa memberi jatah bulanan pada Sella karena terlalu fokus pada penyembuhan Laras.
"Mas... um, aku boleh minta uang buat chek-up?" tanya Sella, ia tak memiliki harapan lain selain meminta pada Agas.
"Nggak usah chek-up bayinya juga sehat kok. Ini uang buat sebulan harus cukup!"
Sella menghela nafas lelah, dua ratus ribu untuk sebulan. Dulu Agas bahkan memberikan uang belanja 5 juta untuk sebulan. "Baby Mimo bakal berusaha buat jenguk baby, jangan sedih." nyatanya ia sendiri yang menangis.
"Mbak Sel buatin aku teh hangat," pekik Laras dari tangga. "Anterin ke kamar."
Sella hanya mengangguk menuruti kemauan Laras. Dari jarak lima langkah ia bahkan bisa mendengar ******* Laras dan Agas beradu dalam satu ruangan, dengan gemetar Sella mengetuk pintu.
"Ganggu tau nggak?!" bentak Agas mengambil teh permintaan Laras dengan kasar.
"Mas..."
"Apalagi?" tanya Agas jengah.
"Aku kangen," lanjut Sella tersenyum lebar menutupi kesedihannya, sejahat apapun Agas nyatanya nama pria itu masih tersemat dihati.
Agas berdecak membanting pintu tak mempedulikan kalimat Sella barusan.
Sella tersenyum lirih menatap pintu bercat putih itu, apa ia tak cantik lagi hingga suaminya itu tak peduli padanya. Terkadang Sella iri dengan lekuk tubuh Laras yang molek dan berisi.
"Sella!!" panggil Agas membuka pintu.
Sella berbalik. "Iya Mas?"
"Besok kamun pindah aku sudah membelikan kamu rumah kecil jauh dari sini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments