BDPP. Part 2

Setelah keributan yang terjadi beberapa jam yang lalu, kini di sinilah mereka berada. Di sebuah kantor urusan agama, mereka baru saja melangsungkan ijab qabul yang dilakukan dengan dadakan itu.

"Untuk surat nikah dan berkas-berkas lainnya, kalian bisa datang lagi ke sini seminggu lagi untuk mengambilnya," ucap seorang pegawai kantor urusan agama itu sambil membereskan berkas-berkas milik pasangan yang beberapa menit lalu telah sah menjadi pasangan suami-istri.

Pernikahan itu dilakukan hari itu juga, hanya ada dua orang saksi, wali dari pihak perempuan dan penghulu yang menikahkan mereka, meskipun pada awalnya pihak kantor urusan agama heran, saat Ferdi meminta agar melakukan pernikahan hari ini juga, tapi akhirnya mereka setuju.

Meskipun mereka tidak langsung menerima surat nikah, karena harus diproses lagi, untuk mendapatkan surat nikah, mengingat waktu yang sangat singkat itu.

Tidak ada cincin pernikahan atau apa pun yang menjadi tanda, jika mereka sudah menikah. Hanya uang seratus ribu rupiah yang menjadi mas kawin Arkan untuk wanita bernama, Nayna Camelia itu.

Arkan menatap kosong ke sembarang arah, dia tidak percaya apa yang baru saja terjadi itu. Hanya dengan waktu beberapa jam, kini dia sudah menyandang status sebagai suami.

Suami dari perempuan yang bahkan tidak dia kenal, dia hanya sering melihat perempuan itu hampir tiap hari datang ke restoran itu, untuk makan siang dan berdiam diri di sana selama beberapa jam.

"Baiklah, ayo kita pulang," ajak Ferdi yang mulai berdiri dari duduknya.

Disusul oleh sang istri, pria yang menjadi ayah kadung Nayna itu, kemudian menatap Arkan dan Nayna yang masih bergeming di tempatnya, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kenapa kalian diam, apa kalian akan menginap di sini!" Suara tegas dari Ferdi itu, membuat perhatian Nayna dan Arkan teralihkan.

Mereka pun langsung tersadar, saling menatap beberapa saat, kemudian Nayna menundukkan wajahnya dan mulai berdiri dari kursi yang menjadi tempat duduknya.

"Ayo pergi dari sini," ajak Ferdi lagi yang mulai melangkah pergi dari sana.

Melihat kedua orang-tuanya sudah pergi, Nayna pun mengikuti mereka, berjalan di belakang mereka. Namun, saat akan ikut menaiki mobil papanya, suara Ferdi menahan gerakannya itu.

"Kamu tinggalah dengan suami kamu, mulai sekarang tanggung jawab akan dirimu, sudah menjadi tanggung jawab pria yang menjadi suamimu itu. Ma, berikan tasya pada dia, setelah itu kita langsung pulang!"

"Baik Pa," sahut Winda ibu dari Nayna.

Winda mengambil tas yang cukup besar, dari bagasi mobil dan menyerahkannya pada anak satu-satunya itu.

"Maafkan aku Ma!"

Winda tidak menyahutinya, terlihat jelas jika wanita yang melahirkannya itu masih dilingkupi oleh kekecewaan atas apa yang terjadi padanya.

Nayna mengambil alih tas yang ada di tangan Winda itu, tak lama kemudian Winda mulai melangkah memasuki mobil menyusul suaminya.

Nayna menatap sendu mobil yang kini sudah mulai berjalan semakin menjauh darinya, dia menunduk menyembunyikan tangisannya, meratapi kesalahan dan nasib yang kini telah menghancurkan semua mimpi indahnya itu.

"Ayo pergi." Hanya kata singkat nan datar itu yang Nayna dengar dari mulut pria yang sudah menjadi suaminya itu.

Nayna mengikuti langkah Arkan, pergi dari halaman kantor urusan agama itu, mereka berjalan ke arah jalan raya, selama diperjalanan itu hanya ada keheningan yang terjadi.

Wanita itu tidak berani bertanya ke mana tujuan mereka, dia hanya pasrah saat Arkan menyuruhnya untuk ikut masuk ke dalam angkot yang cukup banyak penumpangnya itu.

...*********...

Kini mereka telah turun dari kendaraan umum yang mengantarkan mereka, Arkan berjalan memasuki sebuah komplek perumahan yang sederhana. Sedangkan Nayna hanya mengikuti Arkan dengan pasrah.

Tak lama kemudian, Arkan berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana tanpa gerbang dan memiliki halaman yang tidak terlalu luas. Pria itu mengambil kunci dari saku celananya dan membuka kunci rumah itu.

"Masuk."

Nayna hanya mengangguk dan menatap sekilas wajah datar pria yang sudah cukup matang itu, dia berjalan memasuki rumah yang hanya memiliki satu ruang tengah yang bisa digunakan untuk ruang keluarga sekaligus ruang tamu.

"Kamar kamu di sana," tunjuknya pada sebuah pintu jati berwarna coklat, tanpa melihat ke arah Nayna.

Setelah mengatakan hal itu, dia kembali melangkah menuju ke pintu yang ada di samping, pintu yang tadi ditunjukkannya pada Nayna.

"Om aku minta maaf," ucap Nayna yang akirnya memberanikan diri membuka suaranya.

Arkan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Nayna yang kini masih menundukkan kepala, terlihat jemarinya, meremas tali tas besar tempat pakainya itu, menunjukkan jika wanita itu kini tengah gugup.

"Maaf karena tiba-tiba saja menyeret Om seperti ini," ucap Nayna lagi.

"Kenapa kamu melakukan hal itu?" tanya Arkan menatap Nayna dengan dingin.

"Aku takut sama Papaku, ketika dia marah. Dia akan melakukan apa pun tanpa berpikir panjang, jadi saat dia meminta aku untuk menggugurkan kandunganku, aku sangat takut," terang Nayna yang masih tidak berani menatap Arkan.

"Kenapa harus aku yang kamu tarik, kenapa tidak orang lain!" geram Arkan.

"Aku tidak tau, semua itu terjadi begitu saja. Entah kenapa saat papa ngomong akan menggugurkan kandunganku aku langsung turun dari mobil dan ternyata aku berhenti di restoran itu dan melihat Om."

"Aku tau kamu pasti sudah mengatur ini sebelumnya bukan? Kamu sengaja menyeret aku, agar anak kamu tidak lahir tanpa seorang ayah. Kamu pikir dengan seperti itu, aku akan mau mengakui anak itu sebagai anakku?"

Mendengar ucap sarkas dan menohok yang terlontar dari mulut Arkan itu, membuat Nayna semakin menunduk, sakit, sesak, dan ngilu. Itulah gambaran untuk hatinya saat ini.

Namun, dia sadar ini memang kesalahannya, salahnya yang menyeret Arkan untuk masuk ke hidup rumitnya itu, wajar saja jika Arkan memiliki pemikiran buruk akan dirinya.

"Om tenang saja, aku akan segera mengajukan gugatan cerai saat usia kandunganku sudah besar, jadi papaku tidak akan bisa memaksa aku untuk menggugurkannya nanti."

Nayna mengucapkan hal itu dengan penuh keyakinan, dia juga tidak ingin menyeret Arkan ke dalam masalahnya itu, akan tetapi, dia tidak memiliki pilihan lain, selain mencari perlindungan untuknya dan calon anaknya yang tidak berdosa saat ini.

"Apa kamu benar-benar, ingin mempertahankan anak itu. Meskipun ayah dari anak itu tidak mau bertanggung jawab?" sinis Arkan yang hanya dijawab anggukan kepala oleh Nayna.

"Berbuatnya aja mau, tapi giliran udah kejadian seperti ini, tidak mau bertanggung jawab dan malah menyeret orang yang tidak tau apa-apa untuk bertanggung jawab."

"Kamu juga, seharusnya sebagai wanita dapat menjaga harga diri dan kehormatan sebagai seorang wanita, bukan asal menyerahkan kehormatan pada laki-laki yang baru berstatus pacaran, kalau sudah seperti ini, bukan cuma kamu yang rugi, tapi orang lain juga ikut terseret!" gerutu Arkan yang kesal dengan keadaan itu.

Dia memilih pergi dari sana menuju ke kamarnya, daripada nanti malah semakin banyak lagi, ucapan kasar yang keluar sebagai ungkapan kekesalan yang ada di hatinya atas apa yang terjadi itu.

"Ya, aku salah, seharusnya aku tidak percaya padanya begitu saja!" lirih Nayna termenung.

Terpopuler

Comments

Shakila

Shakila

Emang seharusnya kita tidak gampang terlena oleh kenikmatan sesaat yang hanya akan meninggalkan luka itu🥲

2022-09-19

0

Grafity_ky

Grafity_ky

kasian nayna,😔

2022-08-15

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

laki" lucknat...

2022-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 BDPP. Part 1
2 BDPP. Part 2
3 BDPP. Part 3
4 BDPP. Part 4
5 BDPP. Part 5
6 BDPP. Part 6
7 BDPP. Part 7
8 BDPP. Part 8
9 BDPP. Part 9
10 BDPP. Part 10
11 BDPP. Part 11
12 BDPP. Part 12
13 BDPP. Part 13
14 BDPP. Part 14
15 BDPP. Part 15
16 BDPP. Part 16
17 BDPP. Part 17
18 BDPP. Part 18
19 BDPP. Part 19
20 BDPP. Part 20
21 BDPP. Part 21
22 BDPP. Part 22
23 BDPP. Part 23.
24 BDPP. Part 24
25 BDPP. Part 25
26 BDPP. Part 26
27 BDPP. Part 27
28 BDPP. Part 28
29 BDPP. Part 29
30 BDPP. Part 30
31 BDPP. Part 31
32 BDPP. Part 32
33 BDPP. Part 33
34 BDPP. Part 34
35 BDPP. Part 35
36 BDPP. Part 36
37 BDPP. Part 37
38 BDPP. Part 38
39 BDPP. Part 39
40 BDPP. Part 40
41 BDPP. Part 41
42 BDPP. Part42
43 BDPP. Part 43
44 BDPP. Part 44
45 BDPP. Part 45
46 BDPP. Part 46
47 BDPP. Part 47
48 BDPP. Part 48
49 BDPP. Part 49
50 BDPP. Part 50
51 BDPP. Part 51
52 BDPP. Part 52
53 BDPP. Part 53
54 BDPP. Part 54
55 BDPP. Part 55
56 BDPP. Part 56
57 BDPP. Part 57
58 BDPP. Part 58
59 BDPP. Part 59
60 BDPP. Part 60
61 BDPP. Part 61
62 BDPP. Part 62
63 BDPP. Part 63
64 BDPP. Part 64
65 BDPP.Part 65
66 BDPP. Part 66
67 BDPP. Part 67
68 BDPP. Part 68
69 BDPP. Part 69
70 BDPP. Part 70
71 Promosi cerita Author @tiiam97
72 BDPP. Part 71
73 BDPP. Part 72
74 BDPP. Part 73
75 BDPP. Part 74
76 BDPP. Part 75
77 BDPP. Part 76
78 BDPP. Part 77
79 BDPP. Part 78
80 BDPP. Part 79
81 BDPP. Part 80
82 BDPP. part 81
83 BDPP. Part 82
84 BDDP. Part 83
85 BDPP. Part 84
86 BDPP. Part 85
87 BDPP. Part 86
88 BDPP. Part 87
89 BDPP. Part 88
90 BDPP. Part 89
91 BDPP. Part 90
92 BDPP. Part 91
93 BDPP. Part 92
94 BDPP. Part 93
95 BDPP. Part 94
96 BDPP. Part 95
97 BDPP. Part 96
98 BDPP. Part 97
99 BDPP. Part 98
100 BDPP. Part 99
101 BDPP. Part 100.
102 BDPP. Part 101
103 BDPP. Part 102
104 BDPP. Bonus Chapter
105 BDPP. Bonus Chapter
Episodes

Updated 105 Episodes

1
BDPP. Part 1
2
BDPP. Part 2
3
BDPP. Part 3
4
BDPP. Part 4
5
BDPP. Part 5
6
BDPP. Part 6
7
BDPP. Part 7
8
BDPP. Part 8
9
BDPP. Part 9
10
BDPP. Part 10
11
BDPP. Part 11
12
BDPP. Part 12
13
BDPP. Part 13
14
BDPP. Part 14
15
BDPP. Part 15
16
BDPP. Part 16
17
BDPP. Part 17
18
BDPP. Part 18
19
BDPP. Part 19
20
BDPP. Part 20
21
BDPP. Part 21
22
BDPP. Part 22
23
BDPP. Part 23.
24
BDPP. Part 24
25
BDPP. Part 25
26
BDPP. Part 26
27
BDPP. Part 27
28
BDPP. Part 28
29
BDPP. Part 29
30
BDPP. Part 30
31
BDPP. Part 31
32
BDPP. Part 32
33
BDPP. Part 33
34
BDPP. Part 34
35
BDPP. Part 35
36
BDPP. Part 36
37
BDPP. Part 37
38
BDPP. Part 38
39
BDPP. Part 39
40
BDPP. Part 40
41
BDPP. Part 41
42
BDPP. Part42
43
BDPP. Part 43
44
BDPP. Part 44
45
BDPP. Part 45
46
BDPP. Part 46
47
BDPP. Part 47
48
BDPP. Part 48
49
BDPP. Part 49
50
BDPP. Part 50
51
BDPP. Part 51
52
BDPP. Part 52
53
BDPP. Part 53
54
BDPP. Part 54
55
BDPP. Part 55
56
BDPP. Part 56
57
BDPP. Part 57
58
BDPP. Part 58
59
BDPP. Part 59
60
BDPP. Part 60
61
BDPP. Part 61
62
BDPP. Part 62
63
BDPP. Part 63
64
BDPP. Part 64
65
BDPP.Part 65
66
BDPP. Part 66
67
BDPP. Part 67
68
BDPP. Part 68
69
BDPP. Part 69
70
BDPP. Part 70
71
Promosi cerita Author @tiiam97
72
BDPP. Part 71
73
BDPP. Part 72
74
BDPP. Part 73
75
BDPP. Part 74
76
BDPP. Part 75
77
BDPP. Part 76
78
BDPP. Part 77
79
BDPP. Part 78
80
BDPP. Part 79
81
BDPP. Part 80
82
BDPP. part 81
83
BDPP. Part 82
84
BDDP. Part 83
85
BDPP. Part 84
86
BDPP. Part 85
87
BDPP. Part 86
88
BDPP. Part 87
89
BDPP. Part 88
90
BDPP. Part 89
91
BDPP. Part 90
92
BDPP. Part 91
93
BDPP. Part 92
94
BDPP. Part 93
95
BDPP. Part 94
96
BDPP. Part 95
97
BDPP. Part 96
98
BDPP. Part 97
99
BDPP. Part 98
100
BDPP. Part 99
101
BDPP. Part 100.
102
BDPP. Part 101
103
BDPP. Part 102
104
BDPP. Bonus Chapter
105
BDPP. Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!