Lara sudah diantar Fadli kerumah orang tuanya, terpaksa semua ini mereka lakukan demi keselamatan Lara dan calon bayi.
Setelah basa-basi sebentar dengan orang tua Lara, Fadli beranjak pulang.
"Sayang, jaga kesehatanmu dan bayi kita, ya?! Nanti aku akan menjenguk kalian!!" Fadli berjanji pada Lara.
"Kau juga jaga kesehatanu, ya?!! Jangan lupa selalu beri kabar!" Ucap Lara berpesan.
Fadli mengangguk seraya berjalan menuju pintu depan, Lara mengantarnya sampai ke mobil.
"Makan yang teratur ya sayang?!" sekali lagi Lara wanti-wanti.
"Jangan khawatirkan aku, sayang! Kaulah yang harus menjaga kesehatan!" Balas Fadli.
"Siap Pak suami!" Ucap Lara bercanda, keceriaan Lara telah kembali sejak beberapa waktu dalam kegelisahan selama dirumah mertuanya.
Fadli masuk kedalam mobil dan perlahan meninggalkan halaman rumah orang tua Lara, ia menatap Lara penuh kasih sampai mobilnya benar-benar jauh. Begitu juga Lara, ia berdiri didepan rumah sampai mobil milik Fadli menghilang dari penglihatan. Lara menarik nafas lega, setidaknya kini dirinya aman dirumah orang tuanya.
Ekspektasi Lara salah, didesanya juga ada beberapa wanita yang memiliki ilmu hitam kuyang, namun tak sehebat ilmu yang dimiliki ibu mertuanya.
...*****...
Malam kembali menyelimuti desa yang damai namun menyimpan berjuta misteri dan mistis. Khususnya di desa dimana bunda Najah berada, karena banyaknya wanita-wanita yang memiliki ilmu hitam kuyang, alhasil dirinya tidak seleluasa mencari mangsa buruannya seperti semula. Keadaan seperti ini menyulitkannya, karena ia harus berburu mangsanya sampai ke desa-desa tetangga.
"Sialan, kuyang-kuyang baru itu sangat meresahkan! Aku jadi tidak bisa berburu diwilayahku sendiri!" Celutuk Bunda Najah.
Fadil mengeluarkan motornya, Bunda Najah keluar menemui putra bungsunya yang jarang sekali ada dirumah.
"Nak, kalau main jangan lupa pulang, ya?!" Ucap bunda Najah berpesan.
"Bunda sehat-sehat saja kan?! Fadil pasti pulang nanti malam!" Jawab Fadil sambil menghidupkan mesin motornya.
"Bunda malas sendirian dirumah, Fadli sering keluar kota karena tugasnya, apalagi sejak Lara pulang kerumah orang tuanya!" Bunda Najah minta Fadil untuk selalu dirumah.
"Iya Bunda! Fadil janji, nanti malam pasti pulang!" Ucap Fadil tanpa menoleh seraya mengendarai motornya.
Fadil pergi bermain bersama teman-teman sebayanya, Bunda Najah duduk diteras dikelilingi bonsai-bonsai yang merimbun sehingga terasnya nampak gelap dan pastinya vibes seram sudah terlihat dari luar rumah.
"Permisi Bunda!" Seorang wanita datang menemui Bunda Najah.
"Eh Rahma, tumben kemari?!" Sapa bunda Najah.
"Bunda, aku lelah dengan ilmu pemikat ini!" Ucap wanita yang bernama Rahma itu.
"Ketika kau memutuskan memilikinya, kau seharusnya tahu bagaimana resikonya! Ayo silakan duduk!" Balas bunda Najah seraya mengajaknya duduk.
"Dulu aku tergiur dengan sepasang anting berlian ini, Bunda!" Rahma nampak menyesal.
"Kau memiliki ilmu itu atas keinginanmu, sedangkan aku dulu tidak tahu sama sekali, gara-gara suamiku aku jadi begini!" Bunda Najah seolah menyesal meratapi nasibnya.
"Kita orang-orang yang tidak beruntung, Bunda! Akal kita terlalu sempit, kalau saja waktu bisa diputar kebelakang!" balas Rahma benar-benar menyesali nasibnya.
"Penyesalan tidak pernah datang dari awal, Rahma! Ngomong-ngomong bagus juga anting berlian milik Sarinah ini!" gumam bunda Najah melirik kearah anting berlian yang terpasang dikedua belah telinga Rahma.
"Sebagus apapun anting berlian ini, tidak setara harganya dengan nasib seorang kuyang, yang hidupnya tidak berguna lagi, bunda! Sepertinya kita akan jadi penghuni neraka yang abadi meski sudah bertobat pada Tuhan!" ucap Rahma lirih.
"Benar juga, tapi kau sudah menolong Sarinah, berkat kau dia bisa menghembuskan nafas terakhirnya dengan cepat!" ucap Bunda Najah.
"Awalnya aku tak tega dengan keadaan beliau, bunda. Beliau tidak mati-mati setelah kakinya patah waktu itu, sehingga aku bersedia menggantikan dirinya sebagai kuyang. Sekarang aku sangat menyesal!" Rahma mengeluh penuh penyesalan.
Bunda Najah tersenyum kecil, setidaknya saingannya sudah mati lebih awal darinya, Sarinah adalah musuh bebuyutannya, yang memiliki ilmu kuyang sama seperti dirinya, semasa hidupnya sering mendahului bunda Najah untuk mendapatkan buruan.
"Kau sudah mati, Sarinah! Oleh karena itu jangan sok berkuasa diwilayah seniormu!" Gumam Bunda Najah dalam hati.
...*****...
Petang menjelang malam berhias kemilau senja menyelimuti desa, nampak wanita berusia enam puluh tahun membawa sebuah bakul anyaman berjalan menuju kearah peternakan ayam ras dibelakang rumah warga.
Wanita itu menyusup kebawah kandang ayam ras tersebut, dengan tergesa-gesa dirinya memasukkan sesuatu kedalam bakul anyaman yang dibawanya, dengan sesekali memakan benda itu.
"Hmmm, lezat sekali!" Seru wanita itu dengan rakus memakan kotoran ayam.
"Hey, Sarinah! Berani-beraninya kau mengambil makanan milikku, ini adalawh wilayahku!" Bentak bunda Najah.
"Siapa cepat dia dapat!" Balas Sarinah bandel.
"Kau tidak tahu malu, tidak punya adab dengan senior! Kau harus menanggung akibat kekurang ajaranmu ini!" Bunda Najah emosi.
"Alah, jangan mentang-mentang senior, dan jangan merasa semua desa ini wilayah anda sendirian! Orang lain juga berhak memetik hasil yang ada didesa ini! Dasar kuyang malas, marah-marah tak jelas, kenapa tidak dari awal memunguti kot*ran ayam!?" Sarinah menyelutuk kesal sambil pergi meninggalkan bunda Najah.
"Tidak tahu diri, kuyang murahan perebut suami orang!" Bunda Najah mencibir kearah Sarinah yang mendengus pergi melewatinya.
Sarinah, kuyang perebut suami orang, konon wanita seperti ini tidak mau kalah dengan istri sah, mereka rela menjadi kuyang agar suami tidak berpaling lagi. Sedangkan bunda Najah, wanita tersakiti yang depresi menginginkan rumah tangganya kembali rukun, dan demi rumah tangganya, dirinya kesana kemari mencari ilmu pengasih sehingga akhirnya menjadi seorang kuyang, antara manusia dan siluman, tepatnya manusia jadi-jadian.
Bunda Najah bergegas mendekati kandang ayam dan melahap kot*ran-kot*ran ayam yang tersisa, konon rasa kot*ran ayam tersebut sangat gurih dan lezat bagi bangsa Kuyang (ibu dari author pernah melihat kuyang makan kot*ran ayam dibawah kandang ayam, lho). Jijik dan sangat mengerikan.
Dengan kesal bunda Najah pulang setelah menikmati sisa-sisa kot*ran ayam, ia menaruh dendam pada Sarinah, dan berniat akan membalasnya.
Sarinah memang bandel, tiap hari menyerobot mengambil kot*ran ayam mendahului bunda Najah, kelakuannya makin hari makin membuat bunda Najah kesal dan marah.
"Aaaaaaakhhkh!"
Gubrak, gdubrakkk!!! Suara benda jatuh beriringan dengan teriakan seseorang terdengar di pagi hari menjelang siang. Suasana masih gelap, beberapa orang yang berada diwarung bergegas berlarian ketempat sumber suara.
"Bu Sarinah tidak apa-apakan?!" Tanya seorang warga.
"Aduuuuh, kakiku!!! Aduuuh... " rintih Sarinah kesakitan.
"Ayo bantu angkat beliau, sepertinya keselo!" Timpal warga lain yang prihatin dengan keadaan Sarinah.
"Kenapa sampai begini bu?! Apakah air enau yang Ibu bawa tumpah?!" Tanya warga.
Sarinah tidak bisa berkata-kata menahan sakit yang teramat sangat, warga melihat genangan air disetiap anak tangga rumah adat milik Sarinah yang membuatnya terjatuh karena terpeleset, warga tak heran dengan keadaan tersebut karena profesi Sarinah sebagai pembuat gula aren yang sering membawa air enau untuk dimasak dan dijadikan gula.
Setelah hari mulai terang, warga membawa Sarinah ke puskesmas terdekat dan mengobati kakinya, namun petugas kesehatan mengatakan bahwa kaki beliau patah, bukan hanya keseleo. Sejak itulah Sarinah sakit-sakitan terbaring dikasurnya, selain itu dia tidak dikarunia anak, karena pernikahannya dengan suami orang tidak berlangsung lama, suaminya meninggal tak lama setelah menikah dengannya. Akhirnya Sarinah hidup sendirian dirumah panggung tua peninggalan orang tuanya.
Hari demi hari keadaan Sarinah makin memburuk, uang dan perhiasan miliknya lama-lama menipis untuk berobat dan makan sehari-hari serta membayar orang untuk merawat sisa hidupnya. Sarinah mulai khawatir dengan hidupnya, karena hartanya sudah ludes dan hanya tersisa rumah panggung tua yang sudah reot dan sepasang anting berlian peninggalan orang tuanya.
"Rahma, kau sudah lama merawatku, apakah kau tidak kasihan melihat aku dalam keadaan seperti ini?" ucap bu Sarinah lirih.
"Aku prihatin dengan keadaan ibu, seandainya aku bisa menggantikan sakit ibu ini!" ucap Rahma sembarangan.
"Kau serius mau menolongku?! Nanti aku beri anting Berlian ini. Nih lihat, gemerlap dan mengkilau, kualitasnya sangat bagus, harganya mahal lho!?" Bu Sarinah menunjuk anting berlian miliknya tersebut pada Rahma.
"Aku ingin memiliki anting berlian seperti ini sudah sejak lama, bu! Cantik sekali, tapi tak mungkin seorang fakir miskin seperti aku memilikinya!" Ucap Rahma sedih.
"Tak ada yang mustahil, kau bisa memilikinya, Rahma!" Ucap bu Sarinah terbaring lemah dengan kakinya yang sudah tak bisa dijalankan selama berbulan-bulan.
"Aku sangat bahagia jika seandainya bisa memilikinya, bu!" Rahma berangan-angan.
"Kalau kau menginginkannya, aku bisa memberikannya sekarang juga!" Goda bu Sarinah.
"Ibu tidak becanda, kan?!" Tanya Rahma tidak percaya.
"Coba kau pakai!" Ucap bu Sarinah seraya melepas anting berliannya dan menyerahkannya pada Rahma.
Rahma langsung memasang anting berlian tersebut dan menatap dirinya didepan kaca, benar-benar mewah, penampilannya drastis berubah menjadi cantik memakai perhiasan mahal itu, dia menatapi dirinya didepan kaca sambil tersenyum malu.
"Bagaimana? Cantik? Selain itu, nanti akan ku berikan baju-bajuku yang masih bagus dan mahal. Kau bisa memakainya, biar serasi dipakai dengan anting berlian ini!" Tegas bu Sarinah.
"Ibu pasti bercanda!" Ucap Rahma tak percaya.
"Aku serius, tapi ada syaratnya!" Ucap bu Sarinah.
"Syaratnya apa bu?!" Tanya Rahma penasaran.
Sarinah berbisik ketelinga Rahma, menceritakan syarat-syarat dan apa saja yang harus dilakukan setelah menerima semua pemberiannya nanti. Rahma nampak ragu, dia meringis ketakutan, namun disisi lain dia tergoda oleh perhiasan, baju-baju mahal dan sejumlah uang yang ditawarkan oleh bu Sarinah. Rahma mulai terperangkap dengan ketamakkannya sendiri.
"Aku beri kau sejumlah uang dan sebidang lahan untuk bertani, tunggu apalagi? Hari tuamu sudah terjamin!" goda bu Sarinah.
Rahma berpikir, namun pikirannya cenderung tertuju pada kemewahan.
"Sudahlah, jangan banyak pertimbangan, sayang kalau diambil oleh orang lain!" Bu Sarinah sengaja menggoda Rahma agar tergiur.
"Ba..b..baiklah bu, tapi jangan bilang pada siapapun ya!?" Ucap Rahma pelan.
"Ah, kau tidak usah takut, tak ada yang akan membicarakanmu. Mulai sekarang, kau sudah bisa memakai baju-bajuku, dan anting berlian ini sudah menjadi milikmu, besok aku beri tahu kepala desa untuk memindah namaku disurat tanah!" ucap bu Sarinah.
Mata Rahma berbinar-binar, dirinya sangat bahagia mendapatkan harta warisan yang tak disangka, nasibnya berubah seketika, memang benar nasib seseorang tak ada yang tahu, namun cara mendapatkannya pun tak mungkin semua orang bisa menyanggupinya.
Pemindahan nama surat tanah sudah selesai, Rahma mulai memakai baju-baju bagus dan mahal milik bu Sarinah, warga desa tercengang melihat nasibnya yang sangat beruntung.
Beberapa hari setelahnya, berita kematian bergema di penjuru desa, toak Masjid terdengar nyaring mengumumkan berita duka itu.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, telah berpulang ke Rahmatullah, Ibu Sarinah Binti Syamsuddin pada pukul setengah empat subuh, mohon keikhlasan warga desa untuk memaafkan semua kesalahan beliau selama masih hidup, Al-Fatihah!"
Demikian ucap seorang petugas Masjid menyampaikan kabar duka itu. Menjelang siang warga mulai berbondong-bondong melayat kerumah bu Sarinah, suasana kekeluargaan dan gotong royong masih melekat di desa itu. Mereka dengan suka rela membantu prosesi pemakaman bu Sarinah walau mereka tahu almarhumah seorang kuyang, tapi warga mengesampingkan profesi malam beliau, warga lebih mendahulukan arti dan makna kemanusiaan.
Rahma menangis tersedu-sedu, meski bukan keluarga dekat bu Sarinah, tapi dia telah merawat almarhumah selama sakit berbulan-bulan. Dia merasa kehilangan, disisi lain dia tahu kematian bu Sarinah karena kesepakatan mereka berdua, mata Rahma menjadi kabur oleh linangan air mata antara sedih dan meratapi nasibnya yang kini telah menjadi kuyang, menggantikan kedudukan bu Sarinah. Seandainya Rahma menolak, bu Sarinah akan masih hidup dengan keadaannya yang makin memburuk. Karena ilmu kuyang akan membuat pemiliknya memiliki kehidupan yang abadi meski sakit keras.
"Itulah akibat dari keangkuhahanmu, Sarinah!" Ucap bunda Najah pada dirinya sendiri, ia tersenyum puas mendengar berita duka dari saingannya.
...*****...
Subuh dingin yang gelap gulita, membuat warga malas bangun untuk mulai beraktifitas, terlihat Bunda Najah berjalan menuju kearah rumah adat yang sudah tua dan mulai reot itu, jaraknya cuma beberapa buah dari rumahnya. Ia mencecer pelumas pada setiap anak tangga sambil celingak celinguk khawatir ada yang melihatnya, setelah dirasa aman, dia pulang kerumahnya seolah tak melakukan apa-apa.
Tak lama berselang, warga di hebohkan oleh suara teriakan seseorang yang ambruk dari tangga, bu Sarinah terpeleset dan jatuh hingga tak bisa berjalan. Warga tak tahu penyebab sebenarnya, bunda Najah berhasil mengelabui mereka, karena tahu kebiasaan bu Sarinah tiap pagi membawa air enau melewati anak tangga demi anak tangga menuju tungku tempat memasak gula aren. Pelumas yang dicecer bunda Najah tidak terdeteksi oleh warga, mereka mengira hanya genangan air enau yang membasahi anak tangga.
Kini sudah lima tahun bu Sarinah pengsiun dari jabatannya sebagai kuyang, meninggal layaknya manusia normal karena ia telah menurunkan ilmunya pada Rahma. Namun saat itu warga sempat ketakutan, karena di teror oleh jin Qorin bu Sarinah yang bergentayangan mengganggu warga desa.
Namun teror itu berlalu cepat setelah seorang kiayi yang berhasil mengusirnya. Keadaan desa kembali aman, namun makhluk-makhluk tak kasat mata lainnya masih berkeliaran, kuyang salah satunya, bukan hantu bukan makhluh ghaib, tapi manusia jadi-jadian yang tak kalah meresahkan masyarakat, khususnya wanita hamil dan wanita yang sedang menstruasi.
Btw, itu udah 25 tahun lalu lho, waktu author masih bocil, tapi kejadian seperti itu sekarang masih eksis, karena masih ada penerus-penerus mereka. Bahkan pemilik dan penerusnya masih hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
❤️🔥ℝ❤️🔥
apakah di tahun 2022 masih ada kuyang
2022-12-04
0
mochamad ribut
up up up lagi
2022-07-29
0
mochamad ribut
up up up
2022-07-29
0