Part 14

Malam hari di keluarga Nelson suasana tampak tenang meski setelah makan malam mereka berkumpul diruang keluarga, namun obrolan satu keluarga itu hanyalah sebuah obrolan ringan dengan disertai canda tawa yang nggak berlebihan seperti biasanya, diruang keluarga tersebut meski mengobrol tapi ada yang liat tv, ada yang baca majalah dan ada yang main game, meski melakukan kesenangan masing-masing tetapi masih bisa diimbangi dengan mengobrol bersama keluarga karna moment berkumpul seperti ini memang sangat dirindukan oleh keluarga Nelson hingga kedatangan sang asisten rumah tangga menghentikan aktifitas mereka

"maaf tuan...nyonya, diluar ada tamu dan sudah saya suruh masuk" tutur bi Inah

"oh, iya bik siapa dan mau bertemu siapa bik kata tamunya?" tanya mamah pelan

"tamu buat tuan dan nyonya, sepertinya orang tua den Ardi karna ada den Ardi juga nyonya"

"Ardi bik?" tanya bunda sekali lagi dan sedikit heran

"iya nyonya, sudah bibi suruh menunggu diruang tamu" jawab bi inah

"baiklah bik tolong buatkan minum untuk tamu yang datang"

"baik nyonya" ucap bi Inah sambil melangkah menuju dapur

"Bund,ayah kedepan dulu ya? kasian tamu kita kalau nunggu terlalu lama" kata ayah sambil mencium kening bunda

"idiiih ayah cuma mau nemuin tamu aja pakai nyium bunda segala" protesku yg hanya dibalas senyuman oleh ayah

"ayah kan posesif dik sama seperti Ardi" kata kak Rizal sambil fokus main game

" nggak, kak Ardi gak seposesif ayah" ucapku

"sudah.sudah jangan berisik, Alini bersiaplah keluar jika kedatangan Ardi dan orang tuanya berhubungan denganmu nak? bunda susul ayah keruang tamu dulu" kata bunda sambil berjalan kedepan

beberapa menit kemudian aku masuk kamar, berganti baju serta memoles bedak tipis diwajah agar terlihat sedikit cerah, lalu kulangkahkan kaki kedepan seperti yang dikatakan bunda dan diruang tengah kulihat bibi berjalan membawa nampan hendak dihidangkan tamu,

"Bik, sini deh biar Alini yang bawa kedepan" pintaku pada bi Inah

"baik non, ini minuman dan makanan untuk den Ardi beserta ortunya" jelas bi Inah

"beres bi" ucapku tersenyum sambil mengerlingkan mata yang membuat sang bibi geleng-geleng kepala,

sesampainya diruang tamu kuletakkan minuman dihadapan om dan tante Eza, didepan ayah dan bunda juga dihadapan kak Ardi, tak lupa cemilan sebagai teman minum kutaruh ditengah-tengah meja lalu mempersilahkan semuanya untuk meminum selagi hangat, dan saat kakiku melangkah kedalam hendak meninggalkan ruang tamu, Tante cintya memintaku untuk tetap berada ditempat lalu pandanganku mengarah ke kak Ardi dan sesaat kak Ardi mengangguk dengan bibir tersenyum, kududukkan diriku didekat bunda dan mendengarkan perkataan om Eza yang disampaikan ke ayah.

"Jadi begini Tuan Nelson, kedatangan kami kemari awalnya untuk melamar Alini tapi tadi pagi Ardi terus saja berkata kalau ingin meminang Alini langsung, dan sebaiknya Ardi sendiri yang menyampaikan tentang rencananya"_om Eza berkata sambil melirik sang putra

"Benar om,Tante, awalnya Ardi memang ingin melamar Alini dulu, tapi setelah Ardi pikir, berkali-kali Ardi memikirkan hal ini menimbang-nimbang baik dan buruknya, Ardi memutuskan untuk meminta restu om dan tante, jika direstui Ardi ingin memiliki Alini secepatnya" ucap kak Ardi tegas

" mengingat hubungan kami yang sudah sangat lama dan sudah sangat dekat, Aldi khawatir jika tidak dihalalkan akan menimbulkan fitnah" lanjut kak Aldi

"takut menimbulkan fitnah apa takut kehilangan adikku lagi broo?" cletuk kak Rizal yang tiba-tiba gabung dan duduk di sebelahku

"aduch..!!sakit dik" teriak kak Ardi karna aku cubit pinggangnya

"Rizal, jaga sopan-santunmu ada om dan tante eza disini" tegur ayah

"maaf" sesal kak Rizal

"tapi yang dibilang Rizal barusan juga benar om, saya memang takut kehilangan Alini untuk kedua kali ini dan untuk itulah saya ingin segera menghalalkan hubungan kami" ucap kak Ardi lebih lanjut dan membuat pipiku bersemu merah

'kalau begitu kamu bicara sama orangnya mau diajak nikah gak" kata ayah

"baik om.."_Ardi

"Bismillah"

"Alini..sayang, apa yang kakak bilang ke om Nelson barusan adalah benar adanya, mungkin kakak belum punya apa-apa, belum seperti kakakmu Rizal apalagi ayah yang nama besarnya tidak diragukan lagi, tapi percayalah Al, kak Ardi akan terus berusaha untuk membuatmu bahagia, maukah Alini pendampingiku dalam suka maupun duka? maukah Alini menua bersamaku dan menjadi ibu dari anak-anakku?" ucap kak Ardi sambil menatapku penuh cinta

" gimana nak kamu terima gak ajakan nak Ardi buat nikah?" tanya bunda yang melihatku terdiam dengan mata berkaca-kaca

"iya nak Alini, berikan jawaban pasti nak dan pikirkan hubungan kalian kedepan Tante tau sebenarnya cinta kalian sangat kuat, jika ada keraguan jangan dipendam nak tapi katakanlah" kata Tante Cintya sambil mendekatiku dan membelai rambutku

"Tante..bunda.." lirihku sambil memeluk mamah dari kak Ardi dan bundaku bergantian

dan terlihat kak Ardi juga mendekat lalu bersimpuh dilantai persis dihadapanku dan menggenggam tanganku erat

"loh.loh kok malah nangis sih" heran bunda sedang mamah kak Ardi mengelus punggungku

"sayang..maafkan aku dimasa lalu yang terlalu pengecut sehingga membuatmu terluka, tapi percayalah kejadian yang tlah lalu benar-benar memberi pelajaran bagiku agar menjaga jarak terhadap wanita lain dan percayalah dari dulu sejak SMU hingga kini hanya Alini yang aku cintai hanya ada satu wanita spesial dihatiku dan takkan pernah terganti,dihadapan papah,mamah, ayah dan bundamu serta kak rizalmu tersayang aku bersumpah hadirmu takkan pernah terganti dihatiku dan takkan pernah kutinggalkan dirimu lagi takkan pernah sayang" kata kak Ardi masih menggenggam tanganku erat dan kulihat matanya yg penuh cinta berkaca- kaca

"kak, tak perlu bersumpah karna aku tau kak Ardi begitu mencintaiku, Alini mau menjadi istri kak Ardi dan Alini sangat bahagia, tadi Alini menangis karna Alini teringat kebodohan Alini dulu yang begitu egois, jangan menangis kak aku mohon" kataku sambil memeluk kak Ardi tak peduli dihadapan orang tua kami

"Hm.hm.."

deheman ayah dan papah kak Ardi membuat kami melepaskan pelukan dan kulihat air mata yang menetes dipipi kak Ardi lalu kuhapus dengan jari tanganku sambil berucap,,

" laki-laki tak pantas menangis kak dan kenapa sekarang kak Ardi jadi sering menangis?sudah berapa kali Alini melihat air mata kak Ardi menetes Hem??" ucapku padahal aku sendiri juga menangis

"ini karna aku sudah sering membuat wanita spesial dihatiku menangis, maafkan aku yang bodoh ini sayang?" ucap kak Ardi pelan dengan mengecup keningku

"eh.eh..kalian belum halal ya gak boleh cium.cium tadi udah pelukan juga" protes ayah

"maaf om khilaf" _ Ardi

"ayah, Ardi tu bucin bangett yah ma Alinii, dulu saja waktu Alini belum memaafkan sudah seperti orang gila dy ngubungi Rizal terus nanyain putri kesayangan ayah, terus pas dah balik kesini gangguin Rizal dikantor" sewott kak Rizal

"iyakah?"tanya ayah terkejut tapi terlihat senyuman dibibirnya

"dirumah saja Ardi sering menyendiri dan melamun, kadang juga uring-uringan sendiri" _om Eza

"papah kok ikut-ikutan Rizal sih buka rahasia Ardi" protes kak Ardi

"sudah kak sabarr..." tuturku sambil memeluk kak Ardi

"eh.eh. kalian lepas jangan peluk-peluk" kata ayah tegas sedang yang lain tersenyum

"sebaiknya kalian berdua tidak usah bertemu lagi" kata ayah dengan sorot mata tajam dan dingin

"ayah ..,om.." ucapku dan kak Ardi bersamaan karna tak terima

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!