Ego

Hari yang paling melelahkan adalah pergi belanja sama perempuan. Ga kalah menyebalkan dengan urusan fitting-fitting yang ga siap-siap sampai sekarang.

Ribet banget, urusan model baju aja jadi masalah. Belum lagi warna.

“Sammy, hari ini aku ada urusan di penerbitan. Ini Mau sampai kapan disini. Ga siap-siap” bisik april.

“Aku juga udah bosen tau”.

“Kamu bilang dong sama mama kamu, kalau kamu ada urusan mendesak. Lanjut nya malam aja”.

“Sammy april. Habis ini kita lanjut reservasi tempat ya”.

“Ahh mama. Aku sama april ada urusan mendadak. Hari Sabtu aja ya kita reservasi nya”.

“Ga bisa dong samm. Pertunangan kamu aja bulan depan. Nanti ga keburu”.

“Jadi gimana dong ma? Sammy ada urusan di kantor ni”.

“April ga bisa temenin mama?”.

“April ada urusan di penerbitan ma. Nanti malam aja kita perginya ya”.

“Malam mama sudah ada janji. Gimana dong?”

“Emmmm. Kalau mama aja yang reservasi gimana?”

“Yaudah, biar mama sendiri aja. Mama Mau survey tempat dulu, sama nge cek harga. Kalau sempat nanti mama mampir ke tempat kamu. Nanti malam pokoknya kalian sudah harus reservasi tempat ya”.

“Iya ma. Kalau gitu sammy sama april pamit dulu ya”.

“Iya hati-hati”.

“Samm” april me nahan tanganku.

“Aku naik gojek aja. Kamu langsung ke kantor”.

“Ga. Aku antar kamu ke penerbitan”.

“Nanti kena macet. Lambat banget naik mobil Sam, ini aku udah pesan gojek nya. Udah hampir sampai dia”.

“Tuh udah datang”

“Masih muda atau udah tua driver nya?”

“Mana aku tahu, lihat sendiri lah”

“Mbak april?” Tanya bang gojek.

“Iya mas”.

“Ini helem nya”

Aku langsung merampasnya lalu memasangkan ke kepala april.

“Duduk nya ga boleh dempetan. Bukan mukhrim. Mas hati-hati ya. Jangan buat istri saya celaka”.

“Apa sih samm”

“Iya mas, aman”

Ngantor ga ya? Tanggung banget, 2 jam lagi kelar. Kerjaan numpuk ga ya hari ini? Aduh sumpah males banget ngantor. Tapi... ah ngantor aja lah dari pada entar di Kira anak durhaka sama mama.

Jam setengah 6 sore sesuai janji, si mama beneran ke kantor aku buat ngasih berlembar-lembar brosur untuk sewa gedung.

“Ingat. Malam ini harus tentuin mau reservasi gedung yang mana”.

“Iya iyaa”.

“Yaudah mama pergi dulu. Oh iya, urusan april udah kelar belum?”

“Ga tau. Ini mau di telepon”

“Telepon sekarang”

“Hmmmm”

“Halo sayang? Kerjaan mu sudah beres? Mau aku jemput sekarang?”

“Belum. Ga usah jemput. Aku pulang malam”.

“Oke. Aku kesana sekarang ya”

“Gila ya. Ga usah jemput”.

“Oke. 20 menit lagi aku sampai. See you soon sayang”.

“Cah gendeng”.

Aku sudah bisa bayangin ekspresinya seperti apa. Pasti mulut nya sedang menyumpahi 1000 serapah untuk ku.

“Sammy deluan ya ma. Mama hati-hati di jalan. Byee”.

Sudah hampir 2 Minggu aku tidak bertemu Hani. Setiap ingin bertemu jam kerja kita selalu bentrok. Biasa setiap 3 kali seminggu kita makan siang bareng.

Aku sudah menyiapkan beberapa hadiah permintaan maaf untuknya.

“Sammy. Maaf aku telat”. Sapa nya saat dia menghampiriku.

“Gapapa han. Gimana kerjaan kamu? Lancar?”

“Sumpah literally capek banget”.

“Emmm. Sudah aku tebak. Ni hadiah untuk kamu”.

“Apa ini?”

“Buka lah”.

“Sumpah? Kamu ngasih ini? Serius beb? Ahhh Makasih baby, aku suka banget”.

“Sama sama sayang. Kamu selalu ngeluh sama handphone mu. Jadi aku belikan yang baru”.

“Aku ga nyangka kamu bakal ngasih ini”

“Aku pria penuh kejutan. Aku udah pesanin menu favorite kamu”.

“Sumpah?”

“Iya”.

“Makasih baby. Oiya mama aku terus-terusan nanya kamu. Kapan kamu kerumah lagi?”.

“Sabtu ya, ehh Minggu dengg. Emm nanti kalau ada waktu senggang aku main kerumah. Belum tau kapan”.

“Iya gapapa kok. Nanti aku sampai kan ke mama”.

“Aku ke toilet dulu ya han”.

“Oke”.

Entah sampai kapan lagi aku harus terus bohongin hani. Aku ingin mengakhirinya, aku ingin jujur. Tapi aku takut dia bakal kecewa dan akan membenci ku.

“Sayang, tadi ada telefon dari brian. Siapa brian? Temen kamu?” Tanya hani sambil menyerahkan posel ku. Syukurlah aku sudah mengubah lockscreen sama wallpaper ku.

“Oh iya, dia kolega ku. Dia bilang apa?”

“Katanya kamu disuruh ngehubungi dia”.

“Samm, ini apa?” Hani menyerahkan brosur yang di kasih mama.

“Ahh itu tadi aku nemeni kolega aku buat reservasi tempat”.

“Ohh, dia Mau menikah?”

“Iya”

“Kok ada tulisan nama sama nomor hp kamu disini?”

“Ahh iya, dia nyuruh aku buat ngatur semuanya. Makanya dia ninggalin nomor aku”.

“Ohh. Aku Kira kamu yang mau nikah sama perempuan lain”.

“Aihhh mana mungkin”.

“Selamat sore, apakah makanan nya sudah lengkap?” Tanya pelayan.

“Sudah kok mbak, terimakasih” balas ku.

“Makanan favorite kamu sudah datang. Kamu makan yang banyak ya”.

“Sammy, kamu benar ga bohong sama aku kan?”

“Han, ga mungkin aku bohong sama kamu. Wanita yang paling aku sayangi itu kamu”.

“Kapan Kau Mau bawa aku ketemu orang tua mu?”

Aduh mati aku.

“Emmm, kamu mau nya kapan?”

“Hari ini juga”.

“Hari ini mama pergi sama temen nya. Papa keluar kota”.

“Kalau begitu besok”.

“Emang kamu besok ga sibuk?”

“Iya sih”.

“Mending kita atur dulu waktu kosong kita”.

“Oke”.

Selamat. Jantung ku benar-benar hampir keluar dari tempat nya. Seperti nya hani sudah curiga dengan ku.

Beberapa menit kemudian. Dia tidak lagi membahas itu. Dia menceritakan semua keluh kesal nya di kantor.

Tidak beberapa lama. Seorang pelanggan masuk melalui pintu cafe. April durhaka. Bisa-bisa nya dia datang ke cafe sama mantan nya.

Mata kami bertemu. Dia tampak terkejut melihat ku berada disini. Dalam beberapa detik aku menatap nya dengan senyum yang mengartikan kalau aku menangkapnya sedang berselingkuh dibelakang ku.

“Hani. Aku ke toilet sebentar ya”.

“Lagi?”

“Hehe iya, kebelet”. Hani hanya mengangguk.

Aku buru-buru berjalan ke arah mejanya. Syukur nya mereka mengambil tempat yang berbeda ruangan dengan ku. Ku tarik kursi di samping pria itu, lalu dengan cepat menduduki nya.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya ku tanpa basa-basi.

“Apa yang Kau lakukan? Ngapain Kau disini?” April yang membalasnya. Pria itu hanya diam sambil menatapku tidak suka.

“Aku bertanya sama dia. Bukan sama kamu”.

“Apa urusan nya samamu?” Tanyanya.

“April jelasin sama dia”

“Jelasin apaan?”

“Sammy kamu kenapa sih?”

“Dia istriku. Tentu saja ada urusan nya dengan ku”.

“Sammy kamu gila ya? Jun, dia cuman bercanda”.

“Cuman bercanda? Jadi selama ini kita tinggal bersama itu apaan? Intinya kamu jangan dekat-dekat istri ku lagi”.

“Kita belum menikah”

“Iya, tapi bulan depan kita akan menikah”.

“Aku ada urusan, nanti malam kita harus nyelesaikan masalah reservasi tempat. Harus malam ini juga, kalau tidak mama akan marah”.

“Kalian tinggal bersama sebelum menikah?” Tanyanya saat aku ingin meninggalkan meja mereka.

“Kau sudah mendengar nya tadi”.

“Hanya tinggal serumah aja kan? Bukan tinggal di kamar yang sama?”

Kenapa bisa kalah telak gini sam. Ayo balas. Aduh bingung mau ngomong apa lagi.

“Kalian belum tunangan kan? Berarti belum ada status”.

Mendengarnya mengatakan itu benar-benar membuat ku marah.

“Ku akuin aku memang salah. Aku meninggalkan april hanya karena ego ku. Tapi aku tidak pernah meninggalkan nya karena berselingkuh dari nya”.

“Ini murni karena aku ingin fokus sama pekerjaan ku. Dan saat aku sudah mencapai nya. Aku ingin menebus kesalahanku sama nya”.

“Kau pikir semua akan berjalan sesuai keinginanmu? Bahkan saat ini kau masih egois jun. Kau ingin kembali sama nya”.

“Pernah kah Kau berpikir dampak dari perbuatan mu selama ini? Kenapa kau harus mengakhirinya? Kenapa tidak terus menjalankannya? Apa Kau fikir rasa sakit hati seseorang bisa sembuh total karena hanya dengan meminta maaf? Enggak jun. tidak semudah itu”.

“Apa Kau tahu apa yang terjadi dengan nya saat kau pergi ? Apa Kau tahu masalah apa yang di hadapinnya selama Kau tidak ada? Apa kau tahu siapa yang membantu nya saat dia butuh seseorang?”

“Jun, Kau hanya sumber kelemahannya”.

“Lalu Kau apa? Kalau aku sumber kelemahannya, apakah kau sumber kehancurannya?”

“Apa maksudmu?”

“Aku melihat mu bermesraan dengan perempuan lain di ruang sebelah. Apakah dia pacar mu? Apa dia sudah tahu Kau akan menikah dengan april? Ohh, apakah kau akan selamanya menyembunyikannya darinya? Dan tetap menjalankan kewajiban mu sebagai suami april plus kekasih perempuan itu? Kau pikir Kau tidak egois?”.

“Bisakah kalian berhenti sekarang juga?” Sela april.

“Sammy”. Hani memanggilku dari arah sana.

“Aku jemput jam 8 dirumah” hanya itu yang bisa ku ucapkan saat ini. Lalu berjalan menuju hani.

Pikiran ku benar-benar kacau. Apakah aku se egois itu? Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak ingin menyakiti keduanya. Apakah aku tetap harus menjalankan perjodohan ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!