Bab 20. Pelipur Lara

Fadli kerumah sakit, namun tidak menemukan Lara dan keluarganya, dokter memberitahunya bahwa pasien yang bernama Lara Fadli Sulaiman sudah pulang. Fadli bergegas pergi dan segera menuju rumahnya sendiri, ia mengira Lara berada dirumahnya. Hal yang sama teulang, Fadli lagi-lagi tak menemukan Lara, yang ada hanya Bi Leha.

"Bi Leha, udah nengok Lara dan bayi?!" Sapa Fadli.

"Belum, gak ada yang jagain ibumu!" balas Bi Leha dengan wajah ditekuk.

"Yuk ikut aku nengok Lara!" ajak Fadli berusaha menghangatkan suasana.

"Nanti aja, ibumu gak mungkin ditinggal sendirian!" Bi Leha menolak ajakan Fadli.

"Aku akan minta tolong sama warga buat jagain bunda sebentar!" ucap Fadli seraya pergi mencari warga yang bersedia menjaga ibunya.

Fadli pergi keluar dan beberapa saat kemudian datang bersama seorang wanita, salah satu tetangga yang bersedia menjaga bunda Najah selama Bi Leha ikut dengan Fadli untuk menjenguk Lara.

Tak ingin buang-buang waktu, Fadli dan Bi Leha bergegas pergi kerumah orang tua Lara.

Tak lama berselang, Fadli dan Bi Leha tiba dirumah orang tua Lara, mereka disambut hangat oleh keluarga Lara tanpa mengingat perbuatan Fadli yang tega menduakan Lara, walau bagaimanapun juga dia adalah ayah dari bayi Lara.

Fadli menggendong dan menciumi bayinya penuh dengan kasih sayang, "Ah seandainya ayahmu bukan milik orang lain, betapa bahagianya aku memiliki keluarga kecil yang sempurna!" gumam Lara dalam hati.

"Maafkan aku sayang! Terima kasih udah memberiku malaikat kecil ini!" ucap Fadli mengecup kening Lara.

Lara tersentuh, namun kebenciannya pada Fadli kini jauh lebih besar dari cintanya, ia tak bergeming meski Fadli memperlakukannya penuh cinta, baginya itu hanya bayangan semu masa lalu. Lara tersenyum kecut.

"Nanti kamu pulang kan?" tanya Fadli khawatir Lara tak berbalik padanya.

"Menurutmu gimana? Kayaknya aku harus menggugat perceraian kita!" ucap Lara tegas.

"Aku masih cinta padamu, gak akan mungkin aku menceraikanmu!" ujar Fadli merayu.

"Alah, gombal! Lantas kalo masih cinta kenapa wanita itu sampai berhasil menaklukkanmu?" tanya Lara berapi-api.

"Aku kesepian disana, berhari-hari gak ketemu kamu! Daripada aku terjerumus kejalan salah, lebih baik aku menikahinya!" ucap Fadli beralasan.

"Alasanmu begitu klasik, kamu gak ingin terjerumus kejalan yang salah, tapi kamu udah membuatku melangkah kejalan yang salah!" ucap Lara ketus.

"Jangan Lara, jangan sampai kamu berbuat macam-macam!" pinta Fadli, ia faham apa maksud Lara yang setengah mengancamnya, ia berharap Lara tidak akan bertindak seperti bunda Najah kala di madu dulu.

"Berani berbuat, berani tanggung resiko!" Kata Lara datar.

"Aku benar-benar minta maaf, sayang! Sumpah aku nyesal banget, apakah kamu ingin aku menceraikan wanita itu?" Fadli meminta saran pada Lara.

Namun Lara tak bergeming, ia tak peduli dengan Fadli yang menghiba padanya, diluar sana keluarganya dan beberaoa tetangga sedang duduk berkumpul.

"Fadli, kita pulang yuk!" Ajak Bi Leha tiba-tiba.

"Sekarang, Bi?!" tanya Fadli, enggan pulang.

"Kasian Najah, belum tentu warga bisa menjaganya!" ucap Bi Leha seraya menggendong bayi Lara.

"Aku masih ingin disini dulu!" pinta Fadli.

"Baiklah, kalo gitu, aku pulang sendiri aja! Oh iya Lara, siapa nama bayimu?" tanya Bi Leha pada Lara.

"Nada!" ucap Lara singkat tanpa meminta pendapat pada Fadli.

"Wah nama yang bagus!" ucap Fadli menimpali tak menolak nama itu meski Lara tidak meminta saran padanya.

"Namanya bagus, cantik seperti ibunya!" ucap Bi Leha seraya menimang-nimang Nada.

Lara tak mau tahu, ia memutuskan menamai anaknya dengan nama Nada, ia merasa berhak menamainya tanpa minta pendapat suaminya, karena saat itu ia sedang marah. Fadli memakluminya, ia tak ingin menantang keinginan Lara.

"Aku pulang dulu, ya! Lara kapan kamu balik nak?!" tanya Bi Leha.

"Kalo udah benar-benar sembuh, Bi! Nada kemaren harus masuk ruang Nicu karena ada permasalahan pada pernafasannya, jadi aku gak berani buru-buru balik, kalo disini ada Mama yang membantuku merawat si kecil!" jawab Lara panjang lebar.

"Baiklah kalo itu demi kesehatan kalian, bibi pulang dulu ya?! Sehat-sehat kalian, makan yang teratur, jangan lupa minum vitamin!" Bi Leha berpesan.

Bi Leha keluar seraya minta antar Ivan pulang karena Fadli masih ingin bersama Lara. Fadli mengantar Bi Leha sampai kepekarangan.

"Jangan sia-siakan istrimu!" ucap Bi Leha tegas.

Fadli mengangguk, ia memikirkan bagaimana bersikap pada kedua istrinya, ia mencintai kedua-duanya, Lara memberinya keturunan, sedangkan Shinta tengah hamil muda. Fadli dalam dilema yang tak berkesudahan.

Fadli kembali masuk kekamar Lara, ia menemaninya sambil membantunya mengingatkan saatnya makan atau minum obat, tapi Lara tak bahagia, karena hatinya masih hancur berkeping-keping, dampaknya ia melahirkan belum saatnya, bersyukur dirinya dan sang bayi dalam keadaan selamat dan sehat.

"Jangan lama-lama marahnya dong!" ucap Fadli menggoyang-goyangkan bahu Lara.

"Kamu tega, bang! Gak nyangka, kukira setia, ternyata semua laki-laki gak beda!" ucap Lara, pipinya mulai basah.

Fadli menghapus air mata yang berjatuhan dikedua belah pipi Lara.

"Jangan nangis, aku jadi gak enak kalo kamu nangis!" Fadli memohon.

"Kamu yang menginginkan begini!" jawab Lara tak bergeming.

Keharmonisan rumah tangga mereka kini tinggal kenangan, Fadli sendiri yang telah merusaknya, mengikis harapan Lara ingin tinggal bersama suatu saat nanti.

Hari mulai gelap, Fadli memutuskan untuk menginap malam itu, meski Lara tak peduli dengannya, tapi ia mencoba mencairkan suasana yang begitu dingin.

Tapi kenyataan tak sesuai harapan Fadli, Lara bahkan tak mau tidur seranjang dengannya, ia terlanjur membencinya. Malam itu dilalui Fadli sangat panjang, ia tidak tidur semalaman hanya untuk memandangi dua orang yang dicintainya, Fadli tak lepas memandang mereka hingga menjelang subuh, sampai dirinya terlena.

"Nak, bangun! Katanya mau berangkat tugas hari ini?!" Mama Hanum membangunkan Fadli yang baru saja tertidur.

Fadli mengucek matanya, ia bangun dan bergegas kekamar mandi karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, sedangkan ia harus masuk tugas jam sembilan siang nanti.

Fadli pamit pergi tanpa sarapan karena buru-buru, Lara sebenarnya menaruh iba padanya, tapi hatinya masih marah, ia pura-pura cuek pada Fadli padahal dilubuk hatinya yang paling dalam masih tersisa rasa cintanya.

"Ayahmu udah pergi, nak! Kamu yang pintar, ya! Jangan jadi anak nakal, kamu harus penurut pada orang tua!" Lara mengobrol dengan bayinya untuk melepas kegundahan hatinya.

Kelahiran Nada mampu menggantikan kesedihan Lara yang hampir sirna oleh emosi. Nada menjadi pelipur hati Lara, malaikat kecil pelipur lara.

"Sini nenek mandiin dulu, cucu nenek yang cantik!" Mama Hanum mengambil Nada dan memandikannya.

Kondisi Lara mulai membaik dan sudah bisa berjalan normal, ia tak ingin berlama-lama berbaring dikasur.

"Pake popok dulu, ya!? Nanti kalo udah gede baru pake gaun yang indah, biar seperti tuan putri yang cantik!" Mama Hanum nampak bahagia dengan cucu pertamanya.

Lara tersenyum melihat ibunya berbincang-bincang dengan Nada yang masih belum bisa buka mata.

"Gemes bangetttt, mwawawahhh!" Mama Hanum begitu menyayangi Nada.

Hari-hari Lara dilalui dengan canda tawa bersama bayinya yang masih merah, ia sedikit melupakan kegalauan yang sedang melanda hidupnya.

Nada si pelipur lara bagi hati Lara yang sedang hancur berkeping-keping... .

Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!