BDPP. Part 3

23 Maret 20××

Terlihat sepasang anak muda yang tengah bersenda gurau di sepeda motor yang dikemudikan oleh si pria, terdengar obrolan hangat antara dua sejoli yang sudah hampir satu tahun menjalin hubungan itu.

"Kayaknya bakal hujan deh Raf," ucap si wanita yang tidak lain adalah Nayna pada pacarnya.

"Iya, Nih."

Baru saja pacarnya itu selesai bicara, rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi, merasakan hawa dingin akibat hujan itu, Nayna semakin mempererat belitan tangannya di perut laki-laki yang merupakan pacarnya itu.

"Mau diterusin aja atau kita berhenti dulu di kosan aku. Kayaknya hujannya bakal gede," ucap pacar Nayna yang biasa disapa Raffa itu tanpa menghentikan laju motornya.

Nayna menimbang beberapa saat, dia melihat langit semakin gelap dan rintik hujan kian banyak, rasanya tidak memungkinkan untuk mereka, jika mereka terus melanjutkan perjalanan.

"Kita ke kosan kamu aja deh, kayaknya hujannya bakal deras banget," ucap Nayna dengan sedikit berteriak karena suara angin dan hujan, telah meredam suaranya.

"Baiklah."

Raffa mulai menjalankan motornya ke arah kosannya, kosannya memang tidak terlalu jauh dari posisi mereka saat itu, dibanding dengan rumah Nayna yang masih lumayan jauh.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai di depan kosan Raffa, hujan pun kian deras, mereka berdua segera berlari menuju ke kosan berlantai dua dan terdiri dari sepuluh kamar.

Kamr Raffa terletak di lantai satu, kamar kedua dari ujung sebelah kanan bangunan itu.

"Kita nunggunya di dalam aja yuk," ajak Raffa pada Nayna yang tengah sibuk dengan rambutnya yang sedikit basah.

Nayna menatap Raffa dengan ragu, tapi badannya sudah menggigil, ditambah hujan disertai angin, hingga membuat cipratan air sampai ke teras yang tidak terlalu luas itu, bahkan kini sepatu mereka sudah mulai basah.

"Di sini dingin, kamu juga pasti pegal, karena tidak ada kursi," ucap Raffa, sesuai dengan keadaan di sana.

"Baiklah," sahut Nayna setelah beberapa saat menimbang, tubuhnya kini sudah bergetar karena dingin.

Raffa mengambil kunci dari dalam tasnya, pria yang beda dua tahun dari Nayna itu, mendorong pintu hingga pintu terbuka sepenuhnya.

Suasana di sana sangat sepi, selain karena hujan, di jam seperti itu juga, kebanyakan para penghuni kosan lainnya tengah sibuk dengan kegiatan mereka, ada yang sekolah ada juga yang kerja.

"Ayo."

Nayna mengangguk dan masuk, ini pertama kalinya dia memasuki kosan Raffa itu, karena biasanya jika dia datang ke situ, dia hanya akan menunggu di luar.

"Duduklah, aku buatkan teh dulu ya, biar bisa hangetin badan kamu. Sepatunya kamu lepas dulu aja, kalau tidak nyaman," ucap Raffa sambil terus berjalan menuju ke dapur.

Nayna mengikuti apa yang Raffa katakan dengan duduk di sofa yang hanya ada satu di depan tv, dia juga melepaskan sepatunya yang basah, bagian belakang dan lengan seragamnya juga kini telah basah, hingga saat ada hembusan angin, rasa dingin langsung dia rasakan.

"Ini minum dulu, biar gak terlalu dingin."

Raffa datang dari dapur dan menyerahkan secangkir teh yang masih mengepul pada Nayna.

"Makasih," ucap Nayna mengambil cangkir itu dan tersenyum pada Raffa.

"Bentar, aku ambil jaket dulu ya, agar kamu gak terlalu kedinginan." Raffa menyimpan cangkir di yang ada di samping sofa itu.

"Gak perlu, aku udah gini aja," ucap Nayna menahan Raffa.

"Nanti kamu malah masuk angin." Tidak mengindahkan penolakan dari pacarnya itu, Raffa melangkah meninggalkan Nayna.

Tak lama kemudian, dia sudah kembali dengan jaket yang semula dipakainya telah terlepas dari tubuhnya dan hanya dibalut oleh kaos yang sangat pas ditubuhnya itu.

"Ini pakailah." Raffa langsung memasangkan jaketnya itu pada Nayna.

"Makasih," ucap Nayna.

Raffa mengangguk, dia kemudian duduk di samping Nayna karena di sana hanya ada satu sofa yang cukup untuk dua orang.

"Sofanya basah tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa." Raffa menggelengkan kepalanya dan merapikan rambut Nayna yang sedikit basah dan berantakan.

Tak lama kemudian, tangannya terulur ke arah meja kecil di sampingnya, dia mengambil remot tv dan menyalakan tv, hingga suasana di sana tidak terlalu sepi, seperti sebelumnya yang hanya ada suara hujan di luar saja.

Beberapa saat mereka tidak ada yang bicara, Nayna yang masih menggenggam teh yang sudah mulai mendingin itu, serius melihat tayangan di yang ada di tv.

"Dua minggu lagi tepat satu tahun kita pacaran ya." Raffa menatap Nayna dan dibalas anggukan oleh Nayna.

"Serasa baru kemarin, aku memberanikan diri hubungi kamu, setelah setahun hanya bisa memperhatikan dari jauh," sambung Raffa bernostalgia.

"Kenapa kamu baru menghubungi aku setelah keluar?" tanya Nayna yang juga menatap Raffa.

"Seperti yang aku bilang, pada awalnya aku gak berani dan baru mencoba memberanikan diri saat aku udah keluar dari sekolah itu," kekeh Raffa.

Akhirnya mereka kembali bersenda gurau, hingga kemudian mereka saling menatap satu sama lain dengan dalam, akhirnya entah siapa yang memulai, perlahan jarak mereka semakin menipis.

Terjadilah saling memangut, di antara mereka, Raffa mengambil cangkir teh yang berada di tangan Nayna, tanpa menghentikan aksinya itu dan menyimpan cangkir itu ke meja yang ada di belakangnya.

Raffa mengambil kedua tangan Nayna dan melingkarkan tangan itu di lehernya, dia menekan tengkuk Nayna, memperdalam permainan mereka.

Hujan yang cukup deras itu, menjadi saksi kedua sejoli melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, saat nafsu mengurung jiwa mereka, tidak ada yang berusaha mengakhiri kegiatan itu, mereka malah semakin terhanyut dengan kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan.

...******...

Terdengar tangisan lirih dari wajah yang terbenam dalam lipatan kaki itu, tangis penyesalan atas kesalahan yang telah dilakukan oleh dirinya sendiri.

Mengingat kejadian dimana dirinya melakukan hubungan yang tidak seharusnya dia lakukan dengan pacarnya itu, kejadian yang kini menghancurkan hidupnya dan menanggung harus akibatnya sendiri.

"Kamu di mana Raf, kenapa kamu tega ninggalin aku gitu aja!" lirihnya dengan suara serak.

Dua minggu yang lalu, dia merasakan kebahagiaan karena dia dapat lulus dengan nilai yang memuaskan, dia senang karena dia telah merencanakan untuk daftar ke kampus yang sangat dia impikan.

Namun sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, saat dirinya sadar, jika dia belum mendapatkan siklus bulanan. Setelah mengumpulkan keberanian, dia pun akhirnya mencoba, mengecek keadaannya dengan harapan, apa yang menjadi ketakutan itu tidaklah nyata.

Setelah melihat hasilnya, tubuhnya langung lemas tak bertenaga, mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itu kini, harus dia kubur dalam-dalam.

Saat tahu jika dirinya ternyata hamil, buah dari kesalahan itu telah tumbuh dalam dirinya, takut, cemas dan frustasi. Itulah yang saat itu Nayna rasakan.

Dia berusaha mencari pria yang menjadi pacarnya itu, tapi nihil, laki-laki itu menghilang begitu saja, lenyap bak ditelan bumi. Di kosan, di kampus, laki-laki itu tidak ada di mana pun.

"Kamu jahat Raf!"

"Tapi, itu juga bukan sepenuhnya salah kamu, aku juga salah!"

Kini hanya penyesalan yang menjadi teman gadis yang baru saja berusia 18 tahun itu, menanggung kesedihan, sekaligus kekecewaan orang-orang tersayangnya, atas apa terjadi itu.

Nafsu sesaat, telah mendorongnya dari hidup yang teramat indah, ke jurang kesengsaraan, bukan hanya dirinya, tapi orang-orang di sekitarnya yang juga ikut terseret karena kesalahan fatal itu.

Terpopuler

Comments

Shakila

Shakila

Penyesalan emang selalu datang di akhir, kalau di depan namanya pendaftaran 🥲 jadikan ini pembelajaran aja✌

2022-09-19

2

Grafity_ky

Grafity_ky

indah yg blm halal pasti diselipkan kata penyesalan😌

2022-08-15

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

semoga si Raffa dpt balasan...

2022-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 BDPP. Part 1
2 BDPP. Part 2
3 BDPP. Part 3
4 BDPP. Part 4
5 BDPP. Part 5
6 BDPP. Part 6
7 BDPP. Part 7
8 BDPP. Part 8
9 BDPP. Part 9
10 BDPP. Part 10
11 BDPP. Part 11
12 BDPP. Part 12
13 BDPP. Part 13
14 BDPP. Part 14
15 BDPP. Part 15
16 BDPP. Part 16
17 BDPP. Part 17
18 BDPP. Part 18
19 BDPP. Part 19
20 BDPP. Part 20
21 BDPP. Part 21
22 BDPP. Part 22
23 BDPP. Part 23.
24 BDPP. Part 24
25 BDPP. Part 25
26 BDPP. Part 26
27 BDPP. Part 27
28 BDPP. Part 28
29 BDPP. Part 29
30 BDPP. Part 30
31 BDPP. Part 31
32 BDPP. Part 32
33 BDPP. Part 33
34 BDPP. Part 34
35 BDPP. Part 35
36 BDPP. Part 36
37 BDPP. Part 37
38 BDPP. Part 38
39 BDPP. Part 39
40 BDPP. Part 40
41 BDPP. Part 41
42 BDPP. Part42
43 BDPP. Part 43
44 BDPP. Part 44
45 BDPP. Part 45
46 BDPP. Part 46
47 BDPP. Part 47
48 BDPP. Part 48
49 BDPP. Part 49
50 BDPP. Part 50
51 BDPP. Part 51
52 BDPP. Part 52
53 BDPP. Part 53
54 BDPP. Part 54
55 BDPP. Part 55
56 BDPP. Part 56
57 BDPP. Part 57
58 BDPP. Part 58
59 BDPP. Part 59
60 BDPP. Part 60
61 BDPP. Part 61
62 BDPP. Part 62
63 BDPP. Part 63
64 BDPP. Part 64
65 BDPP.Part 65
66 BDPP. Part 66
67 BDPP. Part 67
68 BDPP. Part 68
69 BDPP. Part 69
70 BDPP. Part 70
71 Promosi cerita Author @tiiam97
72 BDPP. Part 71
73 BDPP. Part 72
74 BDPP. Part 73
75 BDPP. Part 74
76 BDPP. Part 75
77 BDPP. Part 76
78 BDPP. Part 77
79 BDPP. Part 78
80 BDPP. Part 79
81 BDPP. Part 80
82 BDPP. part 81
83 BDPP. Part 82
84 BDDP. Part 83
85 BDPP. Part 84
86 BDPP. Part 85
87 BDPP. Part 86
88 BDPP. Part 87
89 BDPP. Part 88
90 BDPP. Part 89
91 BDPP. Part 90
92 BDPP. Part 91
93 BDPP. Part 92
94 BDPP. Part 93
95 BDPP. Part 94
96 BDPP. Part 95
97 BDPP. Part 96
98 BDPP. Part 97
99 BDPP. Part 98
100 BDPP. Part 99
101 BDPP. Part 100.
102 BDPP. Part 101
103 BDPP. Part 102
104 BDPP. Bonus Chapter
105 BDPP. Bonus Chapter
Episodes

Updated 105 Episodes

1
BDPP. Part 1
2
BDPP. Part 2
3
BDPP. Part 3
4
BDPP. Part 4
5
BDPP. Part 5
6
BDPP. Part 6
7
BDPP. Part 7
8
BDPP. Part 8
9
BDPP. Part 9
10
BDPP. Part 10
11
BDPP. Part 11
12
BDPP. Part 12
13
BDPP. Part 13
14
BDPP. Part 14
15
BDPP. Part 15
16
BDPP. Part 16
17
BDPP. Part 17
18
BDPP. Part 18
19
BDPP. Part 19
20
BDPP. Part 20
21
BDPP. Part 21
22
BDPP. Part 22
23
BDPP. Part 23.
24
BDPP. Part 24
25
BDPP. Part 25
26
BDPP. Part 26
27
BDPP. Part 27
28
BDPP. Part 28
29
BDPP. Part 29
30
BDPP. Part 30
31
BDPP. Part 31
32
BDPP. Part 32
33
BDPP. Part 33
34
BDPP. Part 34
35
BDPP. Part 35
36
BDPP. Part 36
37
BDPP. Part 37
38
BDPP. Part 38
39
BDPP. Part 39
40
BDPP. Part 40
41
BDPP. Part 41
42
BDPP. Part42
43
BDPP. Part 43
44
BDPP. Part 44
45
BDPP. Part 45
46
BDPP. Part 46
47
BDPP. Part 47
48
BDPP. Part 48
49
BDPP. Part 49
50
BDPP. Part 50
51
BDPP. Part 51
52
BDPP. Part 52
53
BDPP. Part 53
54
BDPP. Part 54
55
BDPP. Part 55
56
BDPP. Part 56
57
BDPP. Part 57
58
BDPP. Part 58
59
BDPP. Part 59
60
BDPP. Part 60
61
BDPP. Part 61
62
BDPP. Part 62
63
BDPP. Part 63
64
BDPP. Part 64
65
BDPP.Part 65
66
BDPP. Part 66
67
BDPP. Part 67
68
BDPP. Part 68
69
BDPP. Part 69
70
BDPP. Part 70
71
Promosi cerita Author @tiiam97
72
BDPP. Part 71
73
BDPP. Part 72
74
BDPP. Part 73
75
BDPP. Part 74
76
BDPP. Part 75
77
BDPP. Part 76
78
BDPP. Part 77
79
BDPP. Part 78
80
BDPP. Part 79
81
BDPP. Part 80
82
BDPP. part 81
83
BDPP. Part 82
84
BDDP. Part 83
85
BDPP. Part 84
86
BDPP. Part 85
87
BDPP. Part 86
88
BDPP. Part 87
89
BDPP. Part 88
90
BDPP. Part 89
91
BDPP. Part 90
92
BDPP. Part 91
93
BDPP. Part 92
94
BDPP. Part 93
95
BDPP. Part 94
96
BDPP. Part 95
97
BDPP. Part 96
98
BDPP. Part 97
99
BDPP. Part 98
100
BDPP. Part 99
101
BDPP. Part 100.
102
BDPP. Part 101
103
BDPP. Part 102
104
BDPP. Bonus Chapter
105
BDPP. Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!