konser di koridor sekolah

Sepanjang jalan koridor, Bryan merangkul bahu Axel. Begitu juga dengan Celvin, mereka saling rangkul sambil bersenandung dengan tatapan ke arah Gema dan Bintang yang tengah berdua sambil membaca buku.

"Heyy ladies! Jangan percaya laki laki, mulut mereka buaya!"

"Hey cowok, jangan pikir wanita lemah! Kalau sudah beraksi dunia hancur!" Sahut Friska dan siswi lainnya yang menyahut nyanyian Axel.

"Sudah kubilang jangan percaya mulut lelaki nanti kau menangis!"

"Hey cowok! Jangan pikir kami lemah. Kami pun bisa menduakanmu!" Sahut Friska dan teman temannya.

"Wk wk wk wk wk!" Sahut Axel, Bryan dan Celvin tepat di depan Gema dan Bintang.

Bintang melirik ke arah Axel, dalam hatinya ia ingin menghampiri dan mengucapkan terima kasih. Tapi niatnya ia urungkan karena melihat sikap Axel yang tengil.

"Wk wk wk wk!"

Axel, Bryan dan Celvin terus bernyanyi menggunakan suara bebek, dan berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Kau kenapa?" Tanya Gema memperhatikan Bintang.

"Tidak apa apa," jawabnya.

"Mereka sok berkuasa, seenak hati melakukan apa saja." Ujar Gema.

Namun Bintang tidak yakin dengan apa yang di katakan Gema. Setelah ia sadar, yang menolongnya waktu itu bukanlah Gema, tapi Axel dan dua temannya.

Suara bel berbunyi, Gema mengajak Bintang masuk ke dalam kelas. Saat mereka masuk ke dalam kelas, semua murid langsung menyorakinya dan yang paling keras adalah Friska.

Gema tak perduli karena sudah tahu siapa dalangnya selain Axel, kemudian ia dan Bintang duduk di kursi masing masing bersamaan dengan pak Salim masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan anak anak dengan tatapan horor.

"Kalian sekolah buat apa?" Tanya pak Salim mengawali jam pelajaran.

"Biar pintar!" Sahut Axel mengangkat tangannya.

Pak Salim masih dengan tatapan horor menatap Axel.

"Kalau sudah pintar?'

"Bisa kaya, sombong dan berkuasa!" Sambung Axel menyahut.

"Nah, kalau kalian sombong dan berkuasa, apa imbalannya?" Tanya pak Salim lagi.

'Kalau sudah sombong dan berkuasa berarti orang itu goblok dan idiot!" Axel tetap menyahut, Bryan dan Axel tertawa kecil menanggapi jawaban Axel.

"Oleh karena itu, kalian harus?" Tanya pak Salim lagi berharap jawaban Axel kali ini memuaskan.

"Oleh karena itu, mari kita pulang gak usah sekolah biar ga goblok dan idiot!" Sahut Axel ngasal membuat pak Salim semakin geram.

"Ayo bubar!!" Perintah Axel pada teman temannya.

Bryan dan Celvin lebih dulu berlari keluar menenteng tasnya di ikuti beberapa murid lainnya termasuk Friska. Menyisakan Bintang, Gema dan tiga murid lainnya.

Terakhir, Axel melenggang dengan tenang dan melewati pak Salim begitu saja sambil tersenyum manis.

'Axeel!!" Pekik pak Salim marah lalu mengejarnya keluar.

"Anak itu bener bener keterlaluan!" Gerutu Gema.

"Aku harus kasih dia pelajaran supaya tidak semena mena di sekolah ini.' Sambungnya lagi.

Bintang hanya diam mendengarkan semua ucapan Gema.

"Bryan, Celvin!" Pak Salim menarik kerah baju mereka berdua hingga jatuh ke lantai.

"Ayah dan ibumu kerja, kalian berdua bolos terus!" Ucap Pak Salim menatap horor keduanya.

"Perasaan badan gue gede, tapi mudah banget pak Salim ngejatohin gue." Rutuk Bryan.

"Lo kebanyakan makan, isinya lemak bukan otot!" Sungut Celvin.

"Heh, isi otak kalian itu cuma main dan main terus, balik ke kelas!" Perintah pak Salim.

"Siap pak!" Sahut mereka berdua. Namun saat mereka berdiri dan pak Salim lengah. Keduanya berlari ke arah Axel yang menunggu di depan gerbang sekolah.

'Axeell!!" Teriak pak Salim menekakkan telinga, lagi lagi ia di buat darah tinggi oleh Axel dan dua temannya.

***

Sttt!

Sttt!

Pak Doni menoleh ke arah sumber suara. Nampak kepala Axel menyembul dari balik pintu utama.

Pak Doni mengangkat kedua jempolnya ke arah Axel sebagai kode kalau di rumah aman aman saja.

Axel berjalan tergesa gesa mendekati pak Doni.

"Mom, dad, kemana mereka?" Tanya Axel.

"Tuan dan nyonya besar, menemui sahabat lamanya.' Kata pak Doni.

"Siapa, tumben?" Tanya Axel tidak biasanya mereka mendatangi rumah orang lain.

"Pak Wijaya, teman lamanya. Mungkin mau membicarakan perjodohan." Jawab pak Doni santai seraya mengulum senyumnya.

"Perjodohan, siapa yang mau di jodohkan?" Tanya Axel penasaran. "Pak Doni, Dad, atau mang Udin?" Tanyanya lagi.

"Tentunya bukan saya, tapi..tuan muda."

"Aku?" Axel menunjuk dadanya sendiri, pak Doni mengangguk dan menghampiri Axel.

"Bayangkan, tuan muda menikah dengan gadis yang tak di kenal, bahkan tuan muda tidak mencintainya." Bisik pak Doni di telinga Axel setengah menggoda.

Mata Axel melebar, membayangkan dirinya seperti yang di katakan pak Doni lalu begidik ngeri.

"Bayangkan, tuan muda masih anak anak tapi sudah gendong bayi, seru bukan?" Sambung pak Doni dengan sedikit drama, membuat Axel semakin ngeri membayangkan.

"Tidak!!" Pekik Axel dan berlari menuju tangga. Tapi langkahnya terhenti, kembali menghampiri pak Doni.

"Pak Doni tidak sedang bercanda?" Tanya Axel serius.

Pak Doni mengulum senyum sambil menggelengkan kepala meyakinkan Axel.

"Tidak!" Pekik Axel lagi dan berlari menuju tangga.

Pak Doni tertawa terkekeh melihat tingkah laku Axel.

"Gini amat punya majikan, di luar sangar di dalam hello kity." Pak Doni bergumam.

Terpopuler

Comments

Eka Prasetya

Eka Prasetya

tahun lalu lulus masih belum rela pengen balik sekolah lagi

2022-07-03

0

Enci Mardiyuana

Enci Mardiyuana

😁😁😁😁😁

2022-07-03

0

Lastri Lestari

Lastri Lestari

cemburu kali axel

2022-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!