"Sayang, jangan pulang lama-lama, aku gak berani sendirian disini!" rengek Shinta pada Fadli.
"Aku harus pulang menengok mereka, sayang! Tunggu aku kembali" balas Fadli membelai wajah istri keduanya yang baru dinikahinya beberapa dua bulan lalu setelah saling mencintai sejak ia tugas di kota.
Kekhawatiran Lara akan dikhianati kini memang jadi kenyataan, mungkin karena hubungan rumah tangga LDR, membuat Fadli menduakan cinta Lara yang tulus.
Fadli menjalankan Mobilnya meninggalkan rumah minimalis yang baru dibelinya saat menikah dengan Shinta.
"Hati-hati dijalan!" Shinta melambai kearah Fadli yang perlahan menghilang ditikungan jalan.
Fadli tersenyum kearah Shinta, perlahan mobil yang dikendarai Fadli meluncur dengan laju menuju desa kelahirannya.
Beberapa jam berlalu, Fadli tiba dirumah disambut mesra oleh Lara yang dijumpainya diakhir pekan.
Lagi-lagi Lara mencium aroma wangi parfum yang sama, tapi ia menepis berbagai macam prasangka yang ada dibenaknya, ia tak mau menambah pikiran sang suami.
"Bagaimana keadaan kalian? Sehat dan baik-baik aja kan?" tanya Fadli.
"Seperti yang kamu lihat!" balas Lara tersenyum walau hatinya dihujami beribu pertanyaan akan wangi parfum yang selalu tercium setiap Fadli datang.
Fadli menggandeng Lara masuk kedalam sembari berjalan menuju kamar bunda Najah, hatinya teriris pilu melihat seonggok tubuh tak berdaya yang menyatu dengan lantai, bundanya yang dulu ceria kini tergeletak bagai benda mati tak berguna, ia dapat merasakan bagaimana dinginnya cor yang menyatukan badan sang ibu dengan lantai. Jasad tanpa raga, lebih kasarnya mayat hidup.
Fadli duduk menangis sesenggukan melihat kondisi bunda Najah yang kian hari makin memburuk, Lara membelai pundak Fadli seraya menenangkannya.
"Doakan bunda lekas sembuh!" ucap Lara pelan.
"Itu hanya sebuah harapan!" balas Fadli tak bersemangat.
"Gak ada yang mustahil, semoga bunda segera sembuh seperti sedia kala!" ucap Lara mendoakan sang mertua.
"Kamu udah lama gak kerumah orang tuamu?" tanya Fadli.
"Gak perlu, mereka mengerti dengan keadaanku! Mama sering datang kemari kok!" jawab Lara tak ingin merepotkan Fadli mengantarnya kerumah orang tuanya.
"Oh, terima kasih atas segala yang udah kamu lakukan buat aku juga buat bunda dan keluarga!" ucap Fadli tak seperti biasanya.
"Ih kayak sama orang asing aja!" Lara tak suka dianggap sangat berjasa. "Bi Leha lebih pantas mendapat ucapan kayak gitu!" Lara mengalihkan pembicaraan. "Beliau banyak berjasa pada kita, seandainya gak ada beliau, aku gak tau harus gimana menjalani hari-hariku!"
"Mana Bi Leha?" tanya Fadli.
"Pergi menemui putrinya, aku yang nyuruh beliau, karena aku tau kamu datang hari ini, sengaja aku membiarkan beliau punya quality time buat keluarganya!" jelas Lara.
"Kamu memang pengertian!" puji Fadli. "Fadil libur kuliah minggu ini, kemungkinan dia pulang sekaligus menjenguk bunda!" tukas Fadli memberitahu.
"Oh, syukurlah kalo Fadil datang, bunda pasti kangen sama Fadil!" ucap Lara.
"Emangnya bunda masih bisa mengenali kita semua?!" tanya Fadli tak yakin.
"Kurasa masih bisa, karena seorang ibu gak akan pernah lupa pada anak-anaknya meski dalam keadaan bagaimanapun!" timpal Lara.
"Aku harap bunda dapat mengenaliku!" Fadli berharap walau tak yakin sepenuhnya.
"Pasti bunda masih mengenalimu, coba dekati beliau!" perintah Lara.
"Bunda hanya melotot saat kudekati dan kubisiki bahwa aku Fadli, anaknya!" jelas Fadli sedih.
"Tapi bunda pasti merasa kehadiran anaknya, dan mungkin beliau bahagia saat kamu ada didekat beliau!" ucap Lara berpendapat.
Tak terasa masa libur Fadli berakhir begitu cepat, satu malam dalam seminggu apalah artinya, itupun sangat berharga bagi Lara yang ditinggal tugas selama enam hari. Tak terbayang bagaimana perasaannya jika ia mengetahui suaminya beristri lagi.
"Aku berangkat dulu ya!? Nanti kalo Fadil datang kamu bisa minta bantu dia kalo ingin periksa kandungan kedokter!" ucap Fadil seraya pamit pada Lara.
Bi Leha datang menjelang Fadli berangkat.
"Berangkat, nak?!" Sapa Bi Leha.
"Iya, Bi! Aku berangkat, makasih banyak Bi udah sering bantu kami sekeluarga!" Fadil berterima kasih.
"Gak usah begitu, nak! Anggap aku ibumu sendiri!" Bi Leha tak enak diperlakukan khusus.
"Sekali lagi makasih banyak, aku berangkat! Kalian hati-hati dirumah, ya!" seru Fadli sambil menyetir mobilnya dan pergi.
Fadli berangkat tugas, Shinta sudah menanti kedatangannya disana. Sementara disini, Lara tak mengetahui telah diduakan oleh orang yang dicintanya.
Hari-hari berlalu seperti biasa, jengah dan melelahkan. Menghitung waktu menunggu kapan bisa terlepas dari belenggu masalah keluarga yang teramat pelik.
Seperti yang dikatakan Fadli, Fadil pulang kampung karena liburan semester. Kedatangan Fadil sangat membantu Lara, kekurangan dan kebutuhan dapur di atasi Fadil dengan segera.
"Fadil, mau gak nganter aku kepasar? Aku mau beli perlengkapan bayi!" Lara mengajak Fadil.
"Boleh, kak! Kapan mau kepasar?" tanya Fadil tak menolak ajakan Lara.
"Sekarang ini juga kalo kamu gak keberatan." Jawab Lara.
"Ayo boleh, sini aku antar!" Fadil menawarkan diri mengantar Lara.
"Baiklah, aku bersiap dulu! Tunggu sebentar ya?!" Lara bergegas masuk kekamar untuk bersiap.
Fadil menghidupkan mesin motornya dipekarangan depan.
"Bi Leha, titip bunda sebentar, aku mau kepasar, gak lama kok!" Lara meminta Bi Leha menjaga sang mertua.
"Hati-hati dijalan ya! Suruh Fadil jangan ngebut!" seru Bi Leha mencemaskan Lara.
"Siap, Bi! Pesan apa? Nanti aku beliin!" ucap Lara seraya keluar rumah.
"Terserah kamu aja, nak!" sahut Bi Leha.
Lara bergegas menyusul Fadil yang sudah menunggu siap mengantarnya kepasar.
"Maafin kakak, kamu nunggunya jadi kelamaan!" Ucap Lara.
"Gak apa-apa, kak! Biasa aja kok! Udah siap?"
"Iya, udah!
Fadil segera berangkat mengantar Lara. Beberapa saat kemudian, mereka sudah tiba dipasar, ia menurunkan Lara dipinggiran toko.
"Dil, kamu pergi aja, nanti kakak bisa pulang sendiri!" Perintah Lara.
"Jangan kak, ntar aku antar pulang, aku nunggu kakak disini!" Fadil tak enak pergi begitu saja.
"Baiklah, aku kepasar dulu cepat-cepat!" Lara pamit tergesa-gesa agar Fadil tidak kelamaan menunggu.
Fadil pergi kewarung makan terdekat sembari menunggu kakak iparnya berbelanja, sementara Lara sudah tidak kelihatan batang hidungnya masuk kedalam pasar.
Beberapa waktu berlalu, Lara muncul membawa belanjaan. Fadil sudah menunggunya, siap untuk pulang. Bersamaan dengan mendekatnya Lara kearah Fadil, datang seorang wanita yang lebih tua beberapa tahun dari Lara tiba-tiba menghampiri Fadil.
"Hey kamu Fadil adiknya Fadli, kan? Sapa wanita itu seolah kenal dekat, seraya mengulurkan tangannya
"Iya, kak! Masih ingat aja?!" Balas Fadil sambil menyalami wanita itu.
"Ingat dong, masa gak ingat sama adik ipar sodaraku sendiri!" Ucap wanita itu.
Seketika langit terasa runtuh, bumi bergetar, dan badai menerjang dunia Lara, entah benar atau tidak dengan apa yang dikatakan wanita itu, tapi Lara belum siap mendengar ucapan tersebut.
Fadil baru menyadari Lara berdiri tidak jauh dari mereka, ia khawatir Lara mendengar pembicaraan wanita tadi, tapi ia berharap agar Lara tak mendengar apa-apa. Tapi.. .
"Maaf, apa yang mbak katakana tadi?!" Tanya Lara menghampiri wanita itu.
"Kamu siapanya Fadil? Kenalkan aku sodaranya istri Fadli, kakaknya Fadil yang baru nikah sama adikku, dua bulan yang lalu!" Jawab wanita itu tak tahu menahu.
Sekali lagi bagai petir menyambar bersahut-sahutan, dunia Lara terasa hancur saat itu. Fadil melihat ekspreksi Lara yang tegang, wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca sebentar lagi bulir-bulir mutiara dalam telaganya tumpah. Fadil mengambil langkah seribu, ia bergegas menjalankan motornya tak peduli pada kakak ipar baru oleh Fadli.
"Maaf, Fadil pergi dulu kak, ada urusan penting!" Fadil berbasa-basi.
"Ehh, tunggu!" Wanita itu belum sempat bicara, karena Fadil buru-buru mengajak Lara pulang.
Lara tak bisa berkata sepatah katapun, ia bingung seribu bahasa, hanya air mata yang jatuh menggenang di kedua belah pipinya. Fadil melaju membawa motornya agar lekas sampai kerumah, meski seorang laki-laki, ia dapat merasakan bagaimana sedang berada di posisi Lara, ia dapat mendengar isak tangis Lara meski Lara berusaha menyembunyikan tangisnya.
Motor berhenti tepat dipekarangan, Lara tak sadar bahwa mereka sudah tiba dirumah.
"Kak, udah sampe rumah!" Sapa Fadil pelan.
Lara turun dari motor tanpa sepatah kata, ia bergegas lari masuk kedalam rumah bahkan belanjaannya tak ia pedulikan lagi. Fadil membenahi belanjaan Lara yang berserakan di tanah, ia membawanya masuk kedalam rumah.
"Bi Lehaaaaa! Bibiiiii!" Lara berlari kearah Bi Leha dan memeluknya erat serta menangis sejadi-jadinya.
"Hah? Ada apa ini? Lara, ada apa sama kamu, nak?" Tanya Bi Leha kebingungan.
"Biiii, ini gak mungkin terjadi!" Lara masih menangis tanpa menjelaskan permasalahannya.
"Lara? Kamu baik-baik aja kan? Fadil, Lara kenapa, ada apa sampe nangis begini?!" Bi Leha mencecar Fadil.
"Bi, nanti kita bicarakan!" Fadil tak mau banyak bicara.
"Lara, menangislah kalo membuatmu tenang, tapi jangan berlebihan. Ingat, kamu sedang hamil, gak baik bagi kesehatan kalian!" Ucap Bi Leha seraya mengelus pundak Lara.
Tangis Lara mulai reda, tersisa isakannya dan terkadang sesenggukan, air matanya membanjiri seluruh wajahnya. Bi Leha tak pernah melihat Lara terpuruk seperti ini, biasanya ia tegar menghadapi segalanya, Lara wanita tangguh, tapi kali ini Bi Leha seperti melihat Lara yang lain.
"Bi.. Fadli menikah lagi!" tiba-tiba Lara memecah keheningan.
"Gak kusangka! Kamu pasti ngarang?!" Bi Leha tak percaya pada ucapan Lara.
"Tapi ini kenyataan, dipasar tadi aku ketemu kakak iparnya Fadli, dia nyapa Fadil, mungkin gak tau aku istrinya Fadli!" Lara menceritakan kejadian dipasar tadi.
"Berarti Fadil tau kalo Fadli menikah lagi?!" tanya Bi Leha mengerutkan dahinya.
"Mungkin dia tau!" ucap Lara pelan dengan tatapan kosong tak bersemangat.
"Benar-benar keterlaluan, gak jauh-jauh sifat ayahnya! Dulu dia menduakan Najah, padahal Najah wanita yang hampir dengan kata sempurna! Tapi tetap aja diduain, ternyata laki-laki gak jauh beda! Dimana-mana gak cukup satu istri!" Bi Leha menggeram marah pada Fadli.
Lara kembali menangis, ia memeluk Bi Leha erat, menumpahkan kekesalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sarita
mending pulang kerumah orang tuamu lara ngapain ngurusin ibu suamimu yg sudah berselingkuh
2024-02-29
0