Fadli lega meninggalkan bunda Najah setelah pengecoran, ia tidak mengkhawatirkan lagi ibunya menghilang seperti sebelumnya, dengan di cor berarti sang ibu tak akan bisa kemana-mana. Dan Lara tidak terlalu lelah merawat sang mertua.
Beberapa minggu berlalu setelah pengecoran, ternyata saran Pak Ahmad sangat baik bagi bunda Najah, beliau terbaring tenang dikasur, tak menyusahkan Lara seperti awal.
Tapi tak disangka sama sekali, kejadian aneh muncul lagi, rambut bunda Najah dipenuhi dengan binatang penghisap darah sejenis kutu, namun lebih besar, di tempat saya bernama Baga. Baga-baga tersebut merayap memenuhi rambut beliau, bunda Najah tak henti-hentinya menggerakkan kepala karena gatal dan terngangu oleh hama tersebut.
Lara kembali panik, kadang Baga tersebut merayap keluar dari kepala bunda Najah, jika terkena gigitannya sangat gatal dan miang. Baga itu benar-benar menyebalkan, Lara tak mengerti harus dengan cara apa lagi menyelesaikan masalah-masalah yang datang silih berganti.
"Coba kasih obat hama tanaman!" usul Bi Leha.
"Bukannya beracun? Takut membahayakan bunda!" Lara cemas.
"Campur setetes dua tetes obat hama tanaman pada semangkuk air, kemudian balurkan kekepala Najah!" ucap Bi Leha mengajari Lara.
"Tapi ini gak apa-apakan? Baunya sangat tajam, aku takut bunda pingsan akibat obat ini!" Lara masih cemas dan ragu.
"Aku yakin gak akan terjadi apa-apa, biasanya anak-anak kecil diolesin begitu saat kutu-kutu rambut bersarang di rambut mereka!" jelas Bi Leha menegaskan.
Akhirnya Lara menurut, ia mencari obat hama tanaman di warung terdekat, setelah kembali ia mulai melakukan saran Bi Leha. Beberapa saat setelahnya, tak ada reaksi apa-apa, Baga dikepala Bunda Najah semakin merayap liar dan betambah banyak.
"Bi, gak ada hasilnya! Baga-baga itu tetap berkeliaran, malah tambah banyak!" pekik Lara cemas.
"Itu akibat ilmu hitam miliknya, satu persatu akan bermunculan kejadian aneh, sebaiknya cari solusi yang tepat. Kalo dibiarkan begini akan tambah fatal, dan menambah gunjingan warga!" Bi Leha menyarankan mencari solusi lain.
"Gak ada cara lain selain mewariskan ilmu hitam bunda, Bi?! Siapa yang mau mewarisnya? Aku? Bi Leha?" tanya Lara bertubi-tubi .
"Kita semua gak mau, tapi harus ada yang berkorban di antara kita. Kamu sebagai menantunya, aku sahabatnya! Kamu atau aku yang seharusnya menggantikan posisinya!" ucapan Bi Leha tak biasa pasrah begitu, itu karena beliau sudah kehabisan cara membantu sahabatnya.
Lara tak bersemangat, apakah mimpinya akan menjadi nyata?! Dirinya akan mewaris ilmu kuyang milik sang mertua.
"Gak... ini gak boleh terjadi, mustahil!" Lara membatin dalam hati.
Keresahan mulai melanda, sepintas Lara pasrah dan ingin saat itu juga menggantikan posisi sang mertua, namun nalurinya melarang, karena sangat konyol berkorban memilih jalan sesat demi mempertahankan seorang tua renta yang sudah menjelang ajal. Tapi disisi lain Lara benar-benar lelah dengan semua cobaan yang datang beruntun tak kunjung selesai.
"Lara, bukan hanya kamu yang gundah gulana, aku juga! Gak karuan perasaan ini, pengen teriak sejadi-jadinya. Lelah, udah sangat lelah dengan penderitaan Najah ini!"
"Hidup ini kadang gak disangka, banyak banget kejutan yang gak terduga, kejutan yang bikin jantungan!" Lara memelas sedih seolah tak sanggup meneruskan perjalanan hidupnya.
Warga mulai mengetahui tentang munculnya Baga dikepala bunda Najah, kejadian baru ini kembali dibicarakan warga di warung-warung seperti biasa. Kabarnya pun santer merebak keseluruh pelosok desa.
Fadli jenuh, tiap kali pulang selalu ada masalah baru, ia mulai emosi dengan kondisi yang dialami sang ibu. Pernah beberapa minggu ia tak pulang menjenguk ibu dan istrinya. Mula-mula Lara cemas, namun lama-lama bisa memaklumi apa yang ada dibenak Fadli. Lara berpikir Fadli tak ingin tugasnya terngangu karena memikirkan keadaan ibunya.
*****
"Bau wangi beda dari biasanya!" Lara mencium wangi berbeda di kemeja Fadli, wangi parfum lembut milik wanita. "Ah, mungkin rekan kerja suamiku banyak wanita, wajar jika aroma parfum mereka menempel di kemeja Fadli!" Lara berusaha berpikir positif.
Tapi tiap kali Fadli datang, wangi yang sama selalu menempel di kemejanya.
"Pasti tempat duduk rekan kerjanya berdekatan, jadi aroma parfumnya nular kemana-mana!" sekali lagi Lara membujuk dirinya untuk tidak berprasangka macam-macam.
Kejadian itu berulang hingga terus-terusan, Lara sudah malas mempermasalahkan aroma wangi tersebut, dan enggan menanyakan kebenarannya pada Fadli, takut membuatnya emosi.
Kondisi bunda Najah tetap seperti semula, makin memburuk kian hari dengan Baga yang merayap dikepalanya. Oleh karena itu Lara tak ingin bertanya macam-macam pada Fadli, karena tak ingin menambah pikirannya.
Purnama datang silih berganti, kondisi bunda Najah tetap sama, akhirnya warga berhenti mengurusi bagaimana keadaan bunda Najah. Lara dan Fadli kembali mendapat kabar bahagia disela-sela kesedihan, Lara hamil untuk yang kedua kalinya.
Kini Lara fokus dengan kehamilannya, urusan bunda Najah diambil alih oleh Bi Leha yang bersedia merawatnya, meski Lara tetap merawat. Namun Bi Leha meminta Lara untuk fokus dengan kesehatan dan kehamilannya.
******
"Lara sebaiknya kamu jangan ikut merawat Najah dulu, bagian kepalanya sebelah kiri mulai bernanah akibat gigitan Baga, aku takut kamu gak sanggup melihatnya!" pinta Bi Leha.
"Ya Allah ada apa lagi yang terjadi?" Lara pasrah dengan keadaan.
"Kamu lebih baik gak usah sering masuk kamar ini, cukup memasak buat kita aja, dan selebihnya dikamar aja!" Saran Bi Leha pada Lara.
"Kamu baik banget, Bi!? Belum pernah aku temui seorang sahabat sebaik dan setulus dirimu, padahal semua ini sangat beresiko, orang lain pasti gak sanggup meski dibayar berapapun!" Lara memuji Bi Leha.
"Mungkin ini yang dinamain dengan pepatah: Hidup enggan mati tak mau!" Bi Leha juga mulai pasrah.
"Ini ujian terberat buat kita, Bi!"
"Seandainya dulu aku tahu, gak bakal Najah sampai seceroboh ini!" sesal Bi Leha.
"Semuanya udah terjadi, Bi! Mungkin ini memang sudah takdir bunda!" kilah Lara pasrah sembari bangkit menuju dapur untuk menyiapkan makan siang.
Hari demi hari dilalui Lara dengan sabar meski cobaan dan rintangan datang bergantian, ia mencoba untuk tegar. Disisi lain ia sangat bahagia karena ia tak sendiri lagi, roh suci dalam dirinya selalu menemaninya sepanjang hari.
Lara mulai merasakan tendangan-tendangan kecil dari dalam perutnya, suatu kebahagiaan tersendiri baginya di sela perjuangannya melawan hari-harinya yang membosankan.
Bau busuk, amis dan anyir sesekali menusuk hidungnya, malam-malam yang penuh mistis dengan alunan geraman mertuanya selalu menghiasi ruangan temaram minim penerangan yang makin menyeramkan. Lara berpikir ia harus mengubah suasan rumah, tapi ia tak berani bertindak semaunya karena bunda Najah tidak suka ruangan terang.
Vibe horor dirumah itu semakin terasa bersamaan dengan geraman bunda Najah yang sesekali berteriak seperti melihat setan, warga sering terkejut dibuatnya, apalagi Lara yang tinggal satu rumah.
"Arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh arghrghrgrhgrh!!!"
Geraman bunda Najah disusul dengan lolongan anjing, konon sebagian warga melihat penampakkan sosok makhluk hitam besar disekitar rumah beliau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments