Bab 12. Gagal

Fadli pulang dari tugas selama tiga bulan tidak kembali, ia melepas rindu pada istri dan ibunya, tapi ia pulang hanya beberapa hari, karena tugasnya resmi dipindahkan kekota, ini menjadi masalah baru bagi Fadli dan keluarga.

"Aku gak bisa membiarkan bunda sendirian dirumah, mungkin lebih baik aku yang bolak-balik dari kota kedesa untuk menjenguk kalian!" saran Fadli pada Lara dan Bunda Najah.

"Bagaimana kalo bunda kita ajak tinggal dikota?!" Usul Lara.

"Aku keberatan untuk tinggal dikota!" tolak bunda Najah.

"Apa bunda gak kasian sama kak Fadli hidup sendirian dikota terus menerus?!" tanya Lara yang berat harus berpisah terus-terusan dengan Fadli.

"Kamu bisa ikut Fadli, tapi aku gak mungkin kekota apalagi dengan kondisi seperti ini!" ucap Bunda Najah bersikeras menolak.

"Bunda ada benarnya, tapi aku gak bisa ngajak Lara tinggal dikota sementara bunda sendirian dalam keadaan memprihatinkan!" ucap Fadli sedih.

"Berarti, keputusan kak Fadli tadi udah yang terbaik. Kak Fadli bisa pulang sekali seminggu buat nengok kita kan?" ucap Lara pura-pura tegar padahal hatinya menangis.

"Aku usahain bisa pulang dua kali dalam seminggu, dan dimana ada waktu luang aku pasti nengok kalian." janji Fadli pada Lara

Fadli melihat mata Lara berkaca-kaca, ia bisa merasakan kerinduan Lara untuk bisa bersamanya, namun tuntutan kerja dan keadaan bunda Najah membuat jarak diantara mereka.

Lara tak akan bisa kemana-mana selama keadaan bunda Najah tak ada perubahan, sedangkan Fadil kuliah di kota yang sama dengan tempat Fadli bertugas. Fadil tak bisa diharapkan, aelain itu jarang pulang kerumah semenjak kuliah.

Hari telah beranjak malam, Fadli mengajak Lara tidur lebih awal, mereka melepas rindu setelah berbulan-bulan tak bertemu. Keduanya sejenak melupakan masalah rumah tangga yang makin kesini makin rumit dan sulit.

Sejak kehamilan Lara gagal, ia merasa trauma untuk hamil lagi, ia memilih menunda kehamilannya sampai ia benar-benar siap, Fadli menghargai keputusan istrinya.

"Aku pengen banget ngajak kamu tinggal dikota!" bisik Fadli ditelinga Lara yang berbaring disampingnya.

"Sepertinya itu hanya sebuah impianku!" ucap Lara sedih.

"Kamu gak boleh sedih, aku akan nengok kamu tiap Minggu. Suatu saat kita pasti bersama selamanya!" ucap Fadli menghibur Lara.

"Aku berharap banget itu bisa terjadi" balas Lara.

"Gak ada yang mustahil, sayang!!" Fadli membelai rambut Lara yang lembut terurai panjang.

Lara menenggelamkan wajahnya kedalam dek*pan Fadli, ia menangis mencurahkan kerinduannya yang sangat dalam.

"Kamu harus berjanji gak akan menduakanku, dikota pasti banyak wanita cantik!" Lara menumpahkan isi hatinya yang selama ini ia takutkan.

"Percayalah, gak ada yang bisa merebut hatiku darimu, sayang!" Fadli meyakinkan Lara.

"Kupegang janjimu!" ucap Lara.

"Kita lihat saja nanti, aku gak akan tergoda wanita manapun!" Fadli berusaha membuat Lara tenang dan tak berpikir macam-macam.

"Selama ini aku percaya padamu, jangan pernah khianati kepercayaanku!" pinta Lara.

"Aku akan selalu setia meski jarak memisahkan, gak ada yang bisa misahin kita!" Fadli berjanji sehidup semati bersama Lara.

Perlahan keduanya pergi melayang diudara menuju langit cinta, Fadli mengajak Lara terbang keawan ketujuh dan melupakan segala urusan dunia. Malam itu mereka lalui dengan indahnya cinta, jauh dari hiruk pikuk dan ***** bengek masalah keluarga. Lara sangat mendambakan kehidupan yang damai seperti itu.

*****

"Kayaknya aku harus pergi dari desa ini, aku gak mau terikat sama perjanjian itu! Aku tau gimana keadaan 'mereka' yang udah terjerumus, masa aku ikutan nyebur?! Gak, gak akan aku lakuin hal konyol itu, aku gak peduli ditinggal suami, tapi aku gak akan mengambil langkah bodoh." gumam Siti dalam hati.

Siti berkemas memasukkan pakaiannya kedalam tas, ia berniat meninggalkan desa suaminya, Siti memilih pulang kedesa orang tuanya.

"Mama, kita masih kerasan disini!" rengek Iwan tak mau pergi.

"Tapi ditempat nenek lebih seru, nak! Disana ada paman dan tante, pasti banyak yang sayang sama kalian!" bujuk Siti pada anak sulungnya.

"Iya ma, Rini punya teman banyak disini, Rini gak mau pergi!" Rini adik Iwan menangis.

"Mama akan beliin kalian mainan yang banyak asal kalian mau ikut sama mama!" bujuk Siti lagi.

"Kan Mama bisa beliin mainan buat disini!" ucap Rini.

"Bukan Mama yang beli mainannya, tapi nenek kalian disana dengan syarat kalian juga harus kesana!" Siti berusaha membujuk kedua anaknya.

Iwan dan Rini tergoda, mereka akhirnya senang diajak pulang ketempat orang tua ibunya di desa lain yang lumayan jauh dari sini.

"Ayah ikut kita kan ma?!" tanya Iwan.

"Ayah sibuk kerja, nanti nyusul kita kalo udah libur" jawab Siti berbohong.

Siti tak mau anak-anaknya tahu tentang retaknya rumah tangga mereka, ia terpaksa berbohong.

Teeeeet teeeet teeet, terdengar bunyi klakson Mobil di halaman depan rumah Siti.

"Maaa, Mobil jemputan udah datang!" Ucap Rini berseru seraya keluar rumah membawa ransel dan boneka beruang miliknya.

"Ayo buruan masuk ke Mobil!" Ajak Siti

"Tungguin Iwan, ma!" pinta Iwan sambil memakai sepatu.

"Ayo sayang, jangan lupa bawa mainanmu!" Siti berjalan menuju rumah tetangganya, "Bu Salma, titip kunci rumah, tolong nanti kasihkan sama ayahnya anak-anak!" pinta Siti seraya menyerahkan kunci rumah.

"Iya, nanti kukasih kuncinya sama Fuad. Kamu pulang kerumah ibumu, gak lama-lama kan?" Tanya Bu Salma.

"Gak bu, nanti juga aku balik!" ucap Siti berbohong.

"Mama, Mama, ayo masuk Mobil!" seru Rini dari dalam Mobil.

"Iya, iyaaa! Aku pergi dulu, bu Salma!" Siti berpamitan.

Siti tak mau berlama-lama, ia ingin segera meninggalkan desa itu, selain kesal pada suaminya, ia juga khawatir bertemu Bi Leha karena perjanjian tempo hari dengan bunda Najah.

Mobil melaju meninggalkan desa, Siti lega seolah terlepas dari sebuah ikatan yang membelenggunya.

Ekspektasi Bi Leha dan bu Najah tak sesuai harapan, target mereka mengundurkan diri sebelum kerjasama. Bi Leha mengetahui Siti pulang kerumah orang tuanya, ia yakin Siti pergi karena tak ingin bersekutu dengan aliran hitam.

Bi Leha bergegas pergi kerumah bunda Najah untuk memberitahunya tentang Siti.

"Najah, target kamu telah pergi, kayaknya gak bersedia gantiin posisi kamu!" ucap Bi Leha serius.

"Kita harus nyari orang lain yang benar-benar bersedia!" sahut bunda Najah tak bersemangat.

"Perlu waktu, karena target harus memikirkannya matang-matang, bukan sehari dua. Seharusnya orang dekat kamu, coba ditanya salah satu dari kerabat besar kamu!" saran Bi Leha pada Bunda Najah.

"Mana ada?! Mereka udah menjauh juga sejak tahu siapa aku! Hanya sebutannya doang punya kerabat besar, tapi setelah ayah Fadli hengkang, mereka juga seolah lenyap ditelan bumi!" ucap Bunda Najah penuh penyesalan.

"Kamu memang ceroboh, kenapa dulu berpikir terlalu sempit! Dikit-dikit kedukun!" sesal bi Leha.

"Penyesalan gak pernah datang di awal, kalo tau begini, aku juga gak bakalan mau!" ucap bunda Najah membela diri.

"Iya aku tau! Sekarang aku pergi dulu, ada pengajian di muara desa!" Bi Leha bangkit dan pergi kepengajian.

Bunda Najah iri, dirinya tak bisa lagi seperti Bi Leha, pintu taubat seakan tertutup baginya, ia hanya meratapi dirinya, menangis sepanjang hari. Begitulah nasib seorang kuyang, sulit mencari pengganti yang bersedia, akhirnya penyesalan tiada guna.

Author saranin khusus buat pembaca, jangan terlena dengan hawa napsu dunia, jangan gampang main dukun, yang ada akan punya perjanjian dengan setan dan iblis. Banyak wanita-wanita yang tersesat akibat tipu daya setan, lebih baik berpegang teguh pada Al-Qur'an dan kitab-Nya, berserah diri hanya pada Allah SWT dan keyakinan masing-masing.

Terpopuler

Comments

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

kak aku udah mampir.
bantu dukung karyaku juga ia
simpanan brondong tampan
mari saling bantu

2022-07-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kuyang
2 Bab 2. Kepergok Warga
3 Bab 3. Palasik
4 Bab 4. Pawang Kuyang
5 Bab 5. Anting Berlian
6 Bab 6. Kuyang Terjatuh
7 Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8 Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9 Bab 9. Dijebak Warga
10 Bab 10. Kejayaan Runtuh
11 Bab 11. Mencari Pewaris
12 Bab 12. Gagal
13 Bab 13. Makin Parah
14 Bab 14. Hilang
15 Bab 15. Di Cor
16 Bab 16. Kutu Busuk
17 Bab 17. Hati Yang Mendua
18 Bab 18. Duka Lara
19 Bab 19. Melahirkan
20 Bab 20. Pelipur Lara
21 Bab 21. Pesugihan
22 Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23 Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24 Bab 24. Tumbal Kedua
25 Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26 Bab 26. Solusi
27 Bab 27. Guna-Guna
28 Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29 Bab 29. Ritual Yang Manjur
30 Bab 30. Menikah Dengan Jin
31 Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32 Bab 32. Siapa?
33 Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34 Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35 Bab 35. Bunuh Diri
36 Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37 Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38 Bab 38. Parang Maya
39 Bab 39. Pengaruh Santet
40 Bab 40. Muntah Darah
41 Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42 Bab 42. Berbohong
43 Bab 43. Shinta Dicurigai
44 Bab 44. Menjambak Rambut
45 Bab 45. Bertengkar
46 Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47 Bab 47. Melepas Rindu
48 Bab 48. Teror Dukun Santet
49 Bab 49. Titik Terang
50 Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51 Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52 Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53 Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54 Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55 Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56 Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57 Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58 Bab 58. Harimau Putih
59 Bab 59. Calon Paranormal
60 Bab 60. Atap Rumah
61 Bab 61. Arwah Penasaran
62 Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63 Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64 Bab 64. Sepucuk Surat
65 Bab 65. Macan Kumbang
66 Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67 Bab 67. Shinta Dan Lara
68 Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69 Bab 69. Dilarang Bi Leha
70 Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71 Bab 71. Harapan Sembuh
72 Bab 72. Dimensi Lain
73 Bab 73. Membingungkan
74 Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75 Bab 75. Pulang
76 Bab 76. Naik Ke Gunung
77 Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78 Bab 78. Kuyang Sandah
79 Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80 Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81 Bab 81. Dua Hari Saja
82 Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83 Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84 Bab 84. Kematian Bunda Najah
85 Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86 Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87 Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88 Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89 Bab 89. Meminta Maaf
90 Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91 Bab 91. Pocong Bunda Najah
92 Bab 92. Mengambil Hutang
93 Bab 93. Pocong Meresahkan
94 Bab 94. Hutang Piutang
95 Bab 95. Pilih Nama
96 Bab 96. Kuyang Baru
97 Bab 97. Namanya Fadi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1. Kuyang
2
Bab 2. Kepergok Warga
3
Bab 3. Palasik
4
Bab 4. Pawang Kuyang
5
Bab 5. Anting Berlian
6
Bab 6. Kuyang Terjatuh
7
Bab 7. Pengajian Tujuh Bulan
8
Bab 8. Dukun Beranak Kuyang
9
Bab 9. Dijebak Warga
10
Bab 10. Kejayaan Runtuh
11
Bab 11. Mencari Pewaris
12
Bab 12. Gagal
13
Bab 13. Makin Parah
14
Bab 14. Hilang
15
Bab 15. Di Cor
16
Bab 16. Kutu Busuk
17
Bab 17. Hati Yang Mendua
18
Bab 18. Duka Lara
19
Bab 19. Melahirkan
20
Bab 20. Pelipur Lara
21
Bab 21. Pesugihan
22
Bab 22. Diikuti Jin Pesugihan
23
Bab 23. Tumbal Putri Sulung
24
Bab 24. Tumbal Kedua
25
Bab 25. Teror Jin Pesugihan
26
Bab 26. Solusi
27
Bab 27. Guna-Guna
28
Bab 28. Fadli Di Guna-Guna
29
Bab 29. Ritual Yang Manjur
30
Bab 30. Menikah Dengan Jin
31
Bab 31. Penyebab Fadli Marah
32
Bab 32. Siapa?
33
Bab 33. Khodam Bewujud Ular Besar
34
Bab 34. Mandi Ruat Dan Kabar Buruk
35
Bab 35. Bunuh Diri
36
Bab 36. Gangguan Makhluk Kiriman
37
Bab 37. Kerumah Orang Pintar
38
Bab 38. Parang Maya
39
Bab 39. Pengaruh Santet
40
Bab 40. Muntah Darah
41
Bab 41. Ular Besar Meresahkan
42
Bab 42. Berbohong
43
Bab 43. Shinta Dicurigai
44
Bab 44. Menjambak Rambut
45
Bab 45. Bertengkar
46
Bab 46. Makhluk Penunggu Rumah
47
Bab 47. Melepas Rindu
48
Bab 48. Teror Dukun Santet
49
Bab 49. Titik Terang
50
Bab 50. Pak Hamdan Dan Fadila
51
Bab 51. Pabrik Penggiling Padi
52
Bab 52. Dianggap Sakit Jiwa
53
Bab 53. Bukan Orang Tua Kandung
54
Bab 54. Tragedi Berdarah Keluarga Ningrat
55
Bab 55. Kirim Balik Teluh?
56
Bab 56. Ayah Dan Anak Bertemu
57
Bab 57. Terkunci Dikamar Mandi
58
Bab 58. Harimau Putih
59
Bab 59. Calon Paranormal
60
Bab 60. Atap Rumah
61
Bab 61. Arwah Penasaran
62
Bab 62. Ajal Lara Makin Dekat
63
Bab 63. Haruskah Mewarisi Ilmu Kuyang?
64
Bab 64. Sepucuk Surat
65
Bab 65. Macan Kumbang
66
Bab 66. Santapan Macan Kumbang
67
Bab 67. Shinta Dan Lara
68
Bab 68. Tak Ada Harapan Sembuh
69
Bab 69. Dilarang Bi Leha
70
Bab 70. Fadli Berhenti Penasaran
71
Bab 71. Harapan Sembuh
72
Bab 72. Dimensi Lain
73
Bab 73. Membingungkan
74
Bab 74. Basa Basi Makan Siang
75
Bab 75. Pulang
76
Bab 76. Naik Ke Gunung
77
Bab 77. Perjalanan Ke Pedalaman
78
Bab 78. Kuyang Sandah
79
Bab 79. Bola Api Dan Cahaya Terang Benderang.
80
Bab 80. Siapa Bayi Perempuan Itu?
81
Bab 81. Dua Hari Saja
82
Bab 82. Naga Putih Dan Putri Junjung Buih
83
Bab 83. Gunung Kembar Dan Lembah Kedamaian
84
Bab 84. Kematian Bunda Najah
85
Bab 85. Siapa Pewaris Ilmu Kuyang?
86
Bab 86. Teka-Teki Pewaris Ilmu Kuyang
87
Bab 87. Lara Dan Shinta Bertemu
88
Bab 88. Bertemu Setan Dan Jin
89
Bab 89. Meminta Maaf
90
Bab 90. Mengusir Roh Penasaran
91
Bab 91. Pocong Bunda Najah
92
Bab 92. Mengambil Hutang
93
Bab 93. Pocong Meresahkan
94
Bab 94. Hutang Piutang
95
Bab 95. Pilih Nama
96
Bab 96. Kuyang Baru
97
Bab 97. Namanya Fadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!