Nayna yang sudah selesai mencuci piring pun, bermaksud akan ke sofa untuk menonton. Namun, di tengah perjalanan, telinganya menangkap suara ponsel di kamarnya yang berbunyi.
Dia pun mencoba mencari tahu siapa yang menelponnya, dalam hati dia berdoa semoga bukan orang yang sama yang dua hari belakangan ini terus menghubunginya.
Namun, ternyata harapannya tidak menjadi kenyataan, ketika dia mengambil ponsel yang ada di meja rias itu, lagi-lagi nomor yang dia harapkan tidak menghubunginya 'lah yang tertera di layar ponselnya.
Karena tidak ingin mendengar suara si penelepon, dia pun memilih mengabaikannya dan menonaktifkan kembali ponselnya itu, setelah itu dia keluar dari kamar, melanjutkan kembali niat untuk menonton.
Saat baru saja keluar dari kamarnya, dia berpapasan dengan Arkan yang ternyata baru keluar juga dari kamarnya dengan pakaian yang sudah berganti, jika sebelumnya memakai kemeja dan celana jeans panjang, saat ini pria itu memakai kaos berlengan pendek dan celana jeans pendek.
"Om tidak istirahat?" tanya Nayna yang semula mengira, jika Arkan akan beristirahat di kamarnya.
"Tidak, lagian aku tidak terlalu capek," sahut Arkan dengan langkah ringan menuju ke sofa.
"Oh gitu."
Hanya itu sahutan yang keluar dari mulut Nayna, sambil mengikuti Arkan untuk duduk di sofa, menatap televisi yang sudah Arkan nyalakan sebelumnya.
"Kamu sendiri kenapa tidak istirahat, apa kamu tidak lelah mengerjakan pekerjaan rumah seharian?" Arkan berbicara dengan tangannya yang sibuk mengalihkan chanel di televisi.
"Tidak Om, lagian tidak banyak yang aku kerjain, hanya beres-beres rumah saja."
"Apa kamu masih suka susah tidur kalau malam?"
"Ya gitu deh Om." Nayna mengangguk.
Arkan mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya lagi, untuk beberapa saat mereka kembali hening, hanya fokus pada siaran yang tengah berlangsung di televisi.
Saat tengah serius menatap televisi di depannya, Nayna tiba-tiba saja, menginginkan sesuatu, dia teringat jika di dekat sekolahnya ada penjual getuk crispy, entah kenapa saat ini dia sangat menginginkannya.
"Kenapa kamu melamun?" Suara Arkan membuat Nayna tersadar dan segera menatapnya.
"Tidak kenapa-napa Om," ucap Nayna menggelengkan kepala.
Kenapa aku tiba-tiba menginginkan makanan itu, apa ini yang dinamakan ngidam? Batin Nayna.
Dia sampai membayangkan, getuk itu yang crispy di luar dan lembut di dalam, bahkan lelehan coklat manis yang menjadi isi dari getuk itu, benar-benar lumer di mulutnya.
"Apa kamu menginginkan sesuatu?" tanya Arkan, sontak membuat Nayna langsung menatapnya.
Mata mereka saling beradu pandang, Nayna bertanya-tanya dalam hatinya, apakah dia harus mengatakan keinginannya itu pada Arkan dan meminta izin untuk pergi membeli getuk itu.
"Kalau kamu menginginkan sesuatu katakan saja," sambung Arkan lagi.
Bagaimana bisa dia tahu, jika Nayna tengah menginginkan sesuatu, tentu saja dia melihat gerak-gerik Nayna yang sesekali membasahi bibirnya sambil melamun, jadi dia berpikiran jika saat ini istrinya itu sedang menginginkan sesuatu.
"Om aku boleh keluar gak? Aku janji hanya sebentar kok." Izin Nayna yang tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.
"Mau ke mana dan mau ngapain?" tanya Arkan menatap Nayna dengan intens.
"Aku ada keperluan," ucap Nayna yang sudah mulai menundukkan kepalanya.
Dia merasa canggung ditatap secara intens seperti itu oleh Arkan, Nayna juga merasa seperti tengah diinterogasi oleh pria itu, hingga dia tidak berani menatap Arkan.
"Keperluan apa?"
Nayna mencebik dalam hati, atas pertanyaan yang terus dilayangkan oleh Arkan itu, padahal dia hanya akan pergi sebentar dan akan langsung pulang lagi, tapi kalau dia mengatakan apa yang ingin dia lakukan, apa pria yang tengah menginterogasinya itu akan mengijikannya.
"Aku mau pergi ke dekat sekolahku," sahut Nayna pada akhirnya.
"Mau ngapain?"
"Di dekat sekolahku ada yang berjualan getuk crispy, dulu aku sering membelinya karena rasanya enak dan sekarang aku mau membelinya lagi," terang Nayna, masih enggan untuk menatap Arkan.
"Baiklah," sahut Arkan, setelah mengatakan itu langsung bangun dari sofa dan berjalan ke arah kamarnya.
Nayna menatap ke arah Arkan dengan heran, dia tidak mengerti maksud dari ucapan pria itu barusan.
"Apa itu artinya Om Arkan ngijinin aku buat pergi." Nayna bergumam dengan tatapan bingungnya.
"Om Arkan kayaknya emang ngijinin aku deh, sebaiknya aku ganti baju dulu, nanti keburu terlalu sore."
Nayna pun mulai beranjak ke kamarnya, dia berganti baju dan sedikit memakai bedak dan lipbalm, agar wajahnya tidak terlalu pucat, setelah itu dia kembali keluar dari kamarnya.
"Kenapa lama?"
Nayna yang baru saja menutup pintunya tersentak kaget, saat mendengar suara Arkan yang berada di belakangnya, dia mengusap dadanya dan berbalik menatap Arkan yang berdiri dengan santai di belakangnya.
"Om, kenapa Om di sini?" Nayna berusaha menormalkan detak jantungnya yang nyaris copot
"Nungguin kamu lah, apa lagi."
"Menungguku, untuk apa?" tanya Nayna tidak mengerti maksud dari ucapan Arkan itu.
"Bukannya kamu tadi bilang mau makanan yang ada di dekat sekolah kamu."
"Iya, terus untuk apa Om, nungguin aku?"
"Ya untuk pergi bersama ke dekat sekolah kamu itu," sahut Arkan dengan santai.
"Maksudnya, Om mau anterin aku membeli makanan yang aku inginkan itu?" tanya Nayna yang masih memproses maksud dari ucapan Arkan itu.
"Iya, ya udah ayo kita berangkat sekarang saja," ucap Arkan yang sudah mulai mulai berjalan lebih dulu.
"Ta–tapi Om, Om tidak perlu repot-repot seperti itu untuk nganterin aku, aku bisa pergi sendiri kok," ucap Nayna sambil mengikuti langkah Arkan.
"Tidak, kamu pergi sama aku aja, lagian aku juga tidak ada kerjaan apa pun di rumah."
Nayna akhirnya hanya bisa pasrah, karena Arkan tidak mungkin bisa dia cegah, pria itu kini sudah mengunci pintu rumahnya dan melanjutkan langkahnya.
Nayna menghentikan langkahnya saat sadar jika Arkan tidak mengeluarkan motornya, dia pun beralih menatap Arkan yang ternyata sudah masuk ke dalam mobil yang baru dia sadari keberadaannya di depan rumah itu.
"Ayo masuk kenapa malah bengong." Arkan mengeluarkan kepalanya dari kaca pintu mobil yang terbuka.
"Kita pakai ini Om?" tanya Nayna menunjuk mobil itu dengan ragu.
"Iya, kamu tidak lihat, ini sudah mendung. Nanti kita bisa kehujanan kalau pakai motor."
"Baiklah kalau gitu," sahut Nayna, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan mulai menaiki mobil itu.
Arkan segera menjalankan mobil itu, saat Nayna sudah duduk dan memasang sabuk pengamannya, dalam hati Nayna bertanya-tanya, apa mobil itu adalah mobil temannya Arkan.
"Om ini mobil siapa? Mobil teman Om yang waktu sempat jemput Om ya?" tanya Nayna menatap sekilas pada Arkan yaang serius dengan setir.
"Hemmmm." Hanya itu suara yang keluar dari mulut Arkan.
Nayna pun memilih tidak berbicara lagi, dia diam dengan tatapan fokus pada jalanan yang mereka lewati, hingga Arkan menanyakan arah jalan sekolah Nayna.
Nayna pun menyebutkan nama sekolah beserta jalannya, tiba-tiba saja kening Arkan mengerut saat Nayna menyebutkan alamat sekolahnya itu.
...----------------...
Maaf ya semuanya, untuk saat ini aku hanya akan up satu part tiap harinya, nanti kalau situasinya memungkinkan, aku pasti up-nya lebih lagi🙏
Tunggu terus kelanjutan ceritanya ya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
wonder mom
rafa yg menghamili nayna, keponakan arkan 1-1nya yg ortunya (kakak arkan dan iparnya) meninggal
2022-09-26
0
Shakila
Next💪💪
2022-09-20
0
Cicih Sophiana
kapan mau deketnya thor klo begitu terus
2022-08-15
1