"A-apa itu...."
Ribuan titik hijau bertebaran di langit malam. Tak sampai 5 detik, dari pusat titik-titik hijau tersebut, melesat sinar dengan warna serupa.
"Awas!!!"
Eria menjadi orang pertama yang menyadari situasi berbahaya tersebut. Dia buru-buru memeluk Aria dan mengaktifkan sihir perlindungan.
Blarr!! Blarr!! Duarr!!
Sinar hijau menghantam rumah dan kios-kios. Menghancurkannya dalam sekejap. Warga kota panik, mereka berhamburan menyelamatkan diri. Namun, sudah terlambat untuk itu.
Serangan tersebut tidak berlangsung lama. Hanya seperempat menit. Tapi dampak yang ditimbulkan sangatlah mengerikan.
Debu dan asap membumbung tinggi. Mayat orang-orang bertebaran dimana-mana. Sebagian ada yang utuh, sebagian lagi ada yang tinggal separuh. Bahkan, ada yang jasadnya lenyap tak tersisa. 50% Kota Red Apple hancur dalam waktu 15 detik.
Anak-anak menangis. Orang dewasa pun sama, meratapi kematian orang yang dicintainya. Semuanya berlangsung begitu cepat. Aria tidak dapat memahami apa yang terjadi. Posisinya tiarap, dipeluk oleh Eria yang berada di atasnya.
"E-Eria.... Apa.... Yang terjadi...." Ujarnya terbata-bata.
"Saya juga tidak tahu, Nona. Yang pasti, ada yang menyerang kita."
Eria menjawab setenang mungkin. Meski begitu, ketakutan tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Pelindung sihirnya retak dan berlubang. Padahal, sinar hijau tidak mengenainya. Jika sampai serangan itu menghantam pelindung sihirnya, tentu mereka berdua akan langsung musnah.
"E-Eria.... Bagaimana dengan.... Penduduk kota.... dan.... Walikota...."
Eria melihat sekelilingnya. Matanya terbelalak ketika melihat mayat di sampingnya. Mayat yang langsung ia kenali identitasnya.
"Maafkan saya, Nona. Sepertinya banyak penduduk yang meninggal. Dan walikota.... Beliau tidak selamat...."
"...."
Tidak ada tanggapan dari Aria. Namun, Eria tidak terkejut. Ia bisa memahami kepedihan yang dirasakan oleh Aria. Rakyat yang ia cintai terbunuh di depan matanya, oleh pelaku yang tidak diketahui, dan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegahnya.
Eria mengepalkan tangannya. Tugas utamanya adalah melindungi Putri Aria. Nyawa Aria sangat berharga dan dia akan terus melindunginya. Bahkan jika harus mengorbankan seluruh warga kota sekalipun.
"Nona, kita harus segera pergi dari si-"
Perkataan Eria terputus ketika ia mendengar langkah kaki yang mendekatinya. Dia menengok ke kanan, yang merupakan arah sumber suara. Kabut debu perlahan-lahan menghilang. Menampakkan sosok yang Eria yakini sebagai dalang dibalik penyerangan.
"Apa-apaan... Siapa kamu?!"
Sosok dihadapan Eria tampak seperti gadis berusia 18 tahun. Rambutnya hijau muda sebahu dengan warna mata yang sama. Kulitnya putih dan mulus, bahkan lebih bagus daripada milik Aria.
Ia memakai kemeja hitam lengan pendek dengan rompi hijau dan dasi hitam. Rok pendek di atas lutut dengan garis hijau di tepi melekat pada tubuhnya. Gadis itu mengenakan stocking hitam yang menutupi lutut dan pahanya. Sepatu warna hitam membalut kedua kakinya.
Di kedua telinga dan sepatunya terdapat hologram hijau yang berbentuk sayap kecil. Di leher gadis tersebut terdapat huruf bertuliskan "PAGA-1290". Terakhir, tangan kanannya memegang tombak hitam dengan mata tombak hijau terang.
[Target ditemukan. Memulai eliminasi]
Gadis itu berkata dengan intonasi datar. Seperti sebuah robot. Tombaknya ia acungkan ke depan.
Eria merasakan bahaya dari sosok di hadapannya. Dia buru-buru berdiri dan menghunuskan pedangnya.
"Nona Aria, saya mohon, pergilah dari sini!"
"Ta-tapi...."
"Tolong pergilah! Saya tidak tahu berapa lama saya bisa menaha-"
Jleb!
"Eh?"
Eria merasakan sakit pada dadanya. Ia melihat ke bawah. Tombak dari gadis di hadapannya sudah menembus jantungnya. Ekspresi lawannya datar, ia lalu menarik paksa tombaknya dari tubuh Eria. Eria memuntahkan seteguk darah. Pandangannya mengabur, tubuhnya mendingin. Perlahan-lahan, Eria kehilangan kesadarannya. Meski begitu, ia mengumpulkan seluruh tekad yang dimiliki, dan mengucapkan satu kata.
"Lari...lah...."
Bruk!
Tubuh Eria jatuh ke tanah dengan mengenaskan. Matanya sayu, terlihat penyesalan karena tidak dapat melindungi orang yang paling dihormatinya.
[1.785 target tereliminasi. 244 target tersisa]
Aria menatap mayat Eria tidak percaya. Pandangannya lalu beralih kepada gadis berambut hijau yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ti-tidak. Aku.... Aku.... Aku harus pergi dari sini."
Aria mencoba bangkit, tapi tak bisa. Seakan terdapat rantai tak kasat mata yang mengikatnya.
"Bergerak! Bergeraklah, dasar kaki sialan!"
Aria semakin panik. Dia memukul-mukul kakinya, yang tentunya itu tindakan sia-sia. Aria terlalu takut dan terkejut sampai-sampai dia lupa bagaimana caranya berdiri.
Gadis berambut hijau berhenti melangkah. Jaraknya hanya sepuluh sentimeter dari Aria, yang menatapnya dengan tatapan horor. Cairan berbau pesing keluar dari balik gaun merahnya. Gadis berambut hijau tak peduli. Dia mengangkat tombaknya tinggi-tinggi, lalu menghujamkannya ke kepala Aria.
Tidak ada teriakan, tidak ada erangan. Aria terlalu takut untuk bersuara. Dan dia bahkan tidak menyadari, jika nyawanya sudah terpisah dari tubuhnya.
[1.786 target tereliminasi. 243 target tersisa]
Gadis berambut hijau dengan huruf "PAGA-1290" di lehernya berkata datar. Hologram sayap di sepatu dan telinganya berpendar terang, membuatnya melayang di atas tanah. Ia terbang ke atas langit kota. Mata hijaunya bergerak kesana-kemari, memindai daratan di bawahnya. Setelah menemukan target selanjutnya, dia melesat dengan kecepatan tinggi.
Di daerah ibukota, tepatnya di kastil.
Ruang tahta ramai seperti biasanya. Raja Roinatus sedang berdiskusi dengan para menteri, membahas berbagai masalah yang dihadapi kerajaan.
Tiba-tiba, pintu ruang tahta dibuka dengan keras. Seorang prajurit buru-buru masuk dan berlutut di depan Roinatus.
"Maaf, Yang Mulia Raja. Saya memiliki laporan darurat yang harus disampaikan."
Para menteri awalnya jengkel karena prajurit itu masuk tanpa memperhatikan tata krama. Namun, setelah mendengar perkataannya, mereka semua terdiam sambil memandang Roinatus.
"Katakan!" Roinatus berujar pendek.
"Siap, Kami mendapat laporan bahwa.... Kota Red Apple telah musnah...."
Sontak semua orang yang ada di ruangan tersebut membelalakkan matanya.
"Apa?!"
"Mustahil!"
"Apakah ini ulah Kerajaan Orwell?"
Roinatus menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menatap serius sang prajurit.
"Jelaskan!"
"Ya, kami mendapat laporan tersebut dari sekelompok karavan. Awalnya mereka hendak ke Kota Red Apple untuk membeli sejumlah hasil panen. Namun, sesampainya di sana, seluruh kota sudah musnah. Kelompok karavan tersebut langsung kembali ke kota terdekat dan melaporkan kejadian tersebut pada prajurit kerajaan. Setelahnya kami mengirimkan sejumlah prajurit untuk mengecek situasi di kota."
"Dan hasilnya?" Roinatus buru-buru bertanya.
Sang prajurit menelan ludahnya.
"Tidak ada yang selamat. Pria, wanita, tua, muda, semuanya dibunuh dengan kejam. Dan.... Kami juga menemukan mayat Putri Aria beserta pengawalnya."
Mendengar laporan bawahannya, Roinatus menjadi lemas. Ia hampir pingsan dan jatuh ke lantai, tapi beberapa menteri dengan sigap menahan tubuhnya.
"Mustahil.... Ini mustahil.... Putriku.... Aria...."
Roinatus bergumam lemah.
Suasana di ruang tahta menjadi muram. Duka tidak hanya terlihat di wajah sang raja, melainkan juga para menteri. Bagaimanapun, mereka telah kehilangan sosok putri yang merupakan kebanggaan Kerajaan Roini. Kesedihan mereka akhirnya berubah menjadi perasaan benci dan dendam. Dalam hati, mereka bersumpah akan menemukan pelaku tragedi ini dan membalasnya seratus kali lipat.
Tap! Tap! Tap! Tap!
Brak!
Pintu menuju ruang singgasana dibuka dengan keras. Terlihat seorang pria botak dengan kumis tebal sedang terengah-engah, kedua tangannya memegang daun pintu.
"Jenderal Gaum! Yang Mulia sedang berduka sekarang! Jika kau tidak punya alasan kuat dibalik sikapmu yang kurang ajar itu, maka kau tidak akan bisa lepas dengan mudah!" Teriak salah satu menteri. Dia sudah tidak tahan dengan sikap orang-orang yang seenaknya masuk ruang tahta.
"Maafkan saya, Menteri Jonathan. Tapi ini benar-benar situasi darurat."
"Katakan!" Seru Jonathan.
"Saat ini, kastil kita sedang diserang!"
Pernyataan Jenderal Gaum membuat semua orang di ruangan tersebut terbelalak. Baru saja mereka kehilangan Aria, sekarang mereka diserang oleh pihak tak dikenal. Mereka merasa harga diri mereka direndahkan, diinjak-injak.
"Bawa Yang Mulia ke tempat yang aman! Menteri-menteri lain ikutlah denganku!"
Komando Jonathan segera diikuti oleh semua orang. Dia merupakan tangan kanan Raja Roinatus sehingga wajar jika dirinya sangat dipercaya oleh orang lain.
Ketika Jonathan dan para menteri sampai di bagian luar bangunan kastil, mereka langsung menghadap ke langit. Wajah mereka menunjukkan ketidakpercayaan. Wilayah ibukota yang mereka banggakan karena tidak pernah tertembus oleh musuh selama ratusan tahun, kastil mereka yang tidak pernah berhasil didekati lawan, kini dikelilingi oleh ribuan makhluk humanoid yang melayang di angkasa.
Makhluk-makhluk itu memegang tombak di tangan kanannya. Pakaian yang mereka kenakan juga aneh, tidak ditemukan di wilayah mana pun di Benua Renke.
"Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa kita dikepung oleh musuh semudah ini?!" Pekik salah satu menteri, "Dan bukan sembarang musuh, mereka semua adalah penyihir tingkat tinggi!" Lanjutnya.
Perkataan menteri itu bukan tanpa dasar. Setiap orang memiliki potensi untuk menggunakan sihir. Meski begitu, hanya segelintir yang benar-benar melatihnya, mereka disebut sebagai "penyihir". Penyihir sendiri dibagi ke dalam lima kategori : Novice, Intermediate, Veteran, Sage/Wizard, dan Great Sage/Archmage. Kategori pertama dan kedua sering disebut penyihir tingkat rendah, sedangkan untuk kategori selanjutnya disebut penyihir tingkat tinggi.
Keberadaan penyihir tingkat tinggi sangat langka dan berharga. Kerajaan Roini hanya punya satu, yaitu sang Pangeran Pertama, Ruu Roini. Hanya saja, saat ini dia sedang melakukan diplomasi ke luar negeri, sehingga tidak tahu menahu kalau negerinya sedang diserang.
"Sialan! Mereka setidaknya ada di tingkat Veteran. Meski begitu, kita tidak boleh menyerah! Demi Yang Mulia Raja, demi Kerajaan Roini yang kita banggakan, kita harus melawan hingga titik darah penghabisan!" Seru Jonathan.
"Benar! Benar!"
"Bunuh! Hancurkan mereka!"
"Kita tidak takut! Kita akan membawa mereka ke neraka bersama!"
Teriakan Menteri Jonathan disambut sorak-sorai dari para prajurit dan menteri di sekitarnya. Sementara itu, para humanoid yang mengepung mereka tidak mengucapkan sepatah kata. Ekspresi mereka tenang, terlalu tenang malah. Seolah-olah mereka adalah boneka yang dikendalikan orang lain.
"Target ditemukan, memulai eliminasi."
Para humanoid mengangkat tombak mereka, mengarahkan mata tombaknya ke bawah. Sementara itu, pasukan Kerajaan Roini bersiap-siaga. Mereka mengaktifkan sihir pelindung kuno berbentuk kubah yang mencakup seluruh kastil. Pelindung itu dibuat oleh sang raja pertama yang juga seorang Archmage sekitar 400 tahun lalu. Tidak ada yang mampu menembus penghalang tersebut, setidaknya, itulah yang ada di pikiran mereka.
Mata tombak berpendar terang, membuat langit di atas kastil dipenuhi oleh titik-titik hijau. Dengan gerakan serempak, para humanoid melemparkan tombaknya. Tombak melesat dengan kecepatan supersonik, lalu menghantam dinding pelindung dan menghasilkan suara yang memekakkan.
Krak!
Pyar!
Jonathan bergidik ngeri, itu adalah suara yang sangat tidak ingin didengarnya. Sihir pelindung kebanggaan Kerajaan Roini, yang telah berdiri hampir setengah milenium lamanya, hancur dalam sekali serang. Meski begitu, dia sudah memperkirakan hal itu terjadi. Karena itu, dia segera memerintahkan para prajurit untuk menembakkan balista.
Suara nyaring terdengar saat puluhan anak panah menghantam tubuh para humanoid. Anehnya, tidak terlihat sedikit pun goresan di tubuh mereka. Raut wajah mereka juga datar, tidak menampakkan kesakitan atau keterkejutan.
Jonathan menggertakkan giginya. Dia hendak memberi perintah para prajurit untuk mundur dan mengatur strategi baru. Namun, belum sempat dirinya membuka mulut. Tubuh para humanoid memancarkan sinar kehijauan yang disusul oleh percikan-percikan petir.
"Gawat! Itu tidak terlihat bagus, semuanya mundu-"
Blarrrr!!
Terjadi ledakkan dahsyat. Kastil Kerajaan Roini luluh lantak. Gelombang energi meratakan area seluas puluhan kilometer persegi, dan daya kejutnya bisa dirasakan hingga 100 kilometer jauhnya.
Bukan cuma kastil kerajaan, seluruh ibukota kerajaan juga terkena dampaknya. Puluhan ribu orang yang tidak tahu apa-apa mati dalam ledakan maha dahsyat. Hari itu menjadi pertanda kedatangan bencana untuk seluruh penghuni Benua Renke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
anggita
kota red apple.. 🍎
2023-04-19
0