BDPP. Part 13

"Kenapa malah diam," ucap Arkan pada akhirnya, karena masih tidak melihat pergerakan dari Nayna.

"I-iya, Om. Makasih Om," sahut Nayna dengan canggung, dia kemudian mulai bergerak dan mengambil beberapa cemilan yang menjadi kesukaannya.

"Jangan terlalu banyak makan yang pedas, nanti malah berakibat buruk pada pencernaan," ucap Arkan meskipun tanpa melihat ke arah Nayna, tapi dia tahu jika Nayna lebih banyak mengambil cemilan yang pedas.

Tanpa membantah ataupun berkomentar, Nayna menuruti apa yang Arkan larang itu, dia kembali menyimpan beberapa cemilan dengan rasa pedas ke rak.

Setelah dirasa cukup, Arkan pun kembali melangkah, bukan langsung ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Namun, pria itu menghentikan kembali langkahnya dan melihat ponsel terlebih dahulu.

Nayna sedikit melirik ke arah punggungnya, terlihat jika pria itu mengetikkan sesuatu di ponselnya, tak lama kemudian kembali melangkah dengan langkah pelan.

Nayna pun kembali melangkah dengan perlahan juga, mengimbangi langkah pria di depannya itu, fokus Nayna hanya pada punggung Arkan, dia kemudian kembali terlihat celingukan ke kanan dan ke kiri, seolah tengah mencari sesuatu.

"Ini." Arkan mengulurkan tangan, mengambil barang yang dicarinya.

Nayna tertegun di tempatnya, menatap keranjang yang dibawanya dengan tatapan lurus, melihat apa yang baru saja Arkan simpan di keranjang itu.

Dua dus susu khusus untuk ibu hamil yang berukuran besar, telah mendarat dengan sempurna di keranjangnya, hingga membuat keranjang yang semula baru terisi setengah, kini telah menjadi penuh.

"Om, ini," ucap Nayna, menatap Arkan yang juga tengah menatapnya dengan kening mengerut.

"Kenapa? Bukankah tadi dokter menyarankan agar kamu mengonsumsi itu, untuk membantu tumbuh kembang janinnya," ucap Arkan dengan nada santai.

"Tap—"

"Kamu tenang saja, biar aku yang bayar, aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada anak itu, nanti aku juga yang ikut disalahkan, jika sampai terjadi hal buruk padanya," terang Arkan panjang lebar, sambil menunjuk perut Nayna, dengan ekor matanya.

Dia kemudian melanjutkan kembali langkahnya, mulai menjauh dari Nayna yang masih termenung di tempatnya, dia menatap punggung lebar itu dengan nanar.

"Kenapa— kenapa orang yang memperhatikanmu malah orang lain, bukan orang yang seharusnya berkewajiban melakukan hal itu padamu!" lirih Nayna, mengusap perutnya dengan sebelah tangan.

Sederhana, tapi mampu membuat hatinya terkesan dan bergetar di saat bersamaan, kenapa ada pria sebaik itu, tetap diam saat dirinya menyeret dia ke dalam masalah.

Kenapa pria itu malah menunjukkan kepedulian padanya, padahal dia adalah wanita yang tidak tahu malu, bukankah seharusnya pria itu membenci dirinya.

Orang yang membawa kesialan untuk hidupnya, tapi kenapa perlakuan pria itu malah sebaik itu. Nayna terus sibuk dengan lamunannya, hingga tidak menyadari, jika Arkan sudah kembali.

"Cepatlah, ini sudah sore, apa kamu tidak lelah, melamun terus," ucap Arkan yang secara tiba-tiba menarik tangan kecil Nayna agar mengikutinya.

Nayna hanya mengikuti langkah Arkan tanpa perlawanan, dia pasrah saat Arkan mngambil alih keranjang dari tangannya dan menyerahkan ke kasir.

Setelah selesai membayar belanjaan mereka, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. Selama di perjalanan, tidak kata yang keluar lagi mulut kedua insan itu.

Mereka sama-sama bungkam, Arkan fokus pada kendaraan yang tengah dijalankannya, sedangkan Nayna sibuk dengan pikirannya.

Tak lama kemudian, motor Arkan pun telah sampai di depan rumahnya, Nayna turun dari motor itu, saat pria itu menghentikan motornya. Dia kemudian membuka pintu rumah dan membukanya dengan lebar agar bisa memasukkan motor itu ke dalam.

"Terima kasih sudah nganterin sama membelikan cemilan sama susu untukku, Om," ucap Nayna yang baru saja menutup kembali pintu rumah dan melepaskan helmnya.

"Hemmm, sama-sama, biar aku bawa ini ke dapur, kalau kamu mau mandi, segeralah mandi, karena ini sudah hampir malam," ucap Arkan sambil mengangkat satu kantong belanjaan yang berukuran besar.

"Iya Om," sahut Nayna dengan mengangguk.

Nayna kemudian pergi ke kamarnya terlebih dahulu, mengambil handuk juga baju gantinya, agar dia bisa memakai baju sekalian di kamar mandi, seperti biasa.

Sementara Arkan membereskan barang belanjaannya itu ke lemari penyimpanan khusus untuk cemilan, saat melihat Nayna, dia berbicara padanya, hingga Nayna yang akan memasuki kamar mandi menghentikan langkanya terlebih dahulu.

"Apa kamu mau pasta? Aku mau membuatnya," ucap Arkan menatapnya.

"Apa tidak merepotkan Om, biar aku saja yang membuatkannya setelah mandi," tawar Nayna.

"Tidak perlu biar aku saja," tolak Arkan yang sudah mulai mengambil bahan-bahan dari dalam kulkas.

"Baiklah kalau gitu," sahut Nayna mengangguk pasrah.

Arkan sudah mulai membuat pasta untuk mereka berdua, sedangkan Nayna masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya setelah beberapa jam berada di luar.

Tidak membutuhkan waktu lama Nayna sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah terlihat lebih seger, tidak sekusut saat mereka dalam perjalanan pulang tadi.

"Ayo makanlah dulu, terus minum vitaminnya," ucap Arkan yang sudah selesai membuat pasta untuk mereka dan sudah mulai mendudukkan dirinya di meja makan.

"Iya, terima kasih Om," sahut Nayna, kemudian menyusul Arkan, duduk di meja makan dan mulai memakan pasta buatan Arkan itu.

"Om sering masak sebelumnya?" tanya Nayna yang melihat Arkan seperti sudah biasa mengolah bahan masakan.

"Apa kamu lupa aku kerja di mana? Meskipun aku bukan seorang koki, tapi aku cukup bisa masak karena sering lihat koki di tempat kerjaku saat masak," sahut Arkan tanpa menghentikan kegiatannya, menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Iya juga," sahut Nayna yang baru ingat, jika Arkan bekerja di restoran.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan yang terjadi di antara mereka, sampai makanan mereka telah habis.

"Biar aku yang mencuci piringnya Om,"ucap Nayna yang mendahului Arkan yang akan membawa piringnya ke wastafel.

"Baiklah, kalau gitu aku mau mandi saja," sahut Arkan yang kemudian pergi dari dapur menuju ke kamarnya dan tak lama kemudian keluar lagi dan langsung ke kamar mandi.

Karena tidak banyak peralatan yang kotor, Nayna melakukan hal itu dengan waktu yang singkat, dia mengelap tangannya, kemudian memutuskan untuk ke kamar.

"Apa kamu sudah meminum susumu?" tanya Arkan yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap.

"Belum," sahut Nayna menggeleng dengan sedikit menggigit bibir bawahnya, dia memang melupakan hal itu.

"Minumlah terlebih dulu, setelah itu baru pergi tidur," ucap Arkan.

"Iya Om, makasih udah ingetin aku."

Arkan hanya mengangguk sebagai jawaban, dari ucapan Nayna itu, dia kemudian berjalan keluar dari dari dapur dan langsung menuju ke kamarnya.

"Kenapa kamu bersikap baik padaku, Om. Bukankah seharusnya kamu membenciku karena aku sudah membuatmu terikat denganku seperti ini," gumam Nayna pada bayangan Arkan yang semakin menghilang dari jangkauan matanya.

Terpopuler

Comments

Shakila

Shakila

Karena Arkan adalah orang yang baik Nay, meskipun dia pada awalnya merasa kecewa karena kamu tiba-tiba hadir di hidupnya

2022-09-20

1

Ibu Wawa

Ibu Wawa

baik nya arkan

2022-07-08

1

Rahmat

Rahmat

tambah asyik ceritanya nih.

2022-07-04

2

lihat semua
Episodes
1 BDPP. Part 1
2 BDPP. Part 2
3 BDPP. Part 3
4 BDPP. Part 4
5 BDPP. Part 5
6 BDPP. Part 6
7 BDPP. Part 7
8 BDPP. Part 8
9 BDPP. Part 9
10 BDPP. Part 10
11 BDPP. Part 11
12 BDPP. Part 12
13 BDPP. Part 13
14 BDPP. Part 14
15 BDPP. Part 15
16 BDPP. Part 16
17 BDPP. Part 17
18 BDPP. Part 18
19 BDPP. Part 19
20 BDPP. Part 20
21 BDPP. Part 21
22 BDPP. Part 22
23 BDPP. Part 23.
24 BDPP. Part 24
25 BDPP. Part 25
26 BDPP. Part 26
27 BDPP. Part 27
28 BDPP. Part 28
29 BDPP. Part 29
30 BDPP. Part 30
31 BDPP. Part 31
32 BDPP. Part 32
33 BDPP. Part 33
34 BDPP. Part 34
35 BDPP. Part 35
36 BDPP. Part 36
37 BDPP. Part 37
38 BDPP. Part 38
39 BDPP. Part 39
40 BDPP. Part 40
41 BDPP. Part 41
42 BDPP. Part42
43 BDPP. Part 43
44 BDPP. Part 44
45 BDPP. Part 45
46 BDPP. Part 46
47 BDPP. Part 47
48 BDPP. Part 48
49 BDPP. Part 49
50 BDPP. Part 50
51 BDPP. Part 51
52 BDPP. Part 52
53 BDPP. Part 53
54 BDPP. Part 54
55 BDPP. Part 55
56 BDPP. Part 56
57 BDPP. Part 57
58 BDPP. Part 58
59 BDPP. Part 59
60 BDPP. Part 60
61 BDPP. Part 61
62 BDPP. Part 62
63 BDPP. Part 63
64 BDPP. Part 64
65 BDPP.Part 65
66 BDPP. Part 66
67 BDPP. Part 67
68 BDPP. Part 68
69 BDPP. Part 69
70 BDPP. Part 70
71 Promosi cerita Author @tiiam97
72 BDPP. Part 71
73 BDPP. Part 72
74 BDPP. Part 73
75 BDPP. Part 74
76 BDPP. Part 75
77 BDPP. Part 76
78 BDPP. Part 77
79 BDPP. Part 78
80 BDPP. Part 79
81 BDPP. Part 80
82 BDPP. part 81
83 BDPP. Part 82
84 BDDP. Part 83
85 BDPP. Part 84
86 BDPP. Part 85
87 BDPP. Part 86
88 BDPP. Part 87
89 BDPP. Part 88
90 BDPP. Part 89
91 BDPP. Part 90
92 BDPP. Part 91
93 BDPP. Part 92
94 BDPP. Part 93
95 BDPP. Part 94
96 BDPP. Part 95
97 BDPP. Part 96
98 BDPP. Part 97
99 BDPP. Part 98
100 BDPP. Part 99
101 BDPP. Part 100.
102 BDPP. Part 101
103 BDPP. Part 102
104 BDPP. Bonus Chapter
105 BDPP. Bonus Chapter
Episodes

Updated 105 Episodes

1
BDPP. Part 1
2
BDPP. Part 2
3
BDPP. Part 3
4
BDPP. Part 4
5
BDPP. Part 5
6
BDPP. Part 6
7
BDPP. Part 7
8
BDPP. Part 8
9
BDPP. Part 9
10
BDPP. Part 10
11
BDPP. Part 11
12
BDPP. Part 12
13
BDPP. Part 13
14
BDPP. Part 14
15
BDPP. Part 15
16
BDPP. Part 16
17
BDPP. Part 17
18
BDPP. Part 18
19
BDPP. Part 19
20
BDPP. Part 20
21
BDPP. Part 21
22
BDPP. Part 22
23
BDPP. Part 23.
24
BDPP. Part 24
25
BDPP. Part 25
26
BDPP. Part 26
27
BDPP. Part 27
28
BDPP. Part 28
29
BDPP. Part 29
30
BDPP. Part 30
31
BDPP. Part 31
32
BDPP. Part 32
33
BDPP. Part 33
34
BDPP. Part 34
35
BDPP. Part 35
36
BDPP. Part 36
37
BDPP. Part 37
38
BDPP. Part 38
39
BDPP. Part 39
40
BDPP. Part 40
41
BDPP. Part 41
42
BDPP. Part42
43
BDPP. Part 43
44
BDPP. Part 44
45
BDPP. Part 45
46
BDPP. Part 46
47
BDPP. Part 47
48
BDPP. Part 48
49
BDPP. Part 49
50
BDPP. Part 50
51
BDPP. Part 51
52
BDPP. Part 52
53
BDPP. Part 53
54
BDPP. Part 54
55
BDPP. Part 55
56
BDPP. Part 56
57
BDPP. Part 57
58
BDPP. Part 58
59
BDPP. Part 59
60
BDPP. Part 60
61
BDPP. Part 61
62
BDPP. Part 62
63
BDPP. Part 63
64
BDPP. Part 64
65
BDPP.Part 65
66
BDPP. Part 66
67
BDPP. Part 67
68
BDPP. Part 68
69
BDPP. Part 69
70
BDPP. Part 70
71
Promosi cerita Author @tiiam97
72
BDPP. Part 71
73
BDPP. Part 72
74
BDPP. Part 73
75
BDPP. Part 74
76
BDPP. Part 75
77
BDPP. Part 76
78
BDPP. Part 77
79
BDPP. Part 78
80
BDPP. Part 79
81
BDPP. Part 80
82
BDPP. part 81
83
BDPP. Part 82
84
BDDP. Part 83
85
BDPP. Part 84
86
BDPP. Part 85
87
BDPP. Part 86
88
BDPP. Part 87
89
BDPP. Part 88
90
BDPP. Part 89
91
BDPP. Part 90
92
BDPP. Part 91
93
BDPP. Part 92
94
BDPP. Part 93
95
BDPP. Part 94
96
BDPP. Part 95
97
BDPP. Part 96
98
BDPP. Part 97
99
BDPP. Part 98
100
BDPP. Part 99
101
BDPP. Part 100.
102
BDPP. Part 101
103
BDPP. Part 102
104
BDPP. Bonus Chapter
105
BDPP. Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!