"Luar biasa! Jadi ini adalah kekuatan dari sang Blue Sky!" Seru Raja Balsa. Ia memandang Archmage Luthinia dengan mata berbinar-binar.
"Tidak bisa dipercaya! Dia mampu mengatasi musuh sebanyak itu sendirian," komentar Raja Farza.
Blue Sky adalah julukan Archmage Luthinia. Setiap penyihir yang sudah mencapai tingkat Archmage dan Great Sage akan mendapatkan julukan oleh penyihir tingkat tertinggi lainnya. Di antara julukan-julukan tersebut, mereka harus memilih salah satu. Biasanya, julukan yang diberikan berkaitan dengan kekuatan, sifat, atau penampilan fisik. Seorang Great Sage atau Archmage juga boleh mengajukan julukan yang dibuatnya sendiri, asal disetujui oleh paling tidak 3 penyihir tingkat tertinggi yang lain.
"Yah, karena masalahnya sudah diatasi, aku akan kembali ke ruang pertemuan. Itupun kalau raja-raja yang lain belum kabur karena ketakutan. Hahaha!" Raja Balsa berbalik lalu berjalan pergi.
"Hais, kakek tua itu. Jika mereka mendengar ucapannya, bisa-bisa terjadi Intercontinental War yang kedua," Raja Farza menggeleng pelan.
Pangeran Ruu tidak berkomentar. Pikirannya masih tertahan di pertempuran tadi. Meski berlangsung singkat, tapi kekuatan yang ditampilkan benar-benar tidak seimbang.
Ruu pernah membaca di sebuah buku bahwa perbedaan antara Wizard / Sage dengan Archmage / Great Sage ibarat langit dan bumi. Jika kekuatan sihir Wizard / Sage dimisalkan seember air, maka kekuatan sihir Archmage / Great Sage seperti sebuah samudra. Baik dari kualitas maupun kuantitas kekuatan sihir, penyihir ditingkat lebih tinggi jelas lebih superior. Karena itu, tidak masuk akal jika beberapa ribu Veteran bisa membuat seorang Archmage berkeringat.
Setidaknya, itulah yang ada di benak Pangeran Ruu.
"Ruu."
" ... "
"Ruu!"
" ... "
"Hei! Ruu!"
Raja Farza menepuk punggung Pangeran Ruu, membuatnya tersentak.
"A-ada apa?" Pangeran Ruu memandang gugup Raja Farza.
"Ayo kembali, semuanya sudah selesai di sini. Sepertinya pertemuan akan dilanjutkan esok hari. Jadi, lebih baik kita kembali ke penginapan saja."
Pangeran Ruu memandang Archmage Luthinia sekali lagi, lalu mengangguk dan mengikuti saran Raja Farza.
Archmage Luthinia dan Wizard Lufia mendarat di balik tembok kota. Puluhan penyihir yang bertugas menjaga kota segera mendatangi mereka berdua untuk berterimakasih. Terlihat Wizard Lufia agak kewalahan menghadapi mereka semua, sementara Archmage Luthinia tidak memedulikannya.
Walikota Arma berlari tergopoh-gopoh, bahkan beberapa kali ia hendak jatuh karena tersandung kakinya sendiri.
"Terimakasih, Archmage Luthinia. Berkat Anda Kota Hanadium beserta penduduknya masih bisa melihat esok hari," Walikota Arma berkata dengan tulus.
"Hm," Archmage Luthinia menanggapi dengan malas. Ia kemudian merapalkan mantra terbang.
"Lufia, aku akan pergi sebentar. Kau uruslah semua yang perlu diurus bersama Arma," ujar Archmage Luthinia.
"Ah, baik master," Wizard Lufia membungkuk hormat.
"Serahkan saja pada kami," Walikota Arma juga ikut membungkuk.
Archmage Luthinia melesat pergi menuju pusat kota. Hanya sedikit orang yang tahu, jika di bawah Kota Hanadium ada struktur rahasia yang hanya boleh dimasuki oleh para Great Sage / Archmage dan orang-orang yang mendapat izin dari mereka.
Ruangan itu lengang, cahaya dari lampu temaram. Archmage Luthinia duduk di balik meja bundar. Hanya ia sendiri di sana. Lima kursi lainnya tampak kosong, tapi persis di depan kursi-kursi tersebut ada tablet komunikasi khusus.
Lima menit, sepuluh menit, dan kini hampir setengah jam Archmage Luthinia terus menunggu. Tablet komunikasi akhirnya berpendar terang, lalu menampilkan siluet lima orang.
"Luthinia, ada apa? Tidak biasanya kau memanggil kami."
Suara itu datang dari sisi kanan tempat Archmage Luthinia duduk. Dia adalah seorang pria dengan rambut hitam panjang sepunggung, mata berwarna merah delima dan kumis hitam tipis. Jubah coklat khas penyihir mendekap tubuhnya.
"Sein, kemana saja kau selama ini? Sudah hampir seratus tahun kita tidak bertemu."
Terdengar suara dari sisi kiri Archmage Luthinia. Suara tersebut milik seorang wanita dewasa berambut ungu kehitaman, iris mata coklat, dan mengenakan jubah berwarna merah muda.
"Hm? Untuk apa aku bertemu denganmu, nenek tua?" Ejek Archmage Sein.
"Apa katamu!? Aku ini Angelie Victoria, Great Sage yang terhormat! Bukan nenek tua!" Seru Angelie, "Aku mewarisi darah dari bangsawan Kerajaan Victoria, tidak sopan Archmage sepertimu mengataiku begitu!" Lanjutnya.
"Tapi, bukankah Victoria sudah hancur karena konflik internal? Toh waktu itu kau juga tidak memedulikan kerajaanmu dan lebih memilih untuk melakukan penelitian," balas Sein.
"Diam kau!" Bentak Great Sage Angelie.
"Ehem!" Archmage Luthinia sengaja batuk untuk mengingatkan mereka berdua. Archmage Sein dan Great Sage Angelie segera menghentikan tingkah mereka yang sedikit kekanakan.
"Alasan aku memanggil kalian semua adalah untuk membahas sesuatu hal yang sangat penting."
Archmage Luthinia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Kota Hanadium baru saja diserang."
Perkataan sang Blue Sky sontak membuat mereka terkejut. Hanya satu orang yang tampak tenang, yaitu penyihir yang mengenakan jubah hitam dengan tudung yang menutupi wajahnya. Keempat penyihir tertinggi lain menatap sangsi Archmage Luthinia. Awalnya mereka berpikir Archmage Luthinia hanya bercanda, tapi mengingat kepribadiannya yang selalu serius, mereka langsung menghapus anggapan tersebut.
"Bagaimana situasi di sana?"
Kali ini yang bertanya adalah seorang Great Sage dengan penampilan kakek tua. Rambutnya penuh uban, kumis dan jenggotnya sudah memutih puluhan tahun lalu. Ia mengenakan kacamata tebal untuk mengatasi presbiopi yang dideritanya. Sang Great Sage memakai jubah biru gelap berpola hitam. Dia adalah Great Sage Rafflus, anggota Heavenly Six tertua di antara mereka semua.
"Semua masih baik-baik saja. Aku berhasil mengatasi para musuh," jawab Archmage Luthinia.
"Walau aku tidak tahu orang bodoh mana yang berani menyerang Kota Hanadium, tapi meninggalkan penjagaan kota padamu adalah keputusan yang tepat, Luthinia," puji Archmage Sein.
Pujian Archmage Sein tidak membuat Archmage Luthinia gembira, malah itu seakan menambah beban di hatinya.
"Jangan terlalu senang dulu. Penyerang kota saat itu adalah Veteran, dan jumlah mereka ada ribuan," jelasnya.
"Ribuan!?" Great Sage Angelie berteriak kencang. "Tapi, kalau dipikir-pikir, jumlah segitu tidak bisa mengancam dirimu, Luthinia. Yang jadi masalah adalah dalang di baliknya. Aku tahu kalau di Benua Renke tidak ada kekuatan yang bisa melakukan hal tersebut, begitu pula di Benua Zenke tempatku berada sekarang."
Ucapan Great Sage Angelie diamini oleh semua yang hadir.
"Nah, Luthinia, bisakah kau mengatakan pada kami bagaimana kejadiannya?" Pinta Great Sage Rafflus.
Luthinia mengangguk, lalu menceritakan secara detail apa yang terjadi saat penyerangan berlangsung. Seluruh Great Sage dan Archmage mendengarkan dengan seksama, mereka sama sekali tidak ingin kehilangan secuil informasi. Lima menit berselang, Archmage Luthinia selesai dengan paparannya. Semua orang diam, mencerna informasi tersebut di pikiran masing-masing. Ekspresi mereka semua tampak rumit dan bingung. Semuanya, kecuali satu orang, yaitu penyihir yang mengenakan jubah hitam.
"Akhirnya, mereka tiba!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
anggita
Blue Sky..
2023-04-19
0