"Tidak perlu, biar aku saja, kamu sebaiknya pergi tidur, ini sudah malam, tidak baik untukmu dan anakmu, kalau terlalu sering tidur malam," tutur Arkan yang juga ikut berdiri, menahan gerakan Nayna yang akan menuju ke kompor.
"Baiklah, aku ke kamar dulu ya Om," pamit Nayna yang hanya dijawab anggukan kepala oleh Arkan.
Nayna pun segera berbalik, dia mengusap matanya yang sudah mulai basah, karena pembahasan sebelumnya dengan Arkan.
"Apa kanu sudah makan?" tanya Arkan menghentikan langkah Nayna yang akan keluar dari dapur, hingga membuat wanita kembali berbalik dan menatapnya.
"Sudah Om," jawab Nayna tersnyum tipis.
"Apa kamu tidak lapar lagi?" tanya Arkan lagi, kembali memastikan, karena dia pernah mendengar dari beberapa temannya yang istrinya sedang hamil, kadang sering merasa lapar.
"Tidak Om," sahut Nayna, disertai gelengan kepala.
"Apa kamu tidak menginginkan sesuatu?" tanya Arkan lagi.
Dia takut wanita itu menginginkan sesuatu, tapi tidak berani mengatakannya padanya, itu sebabnya dia berinisiatif bertanya hal itu.
"Tidak juga Om, memangnya kenapa ya?" tanya Nayna dengan heran.
"Tidak apa-apa, kalau kamu ingin sesuatu, bicara saja. Siapa tau aku bisa bantu cariin, apa yang kamu inginkan itu," ucap Arkan lagi.
Mendengar ucapan Arkan yang terdengar tulus itu, membuat sudut kecil di hati Nayna terasa hangat, dia merasa hangat, karena masih ada yang menanyakan hal itu, di saat dia merasa sendiri seperti ini.
"Aku tidak menginginkan apa pun Om, terima kasih karena sudah menanyakan hal itu," ucap Nayna kembali tersenyum.
"Ya sudah, kalau gitu kamu pergilah istirahat," ucap Arkan.
Nayna hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu dia mulai melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kamar, meninggalkan Arkan yang akan mandi.
Sementara itu, Arkan mulai mengangkat panci yang airnya sudah mendidih, tapi sebelum itu dia mematikan kompornya terlebih dahulu, pria itu pun membawa air panas itu ke kamar mandi dan menuangkannya ke dalam baskom yang berukuran cukup besar.
Sebelum mengisi baskom itu dengan air dingin, Arkan keluar dari kamar mandi, menyimpan panci ke tempat semula dan menuju ke kamarnya, untuk mengambil handuk dan kaos.
Arkan mandi dengan air hangat, menghilangkan rasa lengket di badannya karena aktivitasnya, setelah selesai dengan kegiatan mandinya, dia pun keluar dengan handuk yang melingkar di pinggangnya dan kaos berlengan pendek yang menutupi bagian atas tubuhnya.
Dia memasuki kamarnya yang sederhana itu, di kamar itu hanya ada ranjang berukuran pas untuk dua orang, lemari yang cukup untuk baju-bajunya, juga meja yang tersedia sebuah laptop di meja itu.
Baru saja dia mendudukkan dirinya di ranjang, setelah selesai memakai celana dan tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk, ponselnya yang berada di meja dekat leptop pun berbunyi.
"Ya, ada apa?" tanya Arkan saat mengangkat telepon itu.
Kamu sudah memeriksa email belum, aku sudah kirimkan file yang akan kita bahas saat rapat besok.
"Ya aku akan memeriksanya sekarang," sahut Arkan dengan segera bergerak, membuka dan menghidupkan laptopnya.
Nanti kalau ada yang harus diperbaiki, kirimkan lagi saja padaku, biar langsung aku perbaiki.
"Ya, aku matikan dulu teleponnya," sahut Arkan pada si penelepon yang tidak lain adalah Ivan.
Dia langsung mematikan telepon itu dan membuka email di laptopnya, dia membaca dengan seksama setiap kata yang tercantum di dalam sebuah file kiriman dari Ivan itu.
...**********...
Keesokan paginya, Nayna sudah bangun saat subuh, dia seperti biasa pergi ke dapur bukan untuk masak, tapi untuk memuntahkan apa yang ada di perutnya, seperti rutinitas tetap yang selalu terjadi akhir-akhir ini.
"Kapan ini selesai," gumamnya sambil mengusap perutnya yang masih rata, saat dia sudah merasa selesai memuntahkan isi perutnya itu.
Nayna pun memutuskan untuk mulai melakukan pekerjaan rumahnya, dia menyingsingkan lengan baju dan mengikat rambutnya yang sebahu itu dengas asal, agar mempermudah pergerakannya.
Hal yang pertama dia lakukan adalah mencuci beras dan memasaknya menggunakan rice cooker, dilanjutkan dengan mencuci sayuran, rencananya hari ini dia mau membuat sop jamur salah satu menu makanan favoritnya, dia juga mencuci daging ayam yang akan dia buat ayam goreng krispi.
Setelah semua bahan telah dipotong dan dicuci dia pun melanjutkan dengan memasak satu per satu makanan itu dengan telaten, di tengah kegiatannya itu, dia mendengar langkah kaki yang mendekat, membuatnya menengok dengan tangan sibuk membolak-balikan masakan.
"Om, sudah bangun," ucap Nayna tersenyum.
"Hemmm," sahut Arkan yang langsung masuk ke kamar mandi dengan langkah cukup cepat.
"Om Arkan, kayaknya buru-buru," gumam Nayna dengan perhatian fokus pada masakannya.
Setelah masakannya selesai, Nayna pun menyimpan makanan itu di meja makan, dia kemudian menutupnya dengan tudung saji, dia kembali melanjutkan pekerjaan yang lainnya.
Arkan keluar dari kamar mandi, dia segera memasuki kamarnya, tidak menyapa Nayna yang saat ini masih berada di dapur tengah menyapu lantai, Nayna pun tidak mempermasalahkan masalah itu, dia hanya fokus pada pekerjaannya.
Saat Nayna menyapu ruangan tengah, Arkan keluar dari kamarnya dengan penampilan yang jauh berbeda dengan biasanya.
Pria itu tampak rapi dan kadar ketampanan yang kian bertambah dengan pakaian formal yang dikenakannya, Celana bahan yang senada dengan jas berwarna biru gelap yang menutupi kemeja berwarna putih, juga dasi berwarna hitam yang melingkar di lehernya itu.
Rambutnya di sisir dengan rapi, juga aroma parfum maskulin yang begitu menusuk di indera penciuman wanita muda yang saat ini tengah menatapnya tanpa berkedip itu.
Arkan terlihat seperti pria yang mapan, matang, juga berwibawa dengan pakaian yang melekat sempurna di tubuhnya, seolah pakaian itu memang dibuat khusus untuknya.
"Aku pergi dulu, aku tidak bisa memindahkan motorku ke luar, karena temanku sudah mau sampai," ucap Arkan yang sibuk membenarakan jam tangannya, tanpa melihat ke arah Nayna yang terpaku menatapnya.
"Iya Om, tidak apa-apa, biar nanti aku saja yang mindahin motornya ke luar," ucap Nayna setelah tersadar dari keterpakuannya menatap Arkan.
Arkan pun mengangguk, dengan perlahan kakinya yang terbungkus oleh kaos kaki dan sepatu hitam mengkilat itu, mulai melangkah melewati Nayna yang tengah berdiri di samping sofa dengan sapu di tangannya.
"Jangan telat makan, jangan terlalu capek juga," pepatah Arkan, saat dia membuka pintu rumah dengan menatap Nayna.
"Iya Om," sahut Nayna menganggukkan kepala.
Arkan kemudian keluar dari rumah, berjalan keluar dan berdiri di teras, Nayna hanya melihatnya, di depan pintu yang terbuka, melihat Arkan tengah sibuk dengan ponsel di tangannya.
Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna putih datang, mobil itu berhenti di pinggir jalan, depan rumah itu, Arkan pun mulai melangkah, mendekati mobil itu, dia kemudian memasuki mobil dari pintu samping kemudi.
"Mau ke mana Om Arkan, apa dia memiliki pekerjaan lain, dia tampak berbeda hari ini, dia bahkan di jemput oleh mobil mewah," gumam Nayna yang dapat melihat pergerakan Arkan, dari dalam rumah dan menatap mobil yang membawa Arkan itu dengan heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yohanes Yon
mudah mudahan arkan cinta dgn nayna dan mau menerima nayna apa adanya..
2022-12-31
0
Shakila
Curiga Arkan itu sebenarnya kaya deh🤔
2022-09-19
1
Cicih Sophiana
semoga aja mereka berjodoh...
2022-08-15
0