SNF - Surprise

Rapat terus berlanjut dengan pembahasan mengenai kondisi sosial, ekonomi, politik dan lain-lain. Masing-masing melontarkan argumennya dengan data dan fakta tanpa menjatuhkan pihak lainnya. Sebisa mungkin, mereka menghindari melakukan kesalahan agar tidak menyinggung pihak dari negeri lain.

"Baiklah, sekarang kita akan memasuki sesi pembahasan mengenai penyerangan yang terjadi di ibukota Kerajaan Roini. Pangeran Ruu, sebelum kami memulainya bisakah Anda menceritakan apa yang Anda lakukan selama di Kerajaan Preita?" Tanya Walikota Arma.

Pangeran Ruu mengangguk dan mulai bercerita dengan detail. Dia tidak melewatkan satu hal apa pun, termasuk pertemuannya dengan Wizard Lufia.

"Hingga sekarang, saya belum bisa menemukan keberadaan ayah saya," Pangeran Ruu mengakhiri ceritanya.

"Terima kasih, Pangeran Ruu. Selanjutnya, saya akan memaparkan hasil investigasi yang sudah dilakukan oleh organisasi Heavenly Six. Pertama-tama....."

Archmage Luthinia memejamkan matanya. Dia tidak berbicara apa pun selama rapat berlangsung, karena dia tidak terlalu peduli dengan negara-negara lain. Mereka yang berada di puncak tidak perlu mengurusi hal-hal yang remeh seperti itu, setidaknya, itulah yang Luthinia percayai.

Archmage Luthinia semakin bosan seiring berjalannya rapat. Dia bertanya-tanya kapan mereka akan selesai, hingga suatu keanehan membuatnya terkesiap.

"Energi ini...."

Archmage Luthinia memandang langit-langit ruangan, tapi inderanya menyebar hingga ke seluruh Kota Hanadium. Tiba-tiba pintu ruangan dibuka oleh seorang penyihir.

"Mohon maafkan saya, Archmage Luthinia. Ini keadaan darurat! Kami mendapat laporan dari penyihir yang bertugas menjaga gerbang kota bahwa ada banyak penyihir tingkat Veteran yang mengepung kota kita!"

Ucap penyihir itu sambil membungkuk.

"Mustahil! Bajingan mana yang berani menyerang kota suci para penyihir!?" Seru Raja Balsa yang diikuti anggukan raja lainnya.

"Aku akan keluar untuk memeriksanya, Ruu, kau mau ikut denganku?" Ajak Raja Farza.

"Tentu. Lagipula aku juga seorang Veteran," balas Ruu.

"Tunggu! Aku juga ikut!" Teriak Raja Balsa sembari berlari menyusul Raja Farza dan Pangeran Ruu yang berjalan keluar ruangan.

Sementara itu, para penguasa lainnya hanya bisa menatap Archmage Luthinia yang masih memandang ke atas.

"Suruh semua penyihir untuk bersiap. Kita menghadapi pengepungan untuk pertama kalinya sejak kota ini didirikan. Pastikan untuk menjaga setiap sudut Kota Hanadium!" Suara Archmage Luthinia pelan tapi bisa didengar oleh semua orang.

---

"Sial, apa-apaan itu?"

Raja Balsa memandang langit di atas Kota Hanadium yang kini dipenuhi oleh titik-titik kehijauan. Mereka berada di luar pelindung yang melingkupi kota.

"Ada kemungkinan mereka yang menyerang ibukota. Ruu, bagaimana menurutmu?" Tanya Raja Farza.

Ruu tidak berkomentar. Matanya terpaku pada kumpulan humanoid yang melayang di atasnya. Ribuan penyihir tingkat Veteran. Negara mana pun yang memiliki pasukan seperti itu mampu menguasai sebuah benua. Jika di Benua Renke mereka setidaknya akan menjadi pihak terkuat setelah Heavenly Six.

"Mungkinkah mereka dari Benua Zenke?"

Pangeran Ruu, Raja Farza, dan Raja Balsa menoleh ke sumber suara. Terlihat Wizard Lufia melayang satu meter di atas tanah, tangan kanannya mencengkram erat tongkat sihir miliknya.

"Dulu sewaktu masih menjadi seorang Intermediate, saya diperintahkan oleh master untuk bepergian ke Benua Zenke. Di sana ada kekaisaran bernama Ekliphase. Prajurit wanita Kekaisaran Ekliphase memakai seragam yang mirip dengan para pengepung kota," lanjut Lufia.

"Namun demikian, apa alasan Kekaisaran Ekliphase menyerang kita? Menyinggung Heavenly Six sama saja membawa kehancuran bagi negeri mereka," ujar Raja Balsa.

"Entahlah, lagipula itu hanya dugaan saya saja."

"Bagaimana dengan Archmage dan Great Sage yang lain?" Kali ini Pangeran Ruu yang bertanya pada Lufia.

"Saya tidak tahu. Tapi yang pasti, master saya tidak akan tinggal diam," jawabnya.

"Itu melegakan," kata Raja Farza.

Tiba-tiba, cahaya-cahaya hijau melesat dari ribuan humanoid yang melayang. Itu adalah tombak yang dilempar dengan kecepatan supersonik. Serangan tadi menghantam dinding pelindung dan menimbulkan suara yang memekakkan telinga.

"Whoa! Apa-apaan itu!?" Pekik Raja Farza.

"Serangan mereka luar biasa cepatnya!" Pangeran Ruu ikut menimpali.

Dinding pelindung tetap berdiri kokoh. Tidak mengherankan sebab dinding tersebut dibuat langsung oleh keenam pendiri Heavenly Six.

Tidak semua humanoid melemparkan tombaknya. Sebagian masih ada yang memegangnya di tangan. Humanoid yang masih bersenjata mengangkat tombak mereka, kali ini mereka mencoba untuk menyerang pelindung di satu titik.

Whuush!

Archmage Luthinia muncul dari udara kosong. Dia menggunakan mantra teleportasi tingkat tinggi sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk aktivasinya. Sang Archmage mengangkat tangan kanannya ke arah para humanoid.

"Cage!"

Energi sihir berfluktuasi dan melingkupi seluruh Kota Hanadium. Seolah-olah ada jaring tak kasat mata yang mengumpulkan para humanoid ke satu tempat. Mereka berdesak-desakan dan mencoba untuk keluar dari mantra milik Archmage Luthinia.

Semua orang terpana melihat kemampuan sang Archmage. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat langsung kekuatan dari penyihir tertinggi. Archmage Luthinia mengarahkan tongkat sihir di tangan kirinya ke kumpulan humanoid yang kini bergeliat seperti ikan dalam jaring.

"Fire!"

Api merah berkobar di sekeliling Archmage Luthinia. Suhu naik secara signifikan, bahkan mereka yang ada di jarak 500 meter dari Sang Archmage bisa merasakan panasnya. Archmage Luthinia mengayunkan tongkatnya, bersamaan dengan itu, api yang besarnya ratusan meter bergerak membakar kumpulan humanoid.

"Yeah!"

"Hidup Archmage Luthinia!"

Sorak-sorai datang dari para penyihir. Namun, ekspresi sang Archmage terlihat rumit. Dia tidak melepaskan pandangannya dari musuh walau sedetik pun. Lima menit berlalu dan durasi sihir api sudah habis. Perlahan-lahan, api semakin mengecil hingga akhirnya padam.

"Seperti yang kuduga, mereka tidak terpengaruh."

Archmage Luthinia menatap tajam para humanoid yang nampak baik-baik saja bahkan setelah dibakar secara langsung. Para penyihir yang sebelumnya gembira kini merasa bingung. Penyihir Veteran mana pun seharusnya sudah mati jika terkena serangan dari seorang Archmage.

Tiba-tiba, semua humanoid memancarkan cahaya hijau dari tubuh mereka. Archmage Luthinia yang merasakan adanya bahaya segera mengeluarkan mantra lain.

"Space Barrier!" Teriak Archmage Luthinia. Bersamaan dengan itu, sebuah tabung keemasan muncul mengurung para humanoid.

Blaaarrrr! Blaaarrrr! Duuaarrr!

Ledakan besar terjadi di dalam tabung, memancarkan cahaya yang menyilaukan mata. Saking dahsyatnya, Space Barrier sampai menggembung karena harus menahan energi yang sangat banyak. Untung saja, mantra pengurung tersebut bisa bertahan hingga akhir.

"Space Barrier adalah mantra yang menciptakan ruang terpisah untuk mengurung objek di dalamnya. Aku tidak menyangka kekuatan mereka bisa sampai memengaruhinya," ucap Archmage Luthinia sembari mengelap keringat di dahinya.

"Master! Apa Anda baik-baik saja?" Wizard Lufia bergegas terbang menghampiri gurunya.

"Iya," jawab sang Archmage singkat.

Sementara itu, Pangeran Ruu terdiam sembari memandang Archmage Luthinia yang masih melayang di langit. Dia tidak menyangka jika jarak kekuatan antara Veteran dengan Archmage akan sangat besar. Di hadapannya, Pangeran Ruu merasa seperti seekor semut. Tak heran, para raja di seluruh Benua Renke begitu menghormati mereka.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

klo orang Jawa kata Preita itu sama dg tanya.. Libur ta.? (Prei.. libur) 😅🙏

2023-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!