Bab 19. Melahirkan

Minggu pagi nampak sangat cerah, Lara sibuk me jemuran cucian tadi malam yang baru dijemurnya sekarang karena tak mungkin malam-malam dia harus menjemurnya, Bi Leha datang tergopoh-gopoh memasuki pekarangan rumah bunda Najah.

"Bi Leha ada apa?!" Sapa Lara sambil bertanya.

"Mana Fadli? Mana suamimu!" tanya Bi Leha ketus sambil terus masuk kedalam rumah.

Fadli yang duduk diruang tengah terkejut melihat kedatangan Bi Leha yang marah-marah mencarinya.

"Fadli, rupanya kamu gak punya otak?! Istrimu siang malam mengurus kuyang sedangkan kamu menikah disana, bersenang-senang dengan istri baru! Gak liat istrimu yang mengorbankan kebahagiaannya? Bahkan jarang ketemu orang tua kandungnya sendiri demi mengurus kuyang itu!" Ucap Bi Leha marah-marah.

Lara seketika menangis diluar sana mendengar amarah Bi Leha yang berapi-api, ia tak tega mertuanya di caci maki gara-gara perbuatan anaknya. Fadli terdiam mematung tak bisa berkata-kata sepatah katapun, dugaannya benar Lara tahu tentang pernikahannya.

"Pulang sana, pulang! Gak usah datang kemari, percuma! Kamu udah bagi cintamu dengan orang lain. Pulang!" Bi Leha makin marah karena Fadli diam membisu.

Lara menghampiri Bi Leha untuk menenangkannya, namun amarah beliau makin memuncak, ia tak mau Lara disakiti, karena ia tahu bagaimana perjuangannya mengurus Bunda Najah, dan tak ingin nasib Lara berakhir seperti mertuanya.

"Ayo pulang, jangan datang-datang lagi! Aku tau aku bukan siapa-siapa! Tapi Najah sahabatku sejak kecil, aku berhak memarahimu sebagai perwakilan darinya. Kamu tega benar membuat anak orang menangis, wanita mana yang bersedia merawat mertua sakit yang menjijikkan?! Jika kamu pengen adil, suruh istri mudamu mengurus ibumu, biar dia tau gimana susahnya menjadi Lara! Ayo pulang, jangan diam saja!" Bi Leha makin marah hampir saja melabrak Fadli tapi dilerai Lara.

"Pergi!" Lara menyuruh Fadli pergi agar tidak diamuk Bi Leha, Fadli menatapnya ragu untuk pergi "Pergi! Cepat pergi!" sekali lagi Lara meminta Fadli pergi.

Akhirnya Fadli menuruti kata Lara, ia pergi meninggalkan rumah, beberapa warga mengintip di depan, penasaran apa yang terjadi pada keluarga bunda Najah. Sementara Bi Leha masih mengomel meski Fadli sudah tak menampakkan batang hidungnya.

"Bi, sabar Bi! Fadli udah pergi!" ucap Lara memberitahu seraya menyodorkan segelas air putih.

Bi Leha mereguk air minum sekaligus, ia berusaha menenangkan dirinya.

"Aku gak bisa sesabar dirimu, lelaki seperti itu perlu dikasih pelajaran! Gak tau diri!" Maki Bi Leha.

Meski Fadli menduakannya, tapi Lara tak terima ada orang yang memakinya, ia merasa terluka dengan makian Bi Leha, tapi ia tahu bahwa Bi Leha sedang berjuang membelanya.

"Ouuuch ouch ouch!" Lara menjerit histeris memegangi perutnya.

"Lara ada apa, nak? Kamu sakit perut?" Bi Leha panik.

"Bi, air deras keluar dari kemalu*nku!" Ucap Lara meringis sambil memegang perut.

"Air ketuban pecah?! Bukannya dua minggu lagi baru melahirkan?!" Tanya Bi Leha makin panik.

"Gak tau, Bi! Perutku sakit banget, antar aku ke rumah sakit deh! Aaaaaah ouch ouch ouch!" Lara menjerit makin keras.

"Tunggu disini, jangan kemana-mana! Aku nyari orang yang bisa nganter kamu ke rumah sakit!" Bi Leha bergegas pergi mencari bantuan warga.

Lara berjuang menahan rasa sakitnya, ia merasa janinnya segera lahir. Beberapa warga datang menggotongnya kedalam Mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Bi Leha sengaja tak ikut kerumah sakit, karena tak ada satupun warga yang berani menjaga bunda Najah. Tapi Bi Leha berpesan pada warga untuk menjemput Mama Hanum dan membawanya pada Lara ke rumah sakit bersalin yang berada di kecamatan berbeda.

Beberapa jam telah berlalu, Lara melahirkan secara bayi perempuan dengan cara caesar, karena Fadli tak berada saat Lara melahirkan, akhirnya ayah Lara sendiri yang mengazankan bayi Lara dan Fadli.

Setelah obat bius berhenti bereaksi, Lara sadar, ia langsung mencari bayinya, tapi perawat memberitahunya bahwa bayinya sedang di rawat di ruang Nicu.

"Bayi ibu diruang Nicu, karena mengalami kesulitan bernafas, tapi nanti setelah dua puluh empat jam baru boleh keluar!" ucap perawat pada Lara yang masih lemah. "Sebaiknya ibu istirahat dulu, nanti kalo udah bisa jalan, ibu bisa melihatnya disana!" terang perawat menjelaskan.

Beberapa perawat mendorong brankar Lara menuju ruang rawat inap, Mama Hanum disusul Bi Ratih mengikuti perawat-perawat itu.

"Kenapa bayi Lara harus dirawat di Nicu, Hanum?" tanya Bi Ratih yang baru saja datang.

"Lara melahirkan sebelum sembilan bulan, masuh dua minggu lagi, hampir kayak lahiran pertama, untung bayinya selamat meski harus dirawat di Nicu, tapi gak ada masalah serius, hanya kesulitan bernafas, besok udah bisa keluar bersama Lara kok!" mata Mama Hanum berbinar-binar, bahagia menyambut cucu pertamanya lahir dengan selamat.

"Oh syukurlah kalo gak kenapa-napa!" timpal Bi Ratih.

Mama Hanum dan Bi Ratih berhenti didepan kamar rawat inap tempat Lara dirawat, para perawat mengantar Lara sampai kedalam dan membaringkannya diranjang. Setelah beberapa saat, perawat-perawat itu mempersilakan Mama Hanum dan Bi Ratih untuk menengok Lara. Dua kakak beradik itu kemudian masuk kekamar rawat inap, Mama Hanum membelai rambut Lara, ia iba dengan putrinya yang dikhianati suaminya sendiri.

"Lara, sebaiknya setelah boleh pulang nanti kamu dan bayimu tinggal dirumah Mama aja, biar Mama mudah merawatmu sampai benar-benar pulih, baru kamu kembali kerumah mertuamu!" ujar Mama Hanum.

"Kita lihat keadaan nanti, Ma! Gimana, udah ketemu sama bayi Lara?" tanya Lara mengalihkan pembicaraan.

"Iya udah, aku nengok dari kaca diruang Nicu, bayi kamu didalam incubator, lucu banget, kecil mungil dan cantik!" ucap Mama Hanum senang.

"Lara, suami kamu gak dikasih kabar?" tanya Bi Ratih kurang simpatik pada Fadli.

"Dia kembali kekota sebelum aku sakit perut, dia nanya kapan aku lahiran, aku bilang dua minggu lagi sesuai predeksi dokter, tapi gak disangka aku lahiran sekarang!" ucap Lara tersenyum.

"Oh, berarti dia pulang Sabtu depan?" Bi Ratih kembali bertanya.

"Iya, tapi kalo ada yang ngabarin, mungkin dia pulang!" Imbuh Lara.

"Nanti kalo Ivan kebetulan kekota, aku suruh ngabarin Fadli!" ucap Bi Ratih.

"Gak usah, Bi! Nanti dia juga tau!" Lara melarang Bi Ratih untuk bertindak, ia khawatir nanti Ivan berantem dengan Fadli.

"Baiklah kalo gitu, sekarang kamu banyak-banyak istirahat dulu!" kata Bi Ratih seraya membenarkan selimut Lara yang tersingkap.

Lara masih kelelahan sehabis operasi caesar, ia memejamkan matanya untuk tidur dan istirahat sejenak.

Malam telah menggantikan siang, suasana ramai dirumah sakit tak pernah berhenti siang malam. Mama Hanum dan Bi Ratih mulai mengantuk, keduanya sepakat tidur bergantian untuk menjaga Lara. Berhubung kamar rawat inap kosong, Bi Ratih memutuskan untuk tak pulang malam itu.

Lara terjaga di malam hari, ia perlahan bangun tak sabar ingin berjumpa dengan bayinya yang baru lahir, ia melihat ibunya tertidur dilantai beralaskan tikar anyam, disebelah beliau duduk Bi Ratih sedang mengaji dengan suara pelan. Lara sengaja pura-pura tidur, ia tak ingin mengganggu ibunya jika ia dan Bi Ratih berbincang-bincang.

Lara larut dalam pikirannya, ia memikirkan bagaimana nasib anaknya jika ia memutuskan bercerai, ia tak mau anaknya jadi korban keegoisan orang tuanya. Tapi Lara berniat tak mau untuk berkumpul kembali selama Fadli masih beristri.

"Kamu udah bangun?" Sapa Hanum yang tiba-tiba ada disamping Lara.

"Eh Mama?! Ini aku baru bangun, Ma!" Jawab Lara berbohong.

"Perawat ngasih makan malam itu diatas meja, apa kamu pengen makan yang lain? Biar Mama cari diwarung terdekat!" Mama Hanum menawarkan diri.

"Kalo ada bubur ayam aku mau, Ma! Tapi kalo gak ada, makanan apa aja!" Ucap Lara.

"Baiklah, tunggu bentar ya!? Mama keluar nyari makan!" Mama Hanum pamit pergi belanja.

"Aku Mie Ayam aja, Hanum!" kata Bi Ratih.

"Baik!" Mama Hanum pergi sendirian.

"Bi Ratih belum tidur?" tanya Lara.

"Abis makan malam nanti langsung tidur, gantian sama ibumu, ntar dia jagain kamu!" jawab Bi Ratih.

"Makasih banyak, Bi! Bibi selalu ada disaat Mama sedang membutuhkan!" pungkas Lara terharu.

"Udah kewajiban sodara membantu sodaranya, aku ingin kalian juga rukun seperti kami meski kamu dan Ivan cuma sepupu!" ungkap Bi Ratih berharap pada Lara.

"Jangan khawatir Bi, kami akan selalu rukun!" jawab Lara.

Tak lama kemudian Mama Hanum datang membawa makanan, mereka bertiga makan dengan lahap karena seharian kelelahan menjaga Lara.

Sementara disana, setelah empat hari Lara di rumah sakit, Fadli mendapat kabar bahwa ia melahirkan, Fadli bergegas pulang ingin melihat anak dan istrinya. Sedangkan dirumah sakit, dokter sudah mengizinkan Lara pulang.

Mama Hanum memboyong Lara dan bayinya kerumah mereka, ia tak mengizinkan Lara kembali kerumah mertuanya sekarang, khawatir dengan keadaannya dan keadaan sang bayi. Lara menuruti permintaan ibunya.

Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!