BDPP. Part 4

Keesokan paginya, Arkan bangun dari tidurnya. Dia mengambil handuk dan melingkarkannya di leher, pria itu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dapur rumahnya itu dengan langkah malas dan kantuk.

"Aaakkkkhhh!"

Dia segera membuka pintu kamar mandi dan matanya yang semula masih mengantuk langsung terbuka lebar, saat mendengar teriakan dari dalam kamar mandi, matanya mengerjap beberapa kali, melihat tubuh mungil yang tengah membelakanginya itu.

"Maaf Om, bisa keluar dulu gak? Aku mau mandi duluan," ucap Nayna dengan canggung, menyadarkan Arkan dari keterpakuannya.

Dia segera menutup kembali pintu kamar mandi itu dengan cepat, saat menyadari jika saat ini perempuan yang jauh lebih muda darinya tengah berpenampilan kurang pantes untuk dilihatnya, bagaimana tidak, saat ini Nayna hanya mengenakan pakaian dalamnya saja, karena dia baru saja akan mandi.

"Kenapa kamu tidak mengunci pintunya!" kesal Arkan.

"Maaf Om, tadi aku kebelet jadi lupa!" Terdengar sahutan dari Nayna, Arkan hanya mendengkus.

"Kenapa aku lupa, jika saat ini ada orang lain yang tinggal di sini," gumam Arkan, merutuki kebodohannya yang melupakan pakta, jika saat ini ada mahkluk lain yang menjadi penghuni rumahnya itu.

Terbiasa hidup sendiri, dia sampai melupakan hal itu. Kemarin setelah memasuki kamarnya, dia tidak keluar lagi, bahkan kemarin pria itu tidak mandi lagi, karena Arkan sibuk dengan urusannya di dalam kamar, sampai larut malam dan langsung tidur.

Akhirnya sambil menunggu Nayna selesai mandi, dia berjalan ke arah kompor dan memasak air, untuk menyeduh kopi.

Setelah selesai menyeduh kopi, dia mendudukkan dirinya di meja makan meniup kopinya itu dan meminumnya sedikit demi sedikit.

"Kenapa lama banget!" gerutunya saat kopi di cangkir tinggal tersisa setengah.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi itu mulai terbuka, menampilkan sosok Nayna yang hanya menatapnya sekilas, kemudian menunduk.

Arkan mulai berdiri dari duduknya, dengan handuk yang masih bertengger manis di lehernya, dia berjalan ke arah kamar mandi dimana Nayna masih di sana, masih belum beranjak.

"Lain kali, kunci pintu, emang kamu pikir itu kamar mandi pribadi milikmu!" sindir Arkan saat melewati tubuh Nayna.

Nayna yang sadar, jika dia menghalangi jalan akhirnya menyingkirkan dirinya dengan kepala masih tertunduk.

"Maaf Om."

Arkan tidak menimpali ucapan Nayna itu, dia memasuki kamar mandi dan segera menutupnya, sementara Nayna berjalan ke arah kamar, dia bingung harus berbuat apa di tempat yang menurutnya asing itu.

...*********...

Arkan pergi begitu saja ke restoran, tanpa berpamitan terlebih dahulu pada Nayna yang masih berdiam diri di kamar.

Nayna saat ini di kamarnya, tengah menatap layar ponsel dengan serius, dia menatap sebuah nomor yang beberapa minggu ini tidak bisa dia hubungi, mengingat pria yang menghilang begitu saja itu, selalu membuat dadanya terasa sesak.

Tiba-tiba saja, dia menutup mulut dan turun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa, dia berjalan dengan cepat ke arah kamar mandi, memuntahkan cairan kuning dari perutnya itu.

Setelah merasa cukup lega, dia membersihkan mulutnya, Nayna tidak langsung kembali ke kamar, tapi kali ini dia memutuskan untuk menyapu dan mengepel rumah, setelah itu mencuci pakaiannya dan Arkan.

"Anggap saja ini sebagai bayaran, karena aku udah numpang di sini untuk beberapa bulan ke depan," gumam Nayna mengusap peluh di keningnya saat dia selesai mencuci pakaian.

Dia mengangkat ember yang sudah terisi pakaian bersih itu, tapi dia bingung mau menjemur pakaian itu di mana, hingga matanya tertuju pada pintu yang dia yakini menuju ke halaman belakang rumah itu.

"Kuncinya terpasang gini, apa dia sudah biasa membiarkannya seperti ini, gimana kalau ada maling masuk," gumam Nayna menggelengkan kepalanya.

Dia membuka pintu dan langsung menghadap ke halaman belakang rumah yang tidak luas itu, terhalang oleh sebuah bentengan yang cukup tinggi. Kakinya kembali dia ayunkan menuju ke sebuah penjemuran besi yang tersimpan di dekat dinding.

Setelah selesai menjemur, Nayna pun memasuki rumah kembali, melihat sekeliling rumah yang sudah bersih, hingga beberapa saat kemudian, terdengar bunyi yang berasal dari perutnya, wajar saja dia merasa lapar, hari sudah siang dan dia belum memakan apa pun dari kemarin.

"Lapar," gumamnya kemudian melangkah ke dapur, memeriksa ke dalam kulkas. Namun, ternyata tidak sesuai harapan, kulkas itu kosong, tidak ada apa pun di dalamnya.

Hanya ada salju di dinding freezer, terlihat kulkas itu benar-benar tidak terawat, dibiarkan menyala begitu saja tanpa diisi. Wanita itu hanya bisa menghela napas pelan, dia kemudian membuka satu per satu rak yang berada di atas kompor berharap ada makanan.

Namun tetap nihil, di sana pun tidak ada apa pun yang bisa dimakan, akhirnya dia mengambil gelas yang berdebu dan mengelapnya dengan lap bersih, setelah itu mengisinya dengan air putih dan langsung meminumnya.

"Apa dia jarang pulang?" gumamnya lagi yang melihat keseliling ruangan yang tidak terlalu luas itu, seperti jarang tersentuh.

Bahkan peralatan di sana nampak berdebu, hanya ada satu gelas dan piring yang ada di rak samping wastafel, tempat penyimpanan perlatan yang telah dicuci.

Sesuai dengan perkiraannya, Arkan memang pulang hanya untuk tidur saja, dia jarang menghabiskan waktunya di rumah, jadi wajar jika pria matang itu jarang menggunakan peralatan masakan atau makanan di sana.

Bahkan dia lebih sering makan di restoran, itulah kenapa tidak ada makanan yang bisa Nayna makan saat ini.

Karena perutnya terus berbunyi, seolah sedang berdemo, dia pun memutuskan untuk mengambil dompetnya di kamar, dia masih memiliki sedikit tabungan yang diberikan oleh orang-tuanya sebelumnya.

Dia akan mencoba pergi keluar, karena dia ingat, kemarin saat dalam perjalanan, ada warung makan yang tidak jauh dari depan komplek perumahan itu.

Tok ... Tok

Saat masih di dalam kamarnya, terdengar suara ketukan di depan rumah itu, dia pun keluar lagi dari kamar, mengintip dari jendela sebelum membuka pintu, terlihat seorang pria yang memakai seragam restoran yang sama dengan yang Arkan pakai, sedang berdiri di depan pintu.

Dia pun segera membuka pintu, tersenyum ramah pada pria itu, dibalas senyuman ramah juga oleh pria yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya.

"Mbak, ini makanan untuk Mbak sarapan dan makan siang," ucap pria itu menyerahkan beberapa kotak sambil tersenyum ramah.

"Maaf dari siapa ya Mas?" tanya Nayna mengambil beberapa kotak dalam plastik itu dengan heran.

"Itu dari Pak Arkan, kalau begitu saya pergi dulu Mbak."

Nayna hanya mengangguk sebagai sahutan, melihat pria itu pergi dengan motornya, setelah pria itu tidak terlihat, dia kembali memasuki rumah dan mengeluarkan kotak makanan itu dari dalam kantong plastik.

"Akhirnya bisa makan juga," gumamnya dengan senang dan mulai mengambil piring dan sendok.

Nayna memakan makanan itu, dengan lahap, dia benar-benar lapar, karena kemarin dia hanya makan satu kali saja, yaitu saat sarapan bersama dengan orang-tuanya, sebelum mereka tahu kabar tentang kehamilannya.

Terpopuler

Comments

Shakila

Shakila

Diam-diam perhatian juga si Arkan, meskipun dia kesal sama Nayna

2022-09-19

1

Grafity_ky

Grafity_ky

penasaran raffa. kmn dan arkan gmn kehidupannya

2022-08-15

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

semoga aja Arkan baik walau Nayna bkn istri pilihan...

2022-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 BDPP. Part 1
2 BDPP. Part 2
3 BDPP. Part 3
4 BDPP. Part 4
5 BDPP. Part 5
6 BDPP. Part 6
7 BDPP. Part 7
8 BDPP. Part 8
9 BDPP. Part 9
10 BDPP. Part 10
11 BDPP. Part 11
12 BDPP. Part 12
13 BDPP. Part 13
14 BDPP. Part 14
15 BDPP. Part 15
16 BDPP. Part 16
17 BDPP. Part 17
18 BDPP. Part 18
19 BDPP. Part 19
20 BDPP. Part 20
21 BDPP. Part 21
22 BDPP. Part 22
23 BDPP. Part 23.
24 BDPP. Part 24
25 BDPP. Part 25
26 BDPP. Part 26
27 BDPP. Part 27
28 BDPP. Part 28
29 BDPP. Part 29
30 BDPP. Part 30
31 BDPP. Part 31
32 BDPP. Part 32
33 BDPP. Part 33
34 BDPP. Part 34
35 BDPP. Part 35
36 BDPP. Part 36
37 BDPP. Part 37
38 BDPP. Part 38
39 BDPP. Part 39
40 BDPP. Part 40
41 BDPP. Part 41
42 BDPP. Part42
43 BDPP. Part 43
44 BDPP. Part 44
45 BDPP. Part 45
46 BDPP. Part 46
47 BDPP. Part 47
48 BDPP. Part 48
49 BDPP. Part 49
50 BDPP. Part 50
51 BDPP. Part 51
52 BDPP. Part 52
53 BDPP. Part 53
54 BDPP. Part 54
55 BDPP. Part 55
56 BDPP. Part 56
57 BDPP. Part 57
58 BDPP. Part 58
59 BDPP. Part 59
60 BDPP. Part 60
61 BDPP. Part 61
62 BDPP. Part 62
63 BDPP. Part 63
64 BDPP. Part 64
65 BDPP.Part 65
66 BDPP. Part 66
67 BDPP. Part 67
68 BDPP. Part 68
69 BDPP. Part 69
70 BDPP. Part 70
71 Promosi cerita Author @tiiam97
72 BDPP. Part 71
73 BDPP. Part 72
74 BDPP. Part 73
75 BDPP. Part 74
76 BDPP. Part 75
77 BDPP. Part 76
78 BDPP. Part 77
79 BDPP. Part 78
80 BDPP. Part 79
81 BDPP. Part 80
82 BDPP. part 81
83 BDPP. Part 82
84 BDDP. Part 83
85 BDPP. Part 84
86 BDPP. Part 85
87 BDPP. Part 86
88 BDPP. Part 87
89 BDPP. Part 88
90 BDPP. Part 89
91 BDPP. Part 90
92 BDPP. Part 91
93 BDPP. Part 92
94 BDPP. Part 93
95 BDPP. Part 94
96 BDPP. Part 95
97 BDPP. Part 96
98 BDPP. Part 97
99 BDPP. Part 98
100 BDPP. Part 99
101 BDPP. Part 100.
102 BDPP. Part 101
103 BDPP. Part 102
104 BDPP. Bonus Chapter
105 BDPP. Bonus Chapter
Episodes

Updated 105 Episodes

1
BDPP. Part 1
2
BDPP. Part 2
3
BDPP. Part 3
4
BDPP. Part 4
5
BDPP. Part 5
6
BDPP. Part 6
7
BDPP. Part 7
8
BDPP. Part 8
9
BDPP. Part 9
10
BDPP. Part 10
11
BDPP. Part 11
12
BDPP. Part 12
13
BDPP. Part 13
14
BDPP. Part 14
15
BDPP. Part 15
16
BDPP. Part 16
17
BDPP. Part 17
18
BDPP. Part 18
19
BDPP. Part 19
20
BDPP. Part 20
21
BDPP. Part 21
22
BDPP. Part 22
23
BDPP. Part 23.
24
BDPP. Part 24
25
BDPP. Part 25
26
BDPP. Part 26
27
BDPP. Part 27
28
BDPP. Part 28
29
BDPP. Part 29
30
BDPP. Part 30
31
BDPP. Part 31
32
BDPP. Part 32
33
BDPP. Part 33
34
BDPP. Part 34
35
BDPP. Part 35
36
BDPP. Part 36
37
BDPP. Part 37
38
BDPP. Part 38
39
BDPP. Part 39
40
BDPP. Part 40
41
BDPP. Part 41
42
BDPP. Part42
43
BDPP. Part 43
44
BDPP. Part 44
45
BDPP. Part 45
46
BDPP. Part 46
47
BDPP. Part 47
48
BDPP. Part 48
49
BDPP. Part 49
50
BDPP. Part 50
51
BDPP. Part 51
52
BDPP. Part 52
53
BDPP. Part 53
54
BDPP. Part 54
55
BDPP. Part 55
56
BDPP. Part 56
57
BDPP. Part 57
58
BDPP. Part 58
59
BDPP. Part 59
60
BDPP. Part 60
61
BDPP. Part 61
62
BDPP. Part 62
63
BDPP. Part 63
64
BDPP. Part 64
65
BDPP.Part 65
66
BDPP. Part 66
67
BDPP. Part 67
68
BDPP. Part 68
69
BDPP. Part 69
70
BDPP. Part 70
71
Promosi cerita Author @tiiam97
72
BDPP. Part 71
73
BDPP. Part 72
74
BDPP. Part 73
75
BDPP. Part 74
76
BDPP. Part 75
77
BDPP. Part 76
78
BDPP. Part 77
79
BDPP. Part 78
80
BDPP. Part 79
81
BDPP. Part 80
82
BDPP. part 81
83
BDPP. Part 82
84
BDDP. Part 83
85
BDPP. Part 84
86
BDPP. Part 85
87
BDPP. Part 86
88
BDPP. Part 87
89
BDPP. Part 88
90
BDPP. Part 89
91
BDPP. Part 90
92
BDPP. Part 91
93
BDPP. Part 92
94
BDPP. Part 93
95
BDPP. Part 94
96
BDPP. Part 95
97
BDPP. Part 96
98
BDPP. Part 97
99
BDPP. Part 98
100
BDPP. Part 99
101
BDPP. Part 100.
102
BDPP. Part 101
103
BDPP. Part 102
104
BDPP. Bonus Chapter
105
BDPP. Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!