Bab 15. Di Cor

Hari Jum'at sangat berat bagi Lara, bunda Najah menggeram sepanjang hari, kini sudah tidak bicara secara sempurna lagi, hanya geraman saja yang diucapkan beliau. Lara tak sabar menunggu kedatangan Fadli agar secepatnya melakukan tindakan agar ibunya tidak tersiksa oleh penyakitnya.

Bi Leha pergi ke desa tetangga untuk menemui pawang kuyang, beruntung hari itu sang pawang tidak sibuk sehingga bisa diajak kerumah bunda Najah.

"Kita udah sampai!" ucap Bi Leha memberitahu.

"Oh ini rumahnya?!" pawang kuyang bertanya.

"Iya, silakan masuk!" ajak Bi Leha mempersilakan.

"Arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh!!!" bunda Najah menggeram, matanya terbelalak hampir keluar melihat kedatangan pawang kuyang.

"Bund, dia gak mau ngapa-ngapain, dia datang untuk bantu bunda!" jelas Lara sambil memegang bunda Najah yang bergerak hebat.

"Arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh!!!" Lagi-lagi bunda Najah menggeram.

"Tenang bu, tenang! Aku bukan musuhmu, aku memang pawang bangsa kuyang, tapi kali ini aku gak akan mengusirmu atau menggundul rambutmu!" ucap Pawang kuyang.

Kuyang sangat takut mendengar pawang mengancamnya akan menggundulnya dengan media tempurung kelapa, konon rambut kuyang benar-benar akan gundul dan khalayak ramai akan mengetahui identitasnya yang baru saja digundul sang Pawang.

"Arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh!" entah apa yang ingin disampaikan bunda Najah.

"Aku akan nyoba ngobatin ibu!" jawab pawang kuyang.

"Apakah ada obatnya, pak?! Dimana bisa dicari?" tanya Lara penuh harapan.

"Kalo obat rasanya gak ada!" ucap sang pawang seraya memegang tangan bunda Lara, meraba urat nadinya.

"Dengan tumbuh-tumbuhankah?" tanya Bi Leha.

"Gak ada sih, hanya bisa diwariskan sama orang terdekat beliau!" ucap pawang sembari menatap tajam kearah Lara.

"Kalo soal itu emang udah kita bicarain, tapi gagal. Kurasa susah nyari orang yang bersedia, kecuali orang itu datang sendiri ingin jadi kuyang!" ungkap Bi Leha menjelaskan.

"Iya harusnya begitu, tapi kalo dibiarkan begini, seumur hidup gak akan mati!" ucap pawang tegas.

"Gak ada cara lain?" Bi Leha bertanya mengharap ada cara lain.

"Selama ini gak ada cara lain yang bisa ngilangin ilmu kuyang ini! Tapi ada satu cara supaya si sakit ini gak keliaran" ucap pawang memberi harapan

"Apa itu, pak?" Tanya Lara mulai bersemangat.

"Di cor!" jawab pawang singkat.

"Maksud di cor itu di semen?" Tanya Lara terkejut.

"Iya, soalnya jasadnya sudah mati, yang gerak selama ini hanya dikendalikan kekuatan ilmunya aja, bukan si sakit!" jelas pawang.

"Masuk akal juga! Di cor biar Najah gak keluyuran" ucap Bi Leha.

"Tapi Bi, aku gak bisa memutuskannya sendiri, Fadli besok datang dari tugas, aku akan berdiskusi dengannya terlebih dulu!" ucap Lara.

"Iya kamu benar, kamu tunggu Fadli datang! Pak Pawang besok kesini lagi, ya?! Biar ketemu langsung sama anak sulung beliau!" pinta Bi Leha.

"Insya Allah besok aku datang lagi, kapan anak beliau datang?" tanya Pawang.

"Biasanya sore, bapak bisa datang sore atau habis maghrib!" pinta Lara.

"Baiklah, besok aku usahakan datang sore! Sekarang aku pamit dulu, ada urusan yang harus aku bereskan!" ucap Pawang seraya berpamitan.

"Terima kasih banyak, pak!" ucap Lara.

"Sama-sama, udah kewajiban aku menolong orang yang membutuhkan!" jawab pawang sambil berjalan keluar rumah.

Bi Leha mengantarkan pawang sampai kedepan pintu.

"Bi, kali ini aku meminta Bi Leha gak usah pulang, tolong nginap disini, aku jadi takut sendirian!" ucap Lara minta kasihani.

"Wajar kamu takut, kamu udah lama tinggal bareng mayat hidup, tapi kau bisa bertahan sampai saat ini, kamu hebat Lara!" puji Bi Leha.

"Aku bertahan karena beliau adalah mertuaku!" ucap Lara menunduk.

"Tapi kau menantu yang baik, gak semua orang bisa berada di posisimu!" Bi Leha mengakui kehebatan Lara.

"Argghghrghghgh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh..."

"Mau apa Najah? Kamu pasti bisa melewati semua ini!" ucap Bi Leha menyemangati bunda Najah.

"Aku nyiapin makan malam buat bunda dulu, setelah itu kita makan malam!" ucap Lara pamit kedapur.

"Baiklah!" jawab Bi Leha duduk didekat kasur bunda Najah sambil memegang tangannya agar diam.

Lara pergi kedapur menyiapkan makan malam untuk bunda Najah, tak lama kemudian ia muncul membawa nampan dengan panci-panci berisi makanan dan lauk pauk.

"Sini, Lara! Biar aku yang ngasih Najah makan, lebih baik kamu siapkan makan malam buat kita!" saran Bi Leha.

"Baiklah, Bi!" Lara balik lagi kedapur.

Malam itu Lara agak tenang karena ditemani Bi Leha, ia sudah tak sabar menunggu Fadli pulang untuk mendiskusikan saran Pawang.

Setelah bolak-balik beberapa jam tak bisa tidur, Lara akhirnya tertidur kelelahan. Sesekali geraman bunda Najah membangunkannya, namun ia kembali tidur karena kantuknya yang tak tertahan.

*****

"Makasih, Lara! Kamu udah bersedia mewarisi ilmu bunda!" ucap Bunda Najah.

"Ini udah kewajibanku sebagai menantu, bunda! Aku bahagia bisa melepaskan sakit bunda! Apapun aku lakuin asal bunda baik-baik aja!" ucap Lara bangga.

"Gak tau bagaimana seandainya kamu gak bersedia mewarisi ilmu kuyang ini!" ucap bunda Najah sendu.

"Aku melakukannya agar bunda gak sakit lagi, bunda udah aku anggap seperti ibuku sendiri, sakit bunda juga sakitku, derita bunda adalah deritaku!" ucap Lara menunjukkan baktinya pada sang mertua.

"Gak salah aku memilihmu sebagai menantu!" Bunda Najah bangga pada Lara. "Ini adalah botol berisi minyak kuyang, jika kamu ingin beraksi, oleskan minyak kuyang ini disekeliling lehermu, maka lehermu akan berpisah dari badanmu, dan kepalamu akan terbang leluasa mencari mangsa. Jika kamu ingin memikat suamimu agar dia sayang dan tunduk padamu, oleskan minyak ini di kedua belah alismu!" Bunda Najah menjelaskan panjang lebar cara mengaplikasikan minyak kuyang pada Lara.

"Terima kasih bunda!! Aku akan melaksanakannya!"

"Pantanganmu gak boleh lewat di jemuran tali ijuk, jangan sekali-sekali mendekat dedak karena kamu akan jatuh dan gak bisa pulang kecuali diantar orang yang melihatmu terjatuh, dan hati-hati kalo nemu temb*ni di jalan, itu biasanya warga sedang menjebak. Kalo siang, tutupin lehermu dengan syal atau kamu hijaban aja, jadi garis penyambung leher dan badan gak nampak!" sekali lagi bunda Najah menjelaskan secara detail.

"Baiklah bunda, berarti semua orang akan tunduk padaku?" tanya Lara.

"Iya, apalagi orang yang namanya kamu sebut saat kamu mengoles minyak dialismu!"

Lara mewaris ilmu kuyang milik mertuanya, dan sudah mempelajari segala tata cara dan pantangan seorang kuyang. Dengan begini, orang-orang akan tunduk, iba, kasihan dan sayang pada Lara.

Ilmu kuyang memang terbukti, kita yang berhadapan dengan kuyang tersebut, tak akan bisa marah walau kuyang telah membuat kesalahan sekesal apapun pada kita, aura mereka seperti orang tak bersalah, kita kasihan dan iba melihatnya. Tapi ini langkah yang salah besar, jangan sampai dilakukan, jalan yang sesat, lembah hitam dan dosa, kamu akan menyesal seumur hidup. Lebih baik bertawakkal pada Pencipta Semesta Alam, kekuasaan-Nya jauh lebih besar dari segalanya.

*******

"Tidak... tidak.. tidak!" Lara berteriak, tubuhnya basah penuh keringat.

"Lara kenapa? Lara? Bangun Lara! Kamu mimpi apa? Bangun!!!" Bi Leha mengguncang-guncang bahu Lara.

"Hah, aku baru bangun ya?!" Lara memegang dan mencubiti tubuhnya. "Berarti aku cuma bermimpi?" ucap Lara tak percaya.

"Kamu mimpi apa, Lara? Ayo minum air putih ini!" ucap Bi Leha menyodorkan segelas air putih.

Lara meminumnya sampai habis, ia terengah-engah seperti habis lari dikejar setan.

"Pelan-pelan Lara?! Kamu baik-baik aja kan?" tanya Bi Leha khawatir.

"Bi, Bi aku bermimpi, bunda mewariskan ilmunya padaku!" ucap Lara datar dengan mata memandang kosong kedepan.

"Lara, kamu hanya tersugesti jadi mimpi macam-macam! Gak usah dipikirkan, lupakan mimpimu, anggap aka bunga tidur!" ujar Bi Leha menyarankan.

"Sebaiknya aku memasak buat sarapan daripada aku kepikiran yang aneh-aneh." Lara bangkit dari tempat tidur, ia pergi kedapur membiarkan Bi Leha sendirian.

Bi Leha geleng-geleng kepala. Tak lama berselang, Lara datang dengan nampan berisi sarapan, mereka bergantian menyuapi bunda Najah, hari itu beliau nampak tenang. Tak terasa, hari mulai sore.

Terdengar bunyi Mobil sedang diparkir didepan rumah, Lara tahu itu adalah Fadli yang datang, ia bergegas keluar tak sabar ingin bertemu denganya untuk melepaskan rindu dan menumpahkan keluh kesah selam ditinggalkan Fadli.

"Masuk, bang! Bunda sempat hilang!" ucap Lara langsung memberitahu Fadli.

"Hah, kok bisa hilang? Terus bunda ditemukan dimana?"

"Di pemakaman tua!" Lara mulai bercerita pada Fadli, ia menceritakan semua kejadian dari awal sampai akhir.

Fadli tak bisa berkata-kata mendengar penjelasan dari Lara, hampir saja ia tak bisa menguasai dirinya.

"Maafkan aku, bang! Seharusnya gak aku ceritakan sekarang! Tapi ada pawang kuyang yang akan bertemu kita hari ini! Sebentar lagi pasti datang!" Beritahu Lara pada Fadli.

"Pawang kuyang mau datang kemari? Untuk apa!?" tanya Fadli.

"Ada yang ingin beliau sampaikan!"

Belum lama Lara membicarakan pawang kuyang, orang yang dibicarakan sudah datang.

"Permisi, kenalkan saya Ahmad, atau pawang kuyang! Ini anaknya ibu Najah?" tanya pak Ahmad.

"Iya, pak! Silakan masuk!" ucap Fadli mengajak pak Ahmad masuk kedalam.

"Terima kasih!"

Fadli mempercepat langkahnya ingin segera bertemu ibunya.

"Jadi apa yang bisa Pak Ahmad bantu untuk menyembuhkan bunda?" tanya Fadli.

"Kata istrimu, ibumu sempat hilang, dan pernah ditemukan di kolong ranjang! Mendengar hal itu, aku saranin untuk mencor tubunnya dengan semen agar tidak bisa kemana-mana!" ucap Pak Ahmad memberitahu Fadli.

Fadli meresapi kalimat-kalimat Pak Ahmad, antara tak tega dan kasihan, tapi itu juga demi kebaikan ibunya.

"Baiklah!" Fadli menyetujui saran pak Ahmad.

Pengecoran dilakukan selama Fadli ada dirumah, tubuh bunda Lara yang tak bergerak itu di semen dari ujung kaki sampai leher, karena hanya leher yang bisa digerakkan.

"Arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh!!!" bunda Najah berontak, tapi tak bisa apa-apa.

"Maafkan Fadli, bunda! Tapi ini demi kebaikan bunda juga, daripada bunda hilang-hilang lagi, lebih baik begini saja!" ucap Fadli meminta maaf.

Terpopuler

Comments

•⁠ᴗ⁠• JOFENDLOTRUVE •⁠ᴗ⁠•

•⁠ᴗ⁠• JOFENDLOTRUVE •⁠ᴗ⁠•

kaget, kirain beneran d warisin. untung hanya mimpi 😭

2022-10-21

10

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!