"Ayo kita lanjut belanja lagi."
Suara Fara akhirnya mengalihkan atensi Nayna yang tengah termenung, hingga beralih padanya. Nayna kembali tersenyum dan mengangguk.
Akhirnya apa yang mereka butuhkan pun sudah mereka dapatkan, kedua troli yang mereka bawa sama penuhnya, kini mereka tengah berjalan ke arah kasir, mengantri untuk membayar.
"Kamu tidak ada yang kelupaan lagi?" tanya Fara pada Nayna.
"Kayaknya tidak ada deh, semuanya sudah lengkap," sahut Nayna kembali memeriksa isi trolinya.
"Baguslah kalau gitu," sahut Fara mengangguk.
Mereka menunggu dengan sabar, saat ini di sana memang cukup mengantri, jadi sambil nunggu, Fara memutuskan untuk memeiksa ponselnya terlebih dahulu, untuk memeriksa apakah ada pesan penting atau tidak di ponselnya itu.
Sementara Nayna fokus pada kasir yang saat ini tengah sibuk dengan belanjaan pengunjung di sana, ditengah aktivitasnya itu, Nayna merasa ponselnya yang berada di dalam tas kecil miliknya berdering.
Dirogohnya tas kecil itu dan mengeluarkan ponselnya, matanya terpaku saat melihat nama si penelepon, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya, bahkan tangannya terasa gemetar dan lemas.
"Ayo Nay," panggil Fara yang sudah mulai melangkah.
"I-iya Mbak." Dengan perasaan kalut, Nayna mengabaikan telepon itu, dia juga mengubah ponselnya menjadi mode diam dan memasukkan kembali ke dalam tasnya.
Nayna menarik napas sedalam-dalamnya, mencoba menenangkan perasaannya, dia kemudian melangkah mendekati Fara yang sudah mulai memberikan barang belanjaannya pada kasir.
"Sekalian sama yang ini ya Mas, bayarnya." Fara mengambil alih troli milik Nayna, saat kasir sudah selesai menghitung barang belanjaannya.
"Mbak, biar itu saya sendiri saja yang bayar," ucap Nayna berusaha menolak.
"Tidak apa-apa biar sekalian saja," ucap Fara dengan santai.
"Tapi Mbak, belanjaannya, kan banyak," ucap Nayna lagi.
"Tenang saja, nanti aku akan minta ganti ke Maa Arkan," sahutan yang tanpa Nayna duga keluar dari mulut Fara dengan begitu entengnya.
"Tapi, Mbak—"
"Mas pinjam trolinya ke depan ya, berat soalnya."
Ucapan Nayna terpotong oleh suara Fara yang meminjam troli pada kasir, dia bahkan tidak sadar jika pembayarannya sudah selesai.
Dia sebenarnya merasa tidak enak karena belanjaan itu dibayar oleh Fara, apalagi saat Fara mengatakan jika dia akan meminta ganti pada Arkan.
Akhirnya Nayna pun hanya bisa pasrah, mengikuti Fara mendorong trolinya ke arah mobil mereka, dia berpikiran padahal Arkan sudah memberikan kartu ATM padanya.
Terus bagaimana dengan pria itu sendiri, jika kartu ATM miliknya ada di Nayna, beberapa hari yang lalu juga Nayna sempat mengecek isi kartu itu dan saat melihat nominalnya yang cukup besar, dia berpendapat pasti Arkan sengaja menabung uang itu dari gajinya.
Dia tidak memakai uang yang ada di sana sedikit pun, karena itu merupakan hasil jerih payah Arkan, rasanya tidak adik jika dia memakainya begitu saja.
"Kamu masuk duluan saja, aku mau anterin ini dulu ke dalam," ucap Fara saat mereka selesai memasukkan belanjaan mereka.
"Biar aku saja yang anterin Mbak, sebaiknya Mbak saja yang tunggu di dalam mobil," tawar Nayna, tapi lagi dan lagi ditolak oleh Fara,
"Sudah, biar aku saja, kamu tunggu aja di mobil, kamu pasti cape habis keliling supermarket tadi."
Tanpa menunggu jawaban dari Nayna, Fara berjalan dengan mendorong kedua troli itu, kembali masuk ke dalam supermarket.
Sementara Nayna menuruti apa yang Fara katakan sebelumnya, dia masuk duluan ke dalam mobil menunggu Fara kembali.
Saat ini hari sudah gelap, wajar saja. Tadi memang mereka pergi, saat hari sudah sore, lebih tepatnya setelah Fara pulang dari kantor. bahkan saat ini wanita yang jauh lebih tua dari Nayna itu masih memakai setelan kerjanya.
Rasa penasaran tiba-tiba saja hadir dalam hatinya, penasaran dengan orang yang meneleponnya beberapa saat lalu, apakah dia menelponnya lagi atau tidak, dia mengambil lagi ponselnya di tas.
Ternyata benar, nomor itu masih menghubunginya, bahkan saat dia mengeluarkan ponselnya itu, nomor itu baru selesai menghubungi.
Dia melihat, lebih dari sepuluh panggilan tak terjawab dan tak lama kemudian nomor yang sama kembali meneleponnya, dia bimbang, apakah harus mengangkat telepon itu, atau kembali memgabainya.
'Halo Nay.'
Mendengar suara itu Nayna hanya menatap kosong di depannya, jantungnya kembali berdetak lebih cepat, tangannya terkepal kuat, rasa marah, kesal, kecewa, dan sedih bercampur jadi satu, hingga menyesakkan dada.
'Sayang kenapa kamu diam? Kamu marah ya, sama aku yang tidak mengabarimu selama ini.'
Laki-laki di balik telepon itu berbicara dengan entengnya, seolah dia tidak melakukan kesalahan yang teramat fatal.
'Aku minta maaf karena tidak pernah ngabari kamu.'
Nayna tetap bungkam, tidak ada niatan untuk menyahuti orang di balik telepon itu, tatapannya masih lurus ke arah depan, hingga matanya melihat Fara yang sudah kembali mendekati mobil.
Tanpa menunggu selanjutnya ucapan dari si penelepon, dia pun segera memutuskan sambungan telepon itu, lalu memasukkan kembali ponselnya ke tas.
"Maaf lama, tadi ada yang kelupaan, jadi beli lagi," ucap Fara saat duduk di balik setir, dia menyimpan kantong kresek yang berukuran kecil ke kursi belakang.
"Iya, tidak apa-apa Mbak," sahut Nayna berusaha bersikap normal, meskipun hatinya masih terasa bergemuruh.
Fara pun mulai menjalankan mobilnya, meninggalkan supermarket itu.
"Kamu mau makan dulu di luar, apa mau langsung pulang?" tanya Fara tanpa menoleh.
"Langsung pulang aja Mbak, aku pengen istirahat, nanti aku makan di rumah saja," sahut Nayna tanpa semangat. Dia memang ingin segera pulang ke rumah dan mengistirahatkan dirinya.
"Baiklah kalau gitu."
Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi di antara mereka, Fara fokus dengan setirnya, sedangkan Nayna, sibuk dengan pikirannya tentang apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.
Kenapa kamu datang lagi, ke mana aja kamu selama ini. Batin Nayna.
Dia tak menyangka laki-laki yang dia cari beberapa bulan ini, kini menghubunginya sendiri, apa yang harus dia lakukan sekarang.
Apakah dia harus memberitahukan tentang kehamilannya pada laki-laki yang menjadi ayah biologis dari anak yang dikandungnya itu, tapi apakah laki-laki itu akan menerima anak itu.
Terlalu larut dalam lamunannya, Nayna sampai tidak menyadari jika mobil yang ditumpanginya itu, telah sampai di depan rumah, tapat saat mobil itu berhenti Nayna turun dari mobil.
"Kamu bisa bawa barang kamu sendiri?" tanya Fara padanya yang sudah turun dari mobil.
"Bisa Mbak," sahut Nayna mengangguk.
"Baiklah." Fara pun hanya mengangguk dan membiarkan Nayna mengambil dua kantong besar belanjaannya di bagasi.
"Makasih ya, Mbak sudah ajak aku belanja, sama udah dibayarin juga belanjaannya," ucap Nayna yang sudah kembali berdiri di samping mobil Fara.
"Iya sama-sama, lagian aku gak bayarin belanjaannya, karena yang bayarin Mas Arkan, aku hanya nemenin kamu aja," terang Fara.
"Oh gitu, tapi tetep makasih ya udah nemenin aku, Mbak Fara tidak masuk dulu," tawar Nayna.
"Enggak deh, aku udah ditungguin buat makan malam, kalau gitu aku langsung pergi ya, kamu hati-hati di rumah. Mas Arkan juga, kalau jadi lusa udah pulang," terang Fara.
Nayna mengangguk mendengar ucapan Fara itu. "Iya Mbak, hati-hati ya."
Fara mengangguk, dia kemudian mulai kembali menjalankan mobilnya pergi dari sana, setelah mobil Fara sudah tidak terlihat, Nayna pun mulai berjalan memasuki mobilnya.
Dia memutuskan untuk merapikan barang belanjaannya, setelah itu pergi membersihkan diri dan langsung pergi tidur, saat ini dia tidak berselera untuk makan ataupun minum susu.
Entah kenapa lagi-lagi Rafa yang kembali menghubunginya, membuat pikirannya bercabang, berbagai pertanyaan hadir dalam benaknya itu, tentang apa yang terjadi hingga Rafa pergi begitu saja dan menghubunginya kembali.
...----------------...
Aku minta dukungannya lagi dong dari kalian semuanya. Like, koment, vote dan hadiahnya, biar tambah semangat lanjut laginya🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI SI RAFFA TU YG HUBUNGI NAYNA .
2023-04-01
0
Shakila
Jangan pernah menerima orang yang pernah menyakitimu, karena itu sama aja masuk ke jurang yang sama untuk kedua kalinya 😌
2022-09-20
1
Cicih Sophiana
buat apa mantan...klo barang bekas buang aia ke tempatnya...
2022-08-15
1