Bab 10. Kejayaan Runtuh

Bunda Najah mengajak Lara untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju sungai mati ditengah hutan, makhluk-makhluk tak kasat mata masih mengikuti mereka.

Kreekkk krekkk krekkk, suara ranting terdengar saling gesek, bukan karena angin, tapi sosok yang entah bagaimana wujudnya yang sedang berada diatas pepohonan sehingga menimbulkan berbagai macam suara.

Syuuuuuuttttt kreeeeekkkkk trekkkkk.. .

"Aaaaaaaaaaa!" Lara terpekik, ia dikejutkan sesosok berbaju putih panjang bergelayutan di pohon disamping dirinya berjalan.

Lara ingin berlari, tapi kakinya terasa berat untuk melangkah. Jantungnya seperti roll coaster, napasnya tak karuan. Bunda Najah tersenyum simpul melihat menantunya yang sangat lugu dalam dunia ghaib.

"Lara, kamu harus berani, mereka itu bukan apa-apa dibanding kamu manusia, makhluk yang paling sempurna!" ucap bunda Najah.

"Tapi bunda, aku gak mau bertemu makhluk begituan!" ucap Lara takut.

"Sejatinya mereka ada di desa kita, disekitar kita namun jarang menampakkan diri. Sebenarnya makhluk-makhluk yang berwujud manusia itu adalah roh-roh orang mati penasaran yang diusir kehutan supaya gak ngegangguin warga! Bahasanya kasarnya mereka itu hantu" ucap Bunda Najah menerangkan.

*****

Namun dalam Islam, mereka itu adalah jin Qorin yang menyerupai wajah manusia, bisa juga jin jahat yang sengaja menggoda ketebalan iman manusia.

*****

Setelah berjalan beberapa jam, akhirnya mereka ditempat yang dituju, sungai mati tak berair. Bunds Najah bergegas mengeluarkan botol kecil dari saku bajunya, ia menuang isi botol tersebut.

Minyak, iya itu dia minyak kuyang, anehnya tak pernah putus meski dituang sampai habis, minyak tersebut menetes namun selalu ada dan ada, hingga tak pernah habis. Sudah berjam-jam dilakukan, minyak kuyang tersebut tetap tidak habis-habis.

"Kamu lihat sendiri?! Minyak ini gak bisa dilenyapkan, meski botol ini kulempar kedasar laut, kubakar, kupecah, minyak itu akan tetap utuh! Inilah yang dinamakan dengan keabadian, membuat pemiliknya berwibawa dan senantiasa cantik, bisa memikat pujaan hati, gak akan berpaling, korban yang terkena minyak ini pasti klepek-klepek. Apapun yang diucapkan pemilik minyak ini, akan ditururi oleh orang-orang yang mendengarnya!" ucap bunda Najah menjelaskan.

"Tapi itu dosa, bund!" jawab Lara.

"Dosa, kadang kita gak tau dosa itu dibuat secara gak sengaja, bukan dikehendaki atau dicita-citakan, itu yang terjadi padaku! Mau nyesal juga udah terlanjur begini!" ucap bunda Najah tertunduk sedih.

"Bund, sebaiknya kita pulang! Usaha bunda untuk melenyapkannya belum berhasil juga, mungkin dengan jalan bertobat, kita bisa menyingkirkannya!" Lara memberi nasihat.

"Mari kita pulang!" Bunda Najah bangkit.

Keduanya kembali menuju rumah mereka, Lara sudah tak mempedulikan godaan makhluk astral yang sesekali membuat spot jantungnya berdetak cepat.

Terdengar ayam berkokok, pertanda mereka sudah dekat dengan desa. Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya mereka tiba dirumah tanpa ada yang memergoki mereka.

Sejak malam itu, kondisi bunda Najah makin buruk, kakinya benar-benar tak bisa digerakkan, Lara menyarankan agar tidak berburu mangsa lagi, mungkin dengan begitu ilmu hitam itu bisa hilang atau tidak berfungsi, tapi bunda Najah kesakitan jika tidak memangsa buruannya.

Lara melarang bunda Najah memakan temb*ni seperti biasanya, ia mencoba membuang isi belanga agar tidak ada lagi yang bisa dimakan mentah oleh mertuanya.

Tapi kondisi bunda Najah makin memburuk.

"Lara, aku semakin sekarat, apa yang harus kulakukan? Seluruh badanku terasa sakit!" bunda Najah merintih sepanjang hari.

Lara merubah pola makan sang mertua, yang tadinya kanibal, sekarang menjadi vegetarian. Dirumah hanya mereka berdua, Fadli harus pergi keluar provinsi untuk study banding, sedangkan Fadil kuliah di kota lain, jarang pulang, terkadang hanya tiga bulan sekali.

"Aaaaihhh aaaaah, sakit banget seluruh badanku!" teriak bunda Najah.

"Tahan bund, bunda pasti bisa!" ucap Lara menyemangati.

"Kurasa ajalku segera tiba!" ucap beliau pasrah.

Tiap hari dilalui Lara dengan erangan dan jeritan bunda Najah, kadang Lara tak tega, tapi iapun tak mau melihat mertuanya memakan kotor*n dan yang jorok-jorok.

Aroma wangi orang akan melahirkan tercium oleh Bunda Najah, naluri berburunya muncul lagi.

"Malam ini aku harus berburu, gak peduli dilarang sama Lara!" gumam bunda Najah dalam hati.

Bunda Najah mencoba menggerakkan kakinya, namun berat sekali, kakinya sudah tak bisa berjalan secara permanen.

Ketika malam tiba, ia hanya bisa diam dan merintih meratapi nasibnya yang tak bisa bergerak kemana-mana.

Suara tangisan orok saat bidan memotong ari-arinya terdengar jelas ditelinga bunda Najah, meski dari kejauhan, namun pendengarannya masih jelas. Semua itu membuatnya tersiksa, seharusnya ia memangsa makanan segar itu.

"Aku harus bisa beraksi, tolong aku Laraaaa!" rintih bunda Najah.

Begitulah berulang-ulang siang malam diucapkan bunda Najah, Lara sudah terbiasa dengan kalimat itu, ia berusaha tak menghiraukan, karena percuma, kondisi bunda Najah sudah tak memungkinkan untuk beraksi.

"Aku rela melihat bunda begini, daripada tiap malam berkeliaran diluar!" ucap Lara.

"Tapi ini nyiksa banget!" rintih bunda Najah.

"Banyak-banyak istighfar, bund! Pasti bisa melalui masa-masa seperti ini dan kembali jadi manusia normal!" harap Lara meski itu terasa mustahil.

"Itu gak akan merubah nasibku, aku udah menjadi pendosa, percuma bertobat! Dan keadaanku gak akan berubah, tetap seperti ini sampai aku mati." ucap bunda Najah memberitahu.

"Kurasa dengan istighfar bisa melunturkan dosa-dosa yang bunda lakukan?!" timpal Lara penuh pengharapan.

"Entahlah, bayangin aja misal aku tobat, tapi ilmu kuyang milikku tetap ada, berarti aku masih seorang siluman, makhluk jadi-jadian, aku gak yakin tobatku diterima!" sesal bunda Najah.

"Gak ada salahnya meminta permohonan untuk dibukain pintu taubat, bund! Allah pasti tahu apa yang ada dalam hati dan niat kita!" Lara bersikeras membujuk bunda Najah untuk bertobat.

"Akan kucoba!" ucap bunda Najah pelan.

Lara merasa iba melihat kondisi mertuanya yang semakin hari semakin memburuk, badan beliau yang awalnya berisi, kini mulai kurus. Bahkan makan pun sudah tak berselera.

Satu-satunya cara untuk membuat bunda Najah sembuh adalah membiarkannya berburu mangsa, tapi kondisi beliau sudah tak bisa dipaksakan lagi. Mungkin itu balasan atas perbuatan beliau tempo hari ketika mencelakai Bu Sarinah, meski beliau juga seorang kuyang, namun karma tetap berlaku.

"Tolong kabarin Saleha, aku pengen ketemu!" pinta bunda Najah pada Lara.

"Aku akan nemui Bi Leha, bund!" ucap Lara.

Lara menuruti kemauan sang mertua, ia pergi kerumah Bi Leha untuk menyampaikan pesan ibu mertuanya.

Hari itu juga Bi Leha berjanji akan menemui sahabatnya.

"Najah, ada apa kamu manggil aku kemari?" Bi Leha datang menghampiri Bunda Najah.

"Aku minta tolong kamu cariin orang yang bersedia mewarisi ilmuku ini, aku yakin kamu gak akan mau mewarisnya, tapi aku tahu kamu pasti mau membantuku mencari orang yang bersedia menolongku!" ucap Bunda Najah menghiba pada Bi Leha.

Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!