SNF - Meeting

Kota Hanadium, Kastil Blue Light.

Duduk di kursi berhiaskan batu mulia seorang gadis berperawakan sedang. Rambut biru langitnya tergerai sepanjang bahu. Mata gelapnya memandang ke kejauhan, seakan mencoba melihat apa yang ada di masa depan. Jubah putih melekat di badannya. Di sebelah kirinya terdapat tongkat sihir yang mengambang di atas lantai.

Dia adalah Luthinia, Archmage yang juga salah satu pemimpin Heavenly Six, guru dari Wizard Lufia. Tangan kanan sang Archmage memegang sebuah buku dengan sampul yang usang. Itu adalah buku yang diwariskan oleh masternya, Great Sage Arcturus. Luthinia mengalihkan pandangannya ke halaman buku yang terbuka, kemudian ditutupnya buku tersebut dengan keras.

"Sudah waktunya, kah....?"

---

"Yang Mulia, sudah waktunya kita berangkat," ujar Fei sambil mengetuk pintu kamar pangeran.

Pintu dibuka perlahan, memperlihatkan Pangeran Ruu dengan pakaian bangsawan.

"Ayo!"

Pangeran Ruu berjalan di depan, memimpin Fei dan beberapa pengawal di belakangnya. Pikirannya masih terpaku dengan kabar mengenai hancurnya ibukota Kerajaan Roini. Prajurit yang dia kirimkan belum memberinya kabar karena perjalanan mereka memakan waktu sekitar 2 minggu. Meskipun terdapat sihir teleportasi, tapi itu menghabiskan banyak energi sihir. Dirinya yang hanya seorang Veteran tidak mampu merapalkan sihir tingkat tinggi seperti itu.

Berbeda halnya jika dia adalah seorang Sage / Wizard. Penyihir di tingkat tersebut punya kapasitas energi yang sangat besar. Jika kapasitas energi sihir di tingkat Veteran diibaratkan sebagai setetes air, maka kapasitas energi sihir di tingkat Sage / Wizard ibarat ember yang penuh berisi air.

Pangeran Ruu dan rombongannya terus berjalan hingga sampai ke sebuah platform batu. Di sana sudah berkumpul Raja Farza beserta para pengikutnya. Terlihat pula Wizard Lufia yang berpakaian ala penyihir dan membawa tongkat besar.

"Oh, kau sudah tiba, Ruu," sapa Raja Farza.

"Salam, Yang Mulia Farza," Pangeran Ruu membungkuk hormat.

"Aku sudah mendengar apa yang terjadi di ibukotamu dari Wizard Lufia. Aku turut bersimpati. Pendiri Kerajaan Roini dan leluhurku pernah berteman baik. Aku juga sudah menganggapmu sebagai keponakanku sendiri. Tenang saja, Ruu. Jika benar pelakunya adalah salah satu kerajaan di Benua Renke, maka setibanya di pertemuan nanti aku akan menegakkan keadilan untukmu!"

Pangeran Ruu tidak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan Raja Farza. Tapi, dia sedikit tersenyum. "Terima kasih, Yang Mulia."

"Baiklah, semuanya sudah siap?" Tanya Lufia sembari memandang sekitar.

Setelah mendapat anggukan dari semua orang, Lufia mengangkat tongkat sihirnya sambil merapalkan mantra. Energi sihir berkumpul di sekitar menciptakan fenomena seperti angin sepoi-sepoi.

"Teleportation!"

Lufia menghentakkan tongkatnya ke tanah. Sepersekian detik kemudian muncul lingkaran sihir yang memendarkan cahaya kebiruan. Cahaya tersebut menyelimuti semua orang yang berada di atas platform, memindahkan mereka ke daerah tujuan.

---

Di ruangan pertemuan, duduk mengelilingi meja bundar raja-raja dari penjuru Benua Renke. Jumlahnya ada 15 ditambah satu walikota Kota Hanadium. Meskipun enam Great Sage / Archmage adalah pemimpin Kota Hanadium, mereka jarang sekali terlibat dalam pemerintahannya. Oleh karena itu, ditunjuklah seorang walikota untuk mengurus administrasi dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

"Beberapa dari hadirin tentu sudah mengenal saya, tetapi demi formalitas saya akan memperkenalkan diri saya sekali lagi. Nama saya Arma Dian, Walikota Hanadium yang ke-214."

Arma Dian, sang walikota, adalah pria paruh baya dengan rambut pirang, janggutnya panjang sebahu tanpa kumis sedikit pun, matanya tajam dengan iris biru muda, membuatnya terlihat berwibawa.

"Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada hadirin semua yang telah meluangkan waktunya untuk datang kemari. Pertemuan setiap lima tahun sekali ini diharapkan bisa mempererat hubungan antar kerajaan di Benua Renke."

"Sudahi basa-basinya, Tuan Arma. Waktu untuk formalitas seharusnya bisa dialihkan untuk membahas hal-hal lain yang lebih penting," sela Raja Farza.

"Heh, kau masih tidak sopan seperti biasanya, Raja Farza. Tidak seperti putraku yang tahu tata krama."

Suara itu berasal dari seorang kakek berbadan kurus. Kepalanya botak dengan tahi lalat di dahi. Wajahnya penuh keriput tapi masih bisa menampilkan ekspresi dengan baik.

"Diam kau, Balsa! Bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak suka dibanding-bandingkan dengan putramu itu!?" Seru Raja Farza penuh kekesalan.

"Hehehe, tapi aku tidak salah kan?"

"Kau....!"

"Ehem, Raja Farza, Raja Balsa, saya yakin bukanlah hal yang bijak untuk memulai keributan di pertemuan ini. Mohon ingat kalau kalian berdua adalah perwakilan dari negara masing-masing," tegur Walikota Arma.

"Hmph, kau beruntung aku tidak menghajarmu di sini, Kakek Tua!"

"Hehehe, kalau kau mau merasakan sihirku, silahkan saja. Kuladeni kapan pun kau mau."

"Tuan Arma, saya melihat ada satu kursi yang kosong. Apa ada negara lain yang tidak hadir?" Pangeran Ruu yang sedari tadi diam kini angkat bicara.

Semua orang mengalihkan perhatiannya kepada sang pangeran.

"Oh, apakah kau dari Kerajaan Roini?" Tanya Ratu Hetan. Dia adalah penguasa dari kerajaan di daerah pesisir. Wilayahnya berbatasan dengan Samudra Barat.

"Anda benar," Pangeran Ruu berdiri dari kursinya, "Nama saya Ruu Roini, pangeran pertama Kerajaan Roini."

"Oh, anak sulung Roinatus rupanya, apa ayahmu sakit? Mengapa dia tidak menghadiri pertemuan ini?" Tanya Ratu Hetan.

"Itu...." Pangeran Ruu kebingungan mengenai jawaban apa yang akan dia berikan. Melihat hal itu, Raja Farza memutuskan untuk membantunya.

"Ibukota Kerajaan Roini diserang."

"Apa!?"

Ucapan Raja Farza mengagetkan semua yang hadir.

"Aku tidak tahu bajingan mana yang melakukannya, tapi jika pelakunya ada di antara kalian, jangan harap bisa keluar dari kota ini hidup-hidup!" Ancamnya.

"Tolong tenang, Raja Farza. Kami rencananya juga hendak membahas hal tersebut di pertemuan kali ini. Dan untuk mengenai kursi yang kosong, beliau seharusnya sudah tiba sekarang."

"Beliau?" Gumam Raja Balsa.

Krieekk!

Pintu ruang pertemuan dibuka, seorang gadis berpakaian penyihir dengan jubah putih melangkah masuk. Walikota Arma membungkuk hormat.

"Selamat datang, Archmage Luthinia."

Semua orang kembali terkejut. Sangat jarang untuk sosok seperti Archmage menghadiri rapat tersebut. Meski ketidakhadiran mereka membuat sebagian raja berpikir Heavenly Six terlalu sombong, tetapi mereka mencoba memaklumi karena peran yang diemban oleh Heavenly Six sangat berat.

Sontak, para raja dan ratu yang hadir di ruangan tersebut berdiri. " Salam, Archmage Luthinia."

Luthinia mengangguk kecil, lalu mempersilahkan semua orang untuk duduk. Dia sendiri juga duduk di kursi yang tadinya kosong.

Pertemuan kembali dilanjutkan dengan atmosfer yang berbeda. Kehadiran seorang penyihir tingkat tertinggi sudah cukup untuk menekan semua orang yang hadir. Mereka tidak berani berbicara kecuali diizinkan. Great Sage dan Archmage adalah sosok yang hampir absolut. Selain memiliki kekuatan yang besar, mereka juga diberkahi dengan umur panjang. Archmage Luthinia sendiri sudah berusia sekitar 300 tahun, meski penampilannya tidak menua dan terlihat seperti gadis 16 tahunan.

"Lanjutkan pertemuannya," perintah Luthinia.

"Baik!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!