Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan

Semakin hari perburuan bangsa kuyang makin sulit, warga banyak mengerti tentang bagaimana mengatasi keresahan teror kuyang, mereka mulai waspada mengantisipasinya.

Bunda Najah rindu dengan Lara, ia meminta Fadli untuk mengantarnya menengok sang menantu di desa sebelah dirumah orang tuanya. Fadli ragu, ia khawatir ibunya tak bisa mengontrol napsunya dan ingin mencelaki istri dan calon bayinya seperti malam itu. Lara kini sudah hamil tua, tidak berapa lama lagi ia segera melahirkan.

"Bund, sebaiknya urungkan niat bunda menengok Lara!" pinta Fadli.

"Fadli, aku rindu menantuku!" jawab bunda Najah.

"Tapi bunda harus bisa jaga sikap dan mengontrol hawa napsu bunda nanti!" pesan Fadli merasa kurang yakin.

"Aku pasti bisa, nak!" ucap bunda Najah meyakinkan Fadli. "Sebentar saja, gak usah lama-lama!" tambah beliau.

Fadli tak bisa menolak permintaan ibunya yang sudah hampir tiga bulan tidak bertemu dengan Lara, ia menghidupkan mesin Mobil, dan mengajak sang ibu pergi kerumah istrinya.

"Aku pengen ngadain pengajian tujuh bulanan buat Lara, tapi dirumah kita!" usul bunda Najah di Mobil.

"Tapi siapa yang menyiapkan acaranya? Dirumah gak ada siapa-siapa!" tukas Fadli.

"Kamu bujuk Lara, ajak orang tuanya dan kerabat dekatnya menghadiri pengajian. Kalo kamu khawatir dengan Lara, setelah acara selesai antar dia kerumahnya! Soal persiapan dirumah, biar aku yang atur." ucap bunda Najah menyanggupi.

"Baiklah kalo itu mau bunda!" jawab Fadli menyetujui usul ibunya.

Fadli dan bunda Najah sudah tiba dirumah Lara, kedatangan mereka disambut ramah oleh orang tuanya meski mereka tahu siapa sosok yang datang, namun disisi lain dia adalah mertua anak mereka dan besan bagi mereka.

Setelah duduk dan berbincang-bincang, bunda Najah memulai membahas pengajian. Fadli membantu ibunya membujuk Lara dan keluarganya untuk menghadiri pengajian tersebut.

"Terima kasih telah mengundang kami semua, kami pasti datang!" ucap Mama Hanum.

"Aku senang kalian gak menolak undangan ini!" jawab bunda Najah. "Nanti Fadli akan menjemput kalian."

"Iya kak, terima kasih sekali lagi." sahut Mama Hanum.

"Sepertinya kami pamit dulu!" ucap bunda Najah tak enak berlama-lama.

Fadli dan Lara berdua dikamar sedang melepas rindu, keduanya masih ingin bersama untuk beberapa waktu, tapi Mama Hanum muncul memberitahu Fadli bahwa ibunya mengajak pulang.

"Sayang, aku pulang dulu ya?! Nanti aku jemput saat pengajian! Ucap Fadli yang masih merindukan Lara.

Lara mengangguk, ia juga masih ingin bersama suaminya.

"Ayo, nak pulang! Bunda harus mengurus proses acara pengajian!" ucap bunda Najah.

"Baik bu!" Fadli menuntun Lara keruang tengah, ia sengaja mengajaknya keluar.

"Kuantarin sampai depan pintu ya!?" ucap Lara.

Fadli menggandeng Lara berjalan kedepan seraya menggenggam tangannya lembut penuh kasih. Bunda Najah berjalan terseok-seok menahan sakit kakinya efek kolestrol yang dialaminya. Mama Hanum membantunya berjalan sampai ke Mobil.

"Jaga kesehatanmu, sayang!" pesan Fadli seraya meraba perut Lara yang membesar.

Lara tersenyum senang melihat Fadli begitu sayang dengan calon bayinya. Fadli bangkit dan masuk kemobil menyusul ibunya, kemudian mereka pergi.

Bi Ratih datang menemui Mama Hanum menanyakan perihal pengajian.

"Hanum, kamu berani ngajak Lara kerumah mertuanya?" tanya Bi Ratih.

"Fadli bilang setelah acara selesai dia langsung antar kita pulang!" jawab bunda Najah.

"Berarti gak nginap?" Bi Ratih bertanya lagi.

"Iya, gak perlu! Najah sendiri yang nyaranin gitu! Mungkin dia sadar diri." ucap Mama Hanum.

"Syukurlah kalo gitu, aku gak nyaman aja kalo sampe nginap!" ucap Bi Ratih menegaskan.

"Aku juga gak ngizinin Lara nginap disana!" balas Mama Hanum.

Keduanya sepakat pergi ke pengajian bersama kerabat yang lain.

Bunda Najah dibantu Fadli mengurus proses pengajian, mulai dari belanja, beres-beres rumah dan mempekerjakan tetangga untuk memasak buat dihidangkan di pengajian nanti.

"Beli air mineral gelas beberapa karton, teh manis, pisang Mehuli untuk cuci mulut, agar-agar dan puding serta kue-kue lainnya. Menu utama, nasi putih pakai lauk Opor Ayam, nasi kucing dengan telur, tambah menu soto untuk pilihan lain!" ucap Bunda Najah pada tetangga yang siap gotong royong.

Bunda Najah mempekerjakan tetangga sejak tiga hari sebelum acara, persiapannya sangat matang. Tak lupa membersihkan bagian ruangan depan, mengubahnya sementara dari suasana gelap dan remang-remang, padahal bukan tipe bunda Najah, ia tak menyukai cahaya.

"Fadli, undang ustaz dan ustazah untuk membimbing pengajian!" ucap bunda Najah.

"Sudah kubicarakan sama mereka, bund!" jawab Fadli.

Fadil datang membawa beberapa karton air mineral buat pengajian.

"Udah balik, nak?! Masih ada yang kurang, tisu dan kantong plastik, buat ngisi berkat tetangga nanti!" ucap bunda Najah.

"Aaah nanti besok aja, bund! Aku mau main dulu" Ucap Fadil bermalas-malasan.

"Terserah kapan, tapi jangan sampai lupa!" ucap bunda Najah.

Fadil mengangguk seraya masuk kekamarnya, Fadli sibuk beres-beres membantu tetangga diluar rumah.

Hari-H pun tiba, rumah Fadli nampak indah dan berseri hari itu dengan hiasan bernuansa putih dan krem, Fadli berangkat menuju rumah Lara untuk menjemputnya bersama keluarganya. Bunda Najah terharu, ia sebenarnya ingin menjalani hidup normal bersama keluarganya layaknya manusia biasa.

Mobil Fadli tiba dirumah Lara, disana Lara dan keluarganya sudah siap menunggu kedatangan Fadli. Tanpa membuang waktu, mereka segera berangkat menuju pengajian, Fadli sengaja menyetir mobilnya perlahan, agar Lara tidak merasa takut.

"Kamu cantik banget dengan balutan terusan panjang putih ini!" ucap Fadli memuji Lara.

"Terima kasih kamu menyukainya!" balas Lara tersenyum.

"Sumpah bagai sang bidadari!" puji Fadli sekali lagi.

"Aku jadi malu!" ucap Lara tersipu.

"Aku udah gak sabar menunggu kehadiran bayi kita!" ucap Fadli dengan mata berbinar.

"Sebentar lagi dia hadir!" ucap Lara penuh suka cita.

Fadli meraba perut Lara.

"Hati-hati bawa mobilnya, sayang!" tegur Lara.

Fadli kembali fokus menyetir mobilnya menuju kediamannya. Tak lama kemudian mereka sudah tiba disana, para undangan sudah hadir. Lara dan keluarga berbaur dengan mereka.

Pengajian langsung dimulai, Lara bahagia diperlakukan istimewa oleh suami dan keluarganya, hari itu ia berusaha melupakan sisi buruk sang mertua.

Acara berjalan lancar, para tetangga yang bekerja didapur mulai menyiapkan hidangan untuk para tamu undangan, Lara tidak dibolehkan melakukan apapun selain duduk manis didepan para tamu undangan, begitupula dengan keluarganya, mereka dilarang membantu tetangga. Kedatangan mereka bak raja, mereka diperlakukan dengan istimewa.

Hidangan bermacam-macam sudah siap diatas bufet, aroma lezat tercium semerbak membuat lapar tamu undangan. Para tamu bebas memilih menu yang tersedia.

"Tamu undangan yang kami hormati, terima kasih untuk bersedia hadir dalam acara pengajian tujuh bulan menantu saya, silakan menikmati hidangan yang kami sediakan!" ucap bu Najah mengajak para tamu menikmati hidangan.

Para tamu mulai menghampiri bufet yang sudah disediakan, mereka mulai menikmati hidangan.

"Hueeeeek!" seorang dari tamu tiba-tiba muntah.

Ada belatung pada makanan yang ada dalam piring miliknya, selain itu rasa makanan terasa hambar meski masih panas dan hangat.

"Sudah, bu! Gak usah ribut, nanti yang punya hajatan tersinggung, bisa bikin masalah!" ucap tamu disebelahnya menasihati pelan-pelan.

"Semua hidangan basi, apakah cuma aku yang ngerasa begitu?" tanyanya.

"Aku juga ngerasa begitu!" ucap yang lain.

"Mending kita pura-pura makan, terus cepat pulang!" ucap tamu lainnya.

"Benar juga, gak baik bikin keributan disini, apalagi mempermalukan tuan rumah!"

"Ayo buruan pulang!"

Beberapa tamu merasa makanan basi dan membusuk, padahal masih fresh dan baru di masak. Mereka yang menyadari hal itu memilih untuk tidak menyantap hidangan tersebut, mereka buru-buru berpamitan dengan berbagai alasan. Hanya ada beberapa tamu yang tak menyadaribakan hal itu.

Tapi tetangga di dapur yang bergotong royong juga merasakan hal yang sama, napsu makan mereka seketika hilang.

"Pasti makhluk jahat milik bunda Najah yang lakuin ini, makanan di ubek-ubek secara tak kasat mata! Semua basi, busuk dan rasanya hambar gak enak sama sekali!" ucap tetangga.

"Hush jangan sampe didengar yang punya hajatan!" ucap tetangga yang lain ketus.

"Iya, belajar dari masalah bu Sarinah sama bunda Najah, lebih baik jangan berurusan disini!"

"Tuh lihat, semua makanan dan opor berlendir dan basi! Gak masuk akal, padahal kita yang masak!"

"Ssstttt, kalo disuruh bawa pulang, bawa aja! Ntar kasihkan ke ayam pas udah sampe dirumah!"

Mereka sepakat untuk tidak membuat onar di acara pengajian, sama seperti tamu-tamu di depan. Para tamu pulang satu persatu, disusul tetangga, mereka pulang kerumah masing-masing.

Lara dan keluarga turut merasakan apa yang dialami tamu dan tetangga, ia jadi tak enak dengan keluarganya. Lara menemui Fadli untuk cepat-cepat mengantarnya pulang.

"Sayang, lebih baik antar kami pulang!" pinta Lara.

"Kalian gak kenapa-napa kan? Kudengar tetangga bisik-bisik mempersoalkan hidangan yang basi dan berbau busuk!" ucap Fadli sedih.

"Kami merasakannya, tapi lebih baik gak usah kasih tau bunda! Mending antar kami pulang, maag Bi Ratih kambuh karena terlambat makan!" jelas Lara.

"Baiklah, mari aku antar kalian pulang!" Fadli mengajak Lara dan keluarga untuk pulang.

Lara dan keluarga pamit pada bunda Najah.

"Saleha, kasih mereka berkat beberapa kantong plastik!" ucap bunda Najah pada temannya.

"Udah aku kasihkan sama Fadli!" Ucap Bi Saleha.

Fadli dan Lara bersama keluarga sudah menuju rumah. Tamu dan tetangga juga pulang kerumah masing-masing, tinggal Bi Saleha teman dekat bunda Najah.

"Najah, kamu gak sadar tamu pada gak makan?! tanya Bi Saleha.

"Gak, emang kenapa?" tanya bunda Najah.

"Semua hidangan bau busuk dan basi! Bahkan ada tamu yang muntah di depan!" jelas Bi Saleha memberitahu.

"Ini bukan rencanaku, tapi mungkin makhluk-makhluk tak kasat mata yang sering membantuku sedang bermain-main dengan hidangan!" ucap bunda Najah.

"Gak mau tau siapa yang lakuin, tapi tetangga menyadari bahwa hidangan gak layak di makan!" ucap Bu Saleha.

"Sudah ku duga sih, tapi sudahlah, bukan keinginanku!" ucap bunda Najah tak ambil pusing.

"Lebih baik lain kali tak perlu bikin acara beginian, daripada kamu jadi gak enak!" bi Saleha menimpali.

Bunda Najah mengangguk, berjanji tak akan melakukan hal yang sama.

Sebagian tetangga menggunjing kejadian di acara pengajian, kabar itu menyebar keseluruh pelosok desa, mereka tak heran, karena bunda Najah bukan manusia sembarangan, tapi manusia jadi-jadian

Tetangga yang terlanjur menyantap hidangan di pengajian mendadak sakit, tak berhenti muntah-muntah, mungkin tersugesti oleh pembicaraan warga yang beredar di desa.

Beberapa dari mereka ada yang sampai di rawat di rumah sakit, karena kehilangan napsu makan berhari-hari sepulangnya dari pengajian. Bahkan diantara meraka ada yang muntah belatung.

Setelah itu warga jera makan apapun dari rumah bunda Najah, apalagi mereka tau beliau suka mengawetkan temb*ni bayi didalam belanga dirumahnya.

"Aku pernah kerja dirumah bunda Najah, waktu beliau masih muda, aku sedang memperbaiki atap rumah, tiba-tiba aku melihat beliau sedang membersihkan ikan, dan memakan mentah perut-perut ikan yang dibersihkannya!" ucap seorang pria di kedai sambil minum teh.

"Ada juga yang liat leher beliau berkalungkan ular!" ucap yang lainnya menimpali.

"Manusia normal akan melihat ular itu sebagai selendang panjang di lehernya! Padahal itu ular, teman setia beliau!" jelasnya.

"Dan di leher beliau itu ada goresan melingkar, tempat minyak kuyang di oles di leher, agar bisa berpisah dari badannya saat mau beraksi!"

"Nah aku pernah liat beliau gak pake selendang dileher, goresan melingkar itu sangat nampak, persis kayak orang gant*ng diri. Warnanya agak kebiru-biruan, tapi ternyata itu tempat melepas kepalanya dari badan!"

"Hey seram banget! Kok menantunya sanggup serumah dengan makhluk seperti itu!"

"Mungkin dia juga tertekan, mana ada yang tau?!"

"Benar, makanya dia pulang kerumah orang tuanya!"

"Kabarnya sang menantu sering mendengar suara-suara aneh setiap malam!"

"Pasti itu saat mertuanya pergi dan pulang mencari mangsa!"

"Dan rumah nya berbau amis!"

"Emang udah ciri khas rumah kuyang!"

"Lebih baik hati-hati, beliau itu tegaan! Waktu bermasalah sama bu Sarinah kemarin sampe dibuat separah itu! Tapi gak ada bukti jelas, makanya gak bisa di proses secara hukum!"

"Iya, selain itu ilmunya sangat tinggi, tapi dengar-dengar beliau pernah jatuh baru-baru ini, malah gak bisa pulang, untung diantar oleh pemuda-pemuda desa tetangga."

"Tapi kita gak tega kalo sampe bikin beliau begitu, yang ada beliau dendam, dan anak istri kita yang jadi mangsa suatu saat nanti!

"Makanya aku lebih memilih acuh tak acuh daripada sok tahu dan ngurusin urusan beliau, tapi tetap waspada!"

"Dulu pas aku hamil, kan pagi-pagi aku udah bangun merebus air, terus bikin pisang goreng. Nah, beliau datang waktu masih pagi dan gelap. Beliau ngelus-ngelus perutku, besoknya aku sakit perut dan keguguran. Aku curiga beliau yang ganggu janina, tapi aku hanya diam karena gak mau bermasalah!" ucap tukang warung menceritakan pengalamannya dahulu.

"Sebenarnya sangat meresahkan, tapi lahan-lahan di desa ini semua milik beliau, warga gak bisa bertindak karena mencari sesuap nasi di atas lahan-lahan milik beliau!"

"Ada sisi baik dan buruknya, sayang sekali beliau melakukan hal bodoh seperti itu, seandainya dulu gak perlu balajar ilmu kuyang ini, pasti hidup beliau akan tentram dan sejahtera."

Warga tak henti-hentinya membicarakan bunda Najah, sepertinya selalu ada hal yang bisa untuk dijadikan bahasan kala mereka mengobrol diwarung.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up up

2022-07-29

0

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2022-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!