Setelah selesai dengan kegiatan pekerjaan rumahnya, Nayna memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, setelah itu dia bersantai duduk di sofa, dengan membawa segelas air yang dia ambil dari dispenser karena merasa haus.
Nayna terus mengalihkan chanel televisi mencari siaran yang cocok untuk ditontonnya, tapi tidak juga menemukan siaran yang menurutnya cocok, dia akhirnya menghentikan aktivitas mengalihkan chanel televisinya itu disiaran berita.
Di simpannya remot ke meja yang di depannya, tepat di samping gelas, dia kemudian merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menyaksikan siaran berita itu, hingga tanpa sadar dia terlelap, karena akhir-akhir ini setiap malam kurang tidur, hingga siangnya dia selalu mengantuk, mungkin itu adalah pengaruh kehamilannya.
Baru saja beberapa menit, Nayna tertidur di sofa, tidurnya harus terganggu karena ketukan di pintu rumah itu, wanita yang baru beranjak dewasa itu pun mendudukkan dirinya terlebih dahulu sebelum memeriksa siapa yang datang.
Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul, dia pun mulai beranjak dari sofa, melihat dari jendela terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka pintu.
"Siang Non," sapa seorang wanita yang jauh lebih tua darinya, tampak rapi dengan setelan kantoran yang dikenakannya, tersenyum ramah pada Nayna.
"Siang Mbak, ada perlu apa ya?" tanya Nayna dengan bingung.
"Saya mau mengantarkan bahan-bahan masakan yang dipesan Mas Arkan," sahut wanita itu.
"Oh baiklah, silakan." Nayna mengangguk paham, dia teringat jika tadi pagi, sebelun berangkat kerja Arkan mengatakan akan ada orang yang mengantarkan bahan masakan.
"Saya ambil dulu dari mobil bahan-bahannya," ucap wanita itu kemudian melangkah keluar dan menuju ke mobil yang terparkir di depan rumahnya itu.
Nayna memperhatikan, pergerakan wanita dewasa itu dari ambang pintu, tak lama kemudian wanita itu mendekat dengan beberapa kantong belanjaan yang berada di tangannya.
"Biar saya bantu membawanya Mbak," tawar Nayna yang melihat wanita itu kesusahan membawa kantong belanjaan itu.
"Tidak Perlu Non, saya bisa sendiri kok," sahut wanita itu tersenyum pada Nayna.
Nayna akhirnya hanya mengangguk dan memperhatikan wanita itu, sibuk menyimpan beberapa makanan ke dalam kulkas, dia juga menyimpan bumbu dan bahan lainnya ke lemari yang ada di atas kompor dengan cekatan, terlihat jika wanita itu sudah biasa melakukan hal itu.
Nayna jadi berpikiran, apa wanita itu sudah biasa melakukan hal itu di rumah Arkan, melihat wanita itu tidak terlihat canggung sama sekali saat memasuki rumah itu.
Jangan-jangan, dia adalah pacarnya Om Arkan? batin Nayna, menduga-duga.
"Tapi kata pelayan di restoran itu, Om Arkan masih singgel," gumam Nayna dengan sangat pelan, hingga wanita yang tengah sibuk dengan kegiatan merapikan bahan-bahan itu tidak mendengarnya.
Sebelumnya Nayna memang sudah tahu, jika Arkan tidak memiliki istri atau pacar, karena cukup sering dia pergi ke restoran tempat Arkan bekerja.
Dia sering mendengar jika pelayan wanita di sana sering diam-diam membicarakan Arkan, mereka mengagumi Arkan dan selalu berharap dapat dekat dengan pria itu.
Memikirkan tentang Arkan, dia jadi ingat bagaimana Arkan jika sedang bekerja, pria dewasa itu selalu tersenyum ramah pada setiap pengunjung, dia juga sempat beberapa kali dilayani oleh pria itu saat makan di restoran itu.
Rupanya yang memang tampan, ditambah tampangnya yang sudah terlihat sangat dewasa menjadi plus ketampanannya, wajar saja jika para pelayan wanita yang jauh lebih muda darinya yang bekerja di sana, diam-diam mendambakan pria itu.
"Kayaknya, kantong yang berisi cemilannya ketinggalan di mobil," ucap wanita itu menyadarkan Nayna dari lamunannya tentang Arkan.
Dia menatap wanita yang saat ini sedang mencari-mencari sesuatu, wanita itu kemudian pergi dari dapur, keluar dari rumah, tak lama kemudian dia kembali dengan kantong yang cukup besar.
"Kalau mau makanan ringan di sini ya, Non makan aja apa yang Non mau, masak juga yang Non mau jangan sungkan, Mas Arkan sengaja membeli semua ini untuk Non," terang wanita itu sambil terus memasukkan satu persatu cemilan itu, pada lemari yang masih kosong.
"Sudah selesai, saya harus pergi lagi, karena masih ada pekerjaan lain," ucap wanita itu yang sudah selesai dengan tugasnya.
"Terima kasih Mbak," ucap Nayna setelah beberapa saat terdiam.
Wanita itu, menatap Nayna dan tersenyum dia kemudian mengangguk.
"Iya sama-sama, saya pergi dulu ya," ucap wanita itu.
Nayna mengangguk dan ikut tersenyum juga, dia mengantarkan wanita sampai ke depan rumahnya, wanita itu memasuki mobil dan langsung menjalankannya, menjauh dari rumah itu.
"Pakai mobil, penampilannya juga kayak seorang sekertaris, panggilannya ke Om Arkan juga tampak akrab, apa dia teman Om Arkan, sampai mau bela-belain nganterin belanjaan banyak gitu, padahalkan ini jam kerja," ucap Nayna yang sedikit heran.
Sebenarnya dia ingin bertanya, pada wanita itu apa hubungannya dan Arkan, tapi dia tidak berani mengingat hubungan dia dan Arkan, hanya terikat oleh sebuah pernikahan paksa, tidak seharusnya dia terlalu mencampuri kehidupan pria itu terlalu dalam.
Tidak mau terlalu memikirkan hal itu, dia kemudian kembali menutup pintu dan mematikan televisi yang masih menyala.
Dia memasuki kamarnya, dia tiba-tiba teringat, jika belum sempat membereskan baju-bajunya dengan benar, dia pun merapikan baju-bajunya, saat matanya tertuju pada tas selempang miliknya.
Nayna mengambil tas itu dan mengeluarkan isinya, hanya ada dompet yang berisi beberapa lembar uang dari papanya untuk bekal sekolahnya dulu, tangannya terulur, saat melihat sebuah kertas berwarna hitam.
Ditatapnya lembar kertas itu, kemudian memejamkan mata, merasakan hatinya lagi-lagi terasa sesak, tak lama kemudian tangannya terulur ke perutnya.
"Aku juga tahu apa yang aku lakukan ini salah, menarik orang yang tidak bersalah untuk menjadi tameng agar kamu selamat, tapi aku tidak berdaya, aku tahu dosa yang aku lakukan, hingga kamu hadir itu sangat besar, itu sebabnya aku tidak ingin dosaku kian bertumpuk dengan melenyapkan nyawa tak bersalah, seperti yang papa aku inginkan," gumamnya dengan air mata yang kembali luruh di pipinya.
Nayna sebenarnya sempat memutuskan ingin pergi, saat papanya meminta dia untuk menggugurkan kandungannya saat dia mengatakan, jika pria yang menjadi ayah dari anak yang saat ini bersemayam dalam perutnya, hilang tanpa kabar begitu saja.
Namun, dia terpikir tidak tahu harus pergi ke mana, dia tidak punya orang lain yang bisa dia mintai pertolongan, di tengah-tengah keputus-asaannya, tiba-tiba saja dia bertemu dengan Arkan.
Lucu memang, karena tiba-tiba saja meminta pertolongan pada Arkan, pria asing yang baru ditemuinya beberapa kali, dia memang tidak menjelaskan pada papanya, saat dia meminta Arkan untuk tanggung jawab, karena terlalu takut dengan ancaman papanya itu.
...----------------...
Sekali lagi author tekankan ya, ini hanya fiktif, jadi jika apa yang ada di cerita ini tidak sesuai dengan kehidupan nyata, harap mengerti karena ini hanya fiktif.
Selamat membaca kehaluan author remahan ini, makasih yang sudah memabca cerita ini, jangan lupa dukungannya juga ya, like, koment dan kalau ada votenya juga😁 biar akunya makin semangat up-nya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BIARPUN FIKTIF, TRKADANG BNYK JUGA TERJDI DIREALITA KHIDUPAN..
2023-04-01
0
Shakila
Emang pasti tidak mudah berada di posisi itu, meskipun semua itu terjadi karena kesalahannya sendiri
2022-09-19
1
Cicih Sophiana
kasian Nayna masih remaja terlalu berat hidupnya...
2022-08-15
0