part 16

"tapi kami masih boleh komunikasi kan om?"

tanya kak Ardi dan terlihat ayah menatap tajam

"ikuti keputusan yang sudah ditentukan atau tak ada pernikahan" kata ayah sambil melangkah mendekati kami lalu menepuk pundak kak Ardi dan menyuruh kami semua untuk masuk ke ruang keluarga lebih tepatnya di keruang makan.

satu per satu dari kami yang ada diruang tamu melangkah mengikuti langkah ayah menuju ruang makan dan terlihat bi Inah sedang menata menu dimeja makan, terlihat sederhana tapi menggugah selera.

"mari tuan Eza dan jeng Cintya silahkan duduk dan kita nikmati bersama menu sederhana ini, nak Ardi jangan sungkan ya? anggap rumah sendiri" kata bunda ramah

"wah ini jatuhnya malah kita merepotkan keluarga tuan Nicholas nih" tutur ayah kak Ardi sambil tersenyum

"sama sekali tidak merepotkan tuan Eza, kami malah senang kedatangan keluarga anda" Ucap ayah

setelah berbincang sebentar kami makan dengan tenang, hening mulai terasa diruang makan hanya suara sendok dan garpu yang terdengar hingga ucapan kak Ardi membuat yang ada disekitar menatapku kecuali bunda dan ayah yang paham karna kami sudah makan malam tadi setelah magrib tiba.

"sayang..,kenapa hanya makan sup? pakai nasi sedikit ya sayaaang Abang ambilkan hum?" kata kak Ardi dengan tangan meraih tempat nasi tapi ku hentikan karna jujur perut ini sudah terasa kenyang, sesaat pandangan mata kami bertemu dan terlihat tatapan kak Ardi begitu hangatt penuh dengan cinta

"maaf kak Alini sudah makan malam tadi" kataku pelan

"gak usah sok mesra gitu deh Al, ada orang tua juga disini" gerutu kak Rizal yang membuat pandangan kami terlepas hingga wajahku bersemu merah, terlihat ayah,bunda serta om Eza dan Tante Cintya tersenyum

"kayaknya ada yang iri melihat kemesraan kita sayang" seloroh kak Ardi yang aku paham betul maksudnya menggoda kak Rizal

"dasar teman dan adik gak ada akhlaq" gerutu kak Rizal dan terlihat kak Ardi tersenyum melihat abang ku sewot

"sudah.sudah kalian ini bercanda terus dari tadi, selesaikan makannya" lerai ayah

selesai makan kami berbincang diruang keluarga melanjutkan obrolan tadi, terlihat dua pasang orang tua yang kami sayangi berbincang dengan serius sedangkan kak Ardi duduk di sampingku dan disebelahnya ada kak Rizal, kedua orang itu dari tadi terlihat tak akur tapi nyatanya mereka malah terlihat pembicaraan serius sedang aku hanya jadi pendengar hingga suara om Eza membuatku menengadah, menatap mereka dengan senyum.

"Ardi, sudah saatnya kita pulang dan mulai besok kalian tidak bisa lagi bertemu hingga waktu pernikahan" om Eza

"haes larangan itu lagi!" gerutu kak Ardi yang dibalas senyuman oleh ortu kami

"selamat menahan rindu broo" goda kak Rizal

"kau tau zal, rindu itu berat dan aku sudah merasakannya selama bertahun-tahun yang lalu" curhat kak Ardi

" selamat kali ini kau harus menahan rindu lagi" ucap kak Ardi sambil tersenyum jahil

"sialan kau zal" kak Ardi

"Ardi...!!cepat pamit sama orang tua Alini" om Eza

"iya pa.." jawab kak Ardi sambil melangkah mendekati ayah dan bunda

"om,tante.., Ardi pamit terima kasih atas waktu dan jamuan nya" ucap kak Ardi sopan sambil mencium tangan ayah dan bunda

"hati-hati dijalan Ar.." pesan ayah

"hati-hati nak,dan mulai sekarang panggil kami ayah dan bunda karna satu Minggu lagi Alini jadi tanggung jawabmu" pesan bunda

"baik om,Tante..eh maaf ayah, bunda" ucap kak Ardi lalu berbalik kearah ku

" sayang..kak Ardi pulang dulu ya?jaga diri baik2 okay?" pamit kak Ardi sambil mencium keningku lama

"heh buruan pulang kasian om dan tante nunggu di mobil lama, heran aku dari tadi bawaannya nempel adikku terus" kata kak Rizal agak ketus

"biarin namanya juga cintaa" kak Ardi

"dasar bucin akut" ejek kak Rizal sedang yang diejek berlalu tanpa menoleh lagi kebelakang setelah tadi sempat menatapku sebelum berjalan menuju mobil

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***