"Kamu tunggulah di sini biar aku yang beliin makanannya," ucap Arkan yang sudah menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Tapi di luar hujan Om, biar aku saja yang ke sana," ucap Nayna tak enak hati pada Arkan karena ternyata begitu mereka sampai di tempat yang dituju mulai turun hujan.
"Tidak apa-apa, toh hujannya tidak terlalu deras," sahut Arkan dengan santai.
Pria itu bergerak membuka pintu mobil dan segera turun, sementara Nayna hanya menatap Arkan yang sedikit berlari menyebrang jalan, menuju ke penjual makanan yang dia inginkan.
Nayna tidak melepaskan pandangannya sedetik pun dari Arkan, hingga beberapa menit kemudian, pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkannya dan mulai berjalan kembali ke arah mobil.
"Ini segeralah makan selagi hangat," ucap Arkan saat mendudukkan dirinya di kursi mobil.
"Terima kasih Om," ucap Nayna dengan senyuman yang merekah dan mengambil bungkusan yang Arkan sodorkan.
Arkan hanya menyahutinya dengan sebuah deheman singkat, setelah itu dia membuka jaket yang sedikit basah dan menyimpannya ke kursi belakang, lalu dia pun mulai menjalankan kembali mobilnya.
"Om mau?" tanya Nayna melihat ke Arkan.
"Aku harus fokus menyetir, ini hujan, akan sangat berbahaya jika aku tidak fokus," ucap Arkan yang fokus pada jalan di depannya.
"Ini." Nayna menyodorkan satu getuk yang berbentuk bulatan kecil itu pada Arkan.
Menyadari hal itu, Arkan pun mulai membuka mulutnya dengan lebar, dengan tatapan masih lurus ke depan, sedangkan Nayna langsung memasukkan makanan itu tepat ke mulut Arkan.
"Gimana enak, kan?"
"Hemmm manis," sahut Arkan yang sudah mengunyah makanan itu.
"Saat masih sekolah, aku cukup sering makan ini Om," cerita Nayna dengan mulut sibuk mengunyah.
Nayna tanpa sadar terus bercerita tentang masa-masa sekolahnya, tangannya pun terus sibuk menyuapkan makanan ke mulutnya dan Arkan.
Arkan terus membuka mulutnya saat Nayna menyodorkan makanan itu ke depan mulutnya, sambil sesekali menimpali ucapan dari bumil muda itu, untung saja tadi dia membeli makanan itu lumayan banyak, hingga cukup untuk dua orang.
"Apa pacar kamu satu sekolahan denganmu?" tanya Arkan secara tiba-tiba.
Ukhuk … ukhuk. Nayna yang kaget dengan pertanyaan itu, sampai tersedak makanannya, dia menepuk dadanya sambil tebatuk-batuk karena tidak ada minuman di sana.
Setelah merasa tenang, Nayna menghirup udara sebanyak-banyaknya, menetralkan jantungnya yang berdetak tak karuan saat Arkan tiba-tiba menyinggung, soal laki-laki yang tidak ingin dia bicarakan itu.
"Tidak," sahut Nayna langsung menghentikan kegiatannya memakan cemilannya itu.
Dia mendadak tidak bernafsu untuk melanjutkan memakan cemilannya itu, wajahnya berubah jadi murung dan menatap fokus ke depan, melihat jalanan yang kini sudah dihiasi oleh rintik hujan.
"Oh dia beda sekolah denganmu," ucap Arkan yang masih tidak menyadari perubahan dari wanita di sampingnya itu.
"Dia dua tahun lebih tua dariku, dia juga sudah menjadi mahasiswa." Nayna menjawabnya dengan enggan, dia saat ini tidak ingin membahas tentang laki-laki itu, karena laki-laki itu masih terus mengganggu pikirannya.
Arkan yang melirik ke arahnya dan baru sadar, jika dia telah salah membahas tentang pacar Nayna itu, dia pun diam dan kembali memfokuskan dirinya pada jalannya mobil itu.
Sementara Nayna kembali termenung, bayangan tentang setahun berhubungan dengan ayah dari calon anaknya membuat hatinya kembali sakit, mengingat laki-laki itu yang pergi begitu saja, di saat sedang sangat membutuhkannya.
Di saat dia tengah ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa saat mengetahui jika ternyata dia hamil, laki-laki itu bahkan hilang tanpa jejak, bagaikan ditelan bumi. Namun kini, laki-laki itu kembali menghubunginya, entah apa maksud laki-laki itu, harus hadir kembali dalam hidupnya yang hampir kembali normal.
"Ayo kita turun," ajak Arkan yang langsung menyadarkan Nayna dari lamunannya itu.
Nayna yang telah sadar pun langsung menatap Arkan yang ternyata tengah menatapnya juga, terlalu larut dalam lamunan, dia sampai tidak sadar jika mobil itu telah berhenti, tapi tunggu dulu.
Nayna mengalihkan perhatian ke arah luarnya, ini bukanlah depan rumah Arkan, tapi ini di sebuah parkiran yang cukup banyak mobil yang berjejer, suasana di luar pun masih hujan meskipun tidak sederas tadi.
"Ini di mana Om? Kenapa kita tidak langsung pulang." Nayna menatap ke luar mobil dengan heran.
"Kita makan malam dulu, biar nanti pas sampai ke rumah, kita bisa langsung istirahat, " sahut Arkan yang sudah bergerak melepaskan sabuk pengamannya.
Nayna pun mengikuti apa yang Arkan ucapkan sebelumnya, kini hari memang sudah mulai gelap, karena kondisi tengah dalam keadaan hujan, jadi sebelumya Arkan membawa mobil itu dengan laju yang pelan.
Itulah kenapa, hingga waktu susah mulai gelap, mereka belum samapai juga ke rumah, Arkan akhirnya memutuskan untuk makan di restoran, agar saat sampai di rumah mereka bisa langsung istirahat, termasuk Nayna yang terlihat jika moodnya telah berubah.
Nayna turun terlebih dahulu, sementara Arkan mengambil jaketnya dari kursi belakang, tanpa aba-aba dia langsung memasangkan jaket miliknya itu pada pundak Nayna yang tengah membelakanginnya karena terlalu asyik memperhatikan sekitarnya.
Nayna secara reflek menengok ke sampingnya dengan sedikit mendongak, saat menyadari apa yang Arkan lakukan itu, Arkan pun ternyata tengah menatapnya, hingga akhirnya terjadilah saling menatap di antara pasangan itu.
"Kamu pasti kedinginan, saat ini hujan dan kamu memakai baju pendek, kamu bisa terkena flu, sudah ayo kita masuk, ini masih hujan, nanti kita malah basah kuyup lagi, " ucap Arkan yang tanpa sadar langsung menarik lengan tangan Nayna.
Mereka pun berjalan dengan langkah cukup cepat, memasuki restoran itu karena masih hujan, Nayna tidak membantah ataupun bersuara, dia hanya diam mengikuti langkah Arkan dengan pasrah.
Setelah sampai di dalam restoran itu, Arkan masih belum melepaskan genggaman tangannya dari tangan Nayna, ternyata dia baru melepaskannya setelah mereka sampai di sebuah meja yang kosong.
"Duduklah," ucap Arkan sambil menggeser kursi untuknya.
"Terima kasih Om, dan makasih juga untuk jaketnya, " ucap Nayna menatap Arkan yang sudah mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depannya.
"Iya sama-sama, aku hanya tidak ingin kamu sakit dan itu malah berakibat pada janin dalam perutmu, " sahut Arkan sambil menunjuk perut Nayna menggunakan isyarat mata.
"Kamu mau pesan apa? " sambung Arkan mulai beralih mengambil buku menu makanan yang tersedia di sana.
Nayna pun mengikuti apa yang dilakukannya itu, dia mengambil buku menu itu dan melihatnya dengan seksama, setelah itu dia pun menyebutkan apa yang ingin dimakannya.
Arkan memanggil pelayan dan menyebutkan menu makanan yang ingin mereka makan, setelah pelayan wanita itu pergi, tidak ada lagi percakapan yang terjadi di antara mereka.
Mereka kembali diam dan hanya memperhatikan sekitar mereka itu, hingga beberapa menit kemudian makanan yang mereka pesan pun telah datang.
"Selamat makan," ucap Arkan pada Nayna yang sudah siap untuk menyantap makanan miliknya.
"Ah— iya, selamat makan juga Om," sahut Nayna dengan tersenyum canggung.
Akhirnya mereka pun makan malam dengan tenang, hingga selesai. Setelah selesai makan malamnya mereka pun memutuskan untuk langsung pulang.
Saat sampai di rumahnya, Nayna dan Arkan pun langsung membersihkan diri mereka secara bergantian, setelah itu mereka langsung memasuki kamar masing-masing dan istirahat.
...----------------...
Maaf telat, sebenarnya nulisnya udah dari tadi, tapi karena ketiduran jadi baru up jam segini, ini juga ngerevisinya sambil nahan kantuk😅
Ditunggu terus bab selanjutnya ya, selamat malam dan selamat beristirahat reader semuanya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MSKI RAFA AYAH BIOLOGIS CALON ANAK LO, KLO BSA LO JGN BRHUBUNGN LGI DGN DIA. KLO BSA LO BLOKIR NO KONTAKNYA..
2023-04-01
0
Shakila
Lanjut terus 💪💪
2022-09-20
0
Cicih Sophiana
semangat ya thor...💪💪💪😘
2022-08-15
0