Archmage Luthinia terbang melintasi laut timur Benua Renke. Sebuah pulau kecil yang luas areanya tidak sampai 50 hektar terlihat di depan matanya. Pulau itu ditumbuhi berbagai vegetasi unik nan langka yang harga jualnya di pasar bisa mencapai ribuan keping emas. Siapa pun yang tinggal di sana pastinya punya kekayaan yang tak kalah dengan sebuah kerajaan.
Di tengah-tengah pulau terdapat sebuah rumah kecil yang usang. Halamannya tak terawat, terbukti dari adanya rerumputan yang tumbuh setinggi paha. Archmage Luthinia mendarat lima belas meter dari gubuk tersebut.
Tok! Tok! Tok!
Pintu diketuk oleh sang Archmage. Hening. Tidak ada jawaban. Hingga akhirnya pintu dibuka dengan suara decit yang memekakkan. Seorang pria paruh baya keluar dari dalam.
"Kau sudah tiba, Blue Sky."
"Rozard ... "
Archmage Luthinia memandangi pria berjubah hitam di hadapannya. Great Sage Rozard, penyihir tertinggi dengan julukan Seer yang juga seorang introvert. Ia membenci keramaian dan memilih mengisolasi dirinya di pulau terpencil. Sendirian, tenggelam dalam ketenangan. Untuk orang-orang seperti Great Sage Rozard, hal seperti itulah yang membuat mereka nyaman.
Namun demikian, bukan berarti dia memutuskan semua akses ke dunia luar. Sang Seer sangat suka sihir, kebetulan dia memiliki bakat yang tinggi di bidang tersebut. Setelah berlatih selama puluhan bahkan ratusan tahun, ia akhirnya mencapai puncak dari ilmu sihir.
"Masuklah," ujar Great Sage Rozard.
---
Great Sage Rozard memimpin jalan di depan. Jubah yang dikenakannya terseret di lantai saking panjangnya. Sementara itu, Archmage Luthinia memandangi koridor yang penuh dengan debu dan jaring laba-laba di sudutnya.
"Kapan terakhir kali kau membersihkan tempat ini?" Archmage Luthinia bertanya.
Great Sage Rozard tak menjawab. Ia terus berjalan menuju pintu berdaun ganda yang terbuat dari Kayu Tikaf, jenis kayu terkuat dan termahal di seluruh dunia. Sang Great Sage mendorong pintu perlahan dan nampaklah sebuah ruangan megah.
Ruangan tersebut berukuran 20 x 20 x 50 meter. Seluruh dindingnya ditutupi rak buku dan alat-alat sihir. Atapnya menjulang membentuk kubah, di kubah tersebut tergambar ribuan rasi bintang di langit. Di ujung ruangan terdapat meja kerja milik sang Great Sage. Archmage Luthinia memandang takjub, "Aku tak menyangka ada tempat seperti ini di bawah rumahmu."
"Ini pertama kalinya kau ke sini bukan? Duduklah."
Archmage Luthinia duduk di meja yang disediakan khusus untuk tamu, sementara sang Great Sage pergi untuk membuat minuman. Walaupun Great Sage Rozard seorang introvert, dia masih tetap memperhitungkan jika misalnya ada orang yang mengunjunginya. Bagaimanapun, hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain dalam waktu yang lama bisa membuat siapa pun gila.
"Aku datang ke sini untuk bertanya sesuatu," ucap Archmage Luthinia setelah menenggak teh yang disajikan.
Great Sage Rozard diam. Dia meminum tehnya dengan tenang. Archmage Luthinia tidak marah meskipun diabaikan, dia tahu watak pria dihadapannya. Jika ia terburu-buru, sang Seer malah tidak mau menjawabnya.
Tiba-tiba Great Sage Rozard berdiri, lalu berjalan menuju meja kerjanya. Dia mengambil sebuah kertas dari laci kemudian memberikannya kepada Archmage Luthinia.
"Apa ini?" Tanya sang Archmage, "Ini hanyalah sebuah kertas kosong," lanjutnya.
"Lihatlah lagi," balas Great Sage Rozard.
Archmage Luthinia tambah keheranan. Tapi ia tetap melakukan apa yang disuruh. Ia memandang lekat-lekat kertas yang kusam tersebut. Sedetik kemudian, cahaya yang menyilaukan memancar dari permukaan kertas. Sang Blue Sky refleks menutup matanya.
"Ini ... "
Ketika Archmage Luthinia membuka matanya, ia sudah berada di tempat yang berbeda. Lokasi yang ia kenal dengan baik karena tempat tersebut merupakan rahasia terbesar miliknya. Rangkaian peristiwa yang belum pernah ia alami terjadi di depannya. Ia terus berpindah tempat dengan peristiwa yang ikut berganti, layaknya seorang tokoh dalam sebuah film. Archmage Luthinia tahu, ia tidak sedang dalam ilusi, melainkan sedang melihat masa depan!
---
"Jadi ... begitu rupanya ... "
Archmage Luthinia berujar pelan. Roman mukanya menampilkan keterkejutan, bahkan, pakaiannya basah karena keringat.
"Sekarang aku mengerti kenapa kau menyuruhku untuk menemuimu. Pengetahuan ini, jika sampai tersebar pastinya akan menimbulkan kekacauan di seluruh benua- tidak! Bahkan seluruh dunia!" Lanjutnya.
Bibir Great Sage Rozard melengkung ke atas. Ini adalah ramalan yang ia simpan selama puluhan tahun. Dia bisa meramal, itulah kemampuan utamanya. Namun, ramalan yang dia terima biasanya tidak terlalu penting. Seperti bencana alam, krisis ekonomi, maupun keruntuhan sebuah negara. Memang, jika hal-hal tersebut disebarluaskan orang-orang bisa membuat persiapan. Akan tetapi, alam selalu menyesuaikan dan menjaga segalanya agar tetap teratur. Tidak peduli sekuat apa ia berusaha mencegahnya, bencana, krisis, dan perang akan selalu terjadi. Inilah yang membuat Great Sage Rozard putus asa, dan salah satu alasan yang membuatnya mengunci diri.
"Akhirnya, dugaan yang selama ini ada di benakku bisa terkonfirmasi, pertanyaan yang selama puluhan tahun menghantuiku dan guru-guruku telah terjawab. Terima kasih, Rozard, kau sudah memberiku harapan. Aku, tidak, seluruh dunia berhutang padamu!"
"Kau berlebihan, Blue Sky. Aku tak lain hanyalah penyihir biasa yang suka mengintip masa depan," Great Sage Rozard merendah.
"Tapi, ramalanmu selalu akurat. Setidaknya, dengan informasi ini aku akan melakukan peranku. Waktu kita semakin menipis. Sebelum 'itu' terjadi, kita harus mengumpulkan semua kekuatan yang ada. Kita akan menyatukan mereka ke bawah panji yang sama, demi masa depan kita semua!"
Great Sage Rozard mengangguk, "Benar, aku juga akan melakukan apa yang menjadi tugasku. Sisanya kuserahkan padamu, Luthinia."
"Ya!" Archmage Luthinia menjawab mantap.
Tiba-tiba, tablet komunikasi khusus untuk para Great Sage dan Archmage berbunyi. Great Sage Rozard dan Archmage Luthinia segera mengeceknya. Panggilan tersebut berasal dari Great Sage Angelie yang berada di Benua Zenke.
Great Sage Rafflus, Great Sage Rozard, Great Sage Angelie, Great Sage Nehm, Archmage Sein, dan Archmage Luthinia, keenam pemimpin Heavenly Six semuanya sudah berkumpul.
"Oh, akhirnya, aku hampir muak menunggu kalian semua," suara Great Sage Angelie dipenuhi oleh kekesalan.
"Woah woah woah, apa yang membuat hatimu dongkol, nenek?" Archmage Sein berkata dengan nada mengejek.
"Aku tak punya waktu untuk meladeni cemoohanmu, ada yang lebih penting dari itu!" Great Sage Angelie berkata serius.
Para penyihir tingkat tertinggi yang hadir dalam panggilan itu langsung diam. Great Sage Angelie selalu meladeni ejekan Archmage Sein bahkan jika hal tersebut terkesan sepele. Namun, jika ia sampai acuh tak acuh, artinya terjadi sesuatu yang benar-benar urgent dan tidak biasa.
"Katakan!" Perintah Great Sage Rafflus.
Great Sage Angelie menggigit bibir bawahnya, ia memejamkan matanya dan mengambil napas sejenak, mencoba menenangkan diri.
"Aku baru saja diserang, dan hampir mati karenanya ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments