Keesokan paginya, Arkan bangun dari tidurnya. Dia mengambil handuk dan melingkarkannya di leher, pria itu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dapur rumahnya itu dengan langkah malas dan kantuk.
"Aaakkkkhhh!"
Dia segera membuka pintu kamar mandi dan matanya yang semula masih mengantuk langsung terbuka lebar, saat mendengar teriakan dari dalam kamar mandi, matanya mengerjap beberapa kali, melihat tubuh mungil yang tengah membelakanginya itu.
"Maaf Om, bisa keluar dulu gak? Aku mau mandi duluan," ucap Nayna dengan canggung, menyadarkan Arkan dari keterpakuannya.
Dia segera menutup kembali pintu kamar mandi itu dengan cepat, saat menyadari jika saat ini perempuan yang jauh lebih muda darinya tengah berpenampilan kurang pantes untuk dilihatnya, bagaimana tidak, saat ini Nayna hanya mengenakan pakaian dalamnya saja, karena dia baru saja akan mandi.
"Kenapa kamu tidak mengunci pintunya!" kesal Arkan.
"Maaf Om, tadi aku kebelet jadi lupa!" Terdengar sahutan dari Nayna, Arkan hanya mendengkus.
"Kenapa aku lupa, jika saat ini ada orang lain yang tinggal di sini," gumam Arkan, merutuki kebodohannya yang melupakan pakta, jika saat ini ada mahkluk lain yang menjadi penghuni rumahnya itu.
Terbiasa hidup sendiri, dia sampai melupakan hal itu. Kemarin setelah memasuki kamarnya, dia tidak keluar lagi, bahkan kemarin pria itu tidak mandi lagi, karena Arkan sibuk dengan urusannya di dalam kamar, sampai larut malam dan langsung tidur.
Akhirnya sambil menunggu Nayna selesai mandi, dia berjalan ke arah kompor dan memasak air, untuk menyeduh kopi.
Setelah selesai menyeduh kopi, dia mendudukkan dirinya di meja makan meniup kopinya itu dan meminumnya sedikit demi sedikit.
"Kenapa lama banget!" gerutunya saat kopi di cangkir tinggal tersisa setengah.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi itu mulai terbuka, menampilkan sosok Nayna yang hanya menatapnya sekilas, kemudian menunduk.
Arkan mulai berdiri dari duduknya, dengan handuk yang masih bertengger manis di lehernya, dia berjalan ke arah kamar mandi dimana Nayna masih di sana, masih belum beranjak.
"Lain kali, kunci pintu, emang kamu pikir itu kamar mandi pribadi milikmu!" sindir Arkan saat melewati tubuh Nayna.
Nayna yang sadar, jika dia menghalangi jalan akhirnya menyingkirkan dirinya dengan kepala masih tertunduk.
"Maaf Om."
Arkan tidak menimpali ucapan Nayna itu, dia memasuki kamar mandi dan segera menutupnya, sementara Nayna berjalan ke arah kamar, dia bingung harus berbuat apa di tempat yang menurutnya asing itu.
...*********...
Arkan pergi begitu saja ke restoran, tanpa berpamitan terlebih dahulu pada Nayna yang masih berdiam diri di kamar.
Nayna saat ini di kamarnya, tengah menatap layar ponsel dengan serius, dia menatap sebuah nomor yang beberapa minggu ini tidak bisa dia hubungi, mengingat pria yang menghilang begitu saja itu, selalu membuat dadanya terasa sesak.
Tiba-tiba saja, dia menutup mulut dan turun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa, dia berjalan dengan cepat ke arah kamar mandi, memuntahkan cairan kuning dari perutnya itu.
Setelah merasa cukup lega, dia membersihkan mulutnya, Nayna tidak langsung kembali ke kamar, tapi kali ini dia memutuskan untuk menyapu dan mengepel rumah, setelah itu mencuci pakaiannya dan Arkan.
"Anggap saja ini sebagai bayaran, karena aku udah numpang di sini untuk beberapa bulan ke depan," gumam Nayna mengusap peluh di keningnya saat dia selesai mencuci pakaian.
Dia mengangkat ember yang sudah terisi pakaian bersih itu, tapi dia bingung mau menjemur pakaian itu di mana, hingga matanya tertuju pada pintu yang dia yakini menuju ke halaman belakang rumah itu.
"Kuncinya terpasang gini, apa dia sudah biasa membiarkannya seperti ini, gimana kalau ada maling masuk," gumam Nayna menggelengkan kepalanya.
Dia membuka pintu dan langsung menghadap ke halaman belakang rumah yang tidak luas itu, terhalang oleh sebuah bentengan yang cukup tinggi. Kakinya kembali dia ayunkan menuju ke sebuah penjemuran besi yang tersimpan di dekat dinding.
Setelah selesai menjemur, Nayna pun memasuki rumah kembali, melihat sekeliling rumah yang sudah bersih, hingga beberapa saat kemudian, terdengar bunyi yang berasal dari perutnya, wajar saja dia merasa lapar, hari sudah siang dan dia belum memakan apa pun dari kemarin.
"Lapar," gumamnya kemudian melangkah ke dapur, memeriksa ke dalam kulkas. Namun, ternyata tidak sesuai harapan, kulkas itu kosong, tidak ada apa pun di dalamnya.
Hanya ada salju di dinding freezer, terlihat kulkas itu benar-benar tidak terawat, dibiarkan menyala begitu saja tanpa diisi. Wanita itu hanya bisa menghela napas pelan, dia kemudian membuka satu per satu rak yang berada di atas kompor berharap ada makanan.
Namun tetap nihil, di sana pun tidak ada apa pun yang bisa dimakan, akhirnya dia mengambil gelas yang berdebu dan mengelapnya dengan lap bersih, setelah itu mengisinya dengan air putih dan langsung meminumnya.
"Apa dia jarang pulang?" gumamnya lagi yang melihat keseliling ruangan yang tidak terlalu luas itu, seperti jarang tersentuh.
Bahkan peralatan di sana nampak berdebu, hanya ada satu gelas dan piring yang ada di rak samping wastafel, tempat penyimpanan perlatan yang telah dicuci.
Sesuai dengan perkiraannya, Arkan memang pulang hanya untuk tidur saja, dia jarang menghabiskan waktunya di rumah, jadi wajar jika pria matang itu jarang menggunakan peralatan masakan atau makanan di sana.
Bahkan dia lebih sering makan di restoran, itulah kenapa tidak ada makanan yang bisa Nayna makan saat ini.
Karena perutnya terus berbunyi, seolah sedang berdemo, dia pun memutuskan untuk mengambil dompetnya di kamar, dia masih memiliki sedikit tabungan yang diberikan oleh orang-tuanya sebelumnya.
Dia akan mencoba pergi keluar, karena dia ingat, kemarin saat dalam perjalanan, ada warung makan yang tidak jauh dari depan komplek perumahan itu.
Tok ... Tok
Saat masih di dalam kamarnya, terdengar suara ketukan di depan rumah itu, dia pun keluar lagi dari kamar, mengintip dari jendela sebelum membuka pintu, terlihat seorang pria yang memakai seragam restoran yang sama dengan yang Arkan pakai, sedang berdiri di depan pintu.
Dia pun segera membuka pintu, tersenyum ramah pada pria itu, dibalas senyuman ramah juga oleh pria yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya.
"Mbak, ini makanan untuk Mbak sarapan dan makan siang," ucap pria itu menyerahkan beberapa kotak sambil tersenyum ramah.
"Maaf dari siapa ya Mas?" tanya Nayna mengambil beberapa kotak dalam plastik itu dengan heran.
"Itu dari Pak Arkan, kalau begitu saya pergi dulu Mbak."
Nayna hanya mengangguk sebagai sahutan, melihat pria itu pergi dengan motornya, setelah pria itu tidak terlihat, dia kembali memasuki rumah dan mengeluarkan kotak makanan itu dari dalam kantong plastik.
"Akhirnya bisa makan juga," gumamnya dengan senang dan mulai mengambil piring dan sendok.
Nayna memakan makanan itu, dengan lahap, dia benar-benar lapar, karena kemarin dia hanya makan satu kali saja, yaitu saat sarapan bersama dengan orang-tuanya, sebelum mereka tahu kabar tentang kehamilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Shakila
Diam-diam perhatian juga si Arkan, meskipun dia kesal sama Nayna
2022-09-19
1
Grafity_ky
penasaran raffa. kmn dan arkan gmn kehidupannya
2022-08-15
0
Cicih Sophiana
semoga aja Arkan baik walau Nayna bkn istri pilihan...
2022-08-15
0