Semalaman Axel main game, hingga ia tidur larut malam. Namun bukan kebiasaan Axel harus bangun pagi jika tidak di bangunkan. Tetapi kali ini ada yang berbeda, pak Doni tanpa harus susah susah membangunkannya, Axel bangun pagi dan sudah selesai membersihkan diri.
Ia duduk di sofa, menggunakan balutan handuk. Di depannya ada meja, terdapat seragam sekolah, bedak zwitsal lengkap dengan parfum bayi dan minyak kayu putih.
Axel memutar mata bolanya, menatap jengah.
"Hufft!
"Sampai kapan aku harus pakai bedak bayi ini?" Gumamnya seraya menyandarkan tubuhnya di sofa.
Sementara pak Doni menunggu di luar kamar. Berkali kali ia melirik jam tangannya, sudah lewat 10 menit tapi Axel belum juga membuka pintu.
Pak Doni masih tetap setia menunggu, namun sampai 30 menit. Axel sama sekali belum selesai. Ia penasaran apa yang di lakukan Axel di dalam, jangan jangan anak itu tidur lagi, gumamnya dalam hati. Perlahan pak Doni mengetuk pintu kamar, namun tidak ada sahutan dari Axel.
Pak Doni akhirnya memberanikan diri membuka pintu kamar karena Axel sudah terlalu lama di dalam kamar.
"Ya Tuhan.." batinnya menatap Axel yang tertidur pulas di sofa.
"Sudah kuduga."
Pak Doni membangunkan axel pelan, tapi seperti biasa. Axel tidak meresponnya. Akhirnya pak Doni mengambil besi segitiga yang ada di sudut ruangan. Besi segitiga itu di pukul pelan.
Ting ting ting!
"Mmm, lima menit lagi." Axel menjawab tapi matanya tetap terpejam.
Pak Doni menarik napas panjang, lalu memukul besi segitiga itu lagi dengan kencang.
TING TING TING
"Arrrrrggghhhh!"
Axel berteriak dan membuka mata. Menatap horor ke arah pak Doni yang hanya tertawa lebar seraya menunjukkan besi segitiga itu lagi dan hendak di pukul lagi.
"Cukup!" Cegah Axel.
"Apa perlu saya bantu tuan muda memakai seragam?" Tawar Pak Doni sambil tersenyum tipis.
"Apa?" Mata Axel membulat sempurna.
"He he he." Pak Doni tertawa lebar.
"Pergi, aku bisa sendiri." Usir Axel.
Pak Doni mengangguk, lalu keluar dari dalam kamar dan menutup pintunya.
Tak lama pak Doni menunggu, Axel keluar dari dalam kamar.
"Tuan, biar kubantu merapikan." Kata pak Doni hendak menyentuh seragam Axel.
Namun Axel menepuk tangan pak Doni.
"Tidak perlu, begini saja aku sudah manis." Axel memuji dirinya sendiri, tersenyum tipis dan memainkan kedua alisnya menatap pak Doni.
Pak Doni membalas, mengedipkan mata kirinya.
Sontak Axel berteriak.
"Aaaakkhhhh, hentikan kedipanmu!"
Pak Doni mengulum senyum lalu mempersilahkan Axel berjalan lebih dulu.
"Huh, bisa bisanya pak Doni genit padaku." Rutuknya pelan, tapi terdengar jelas oleh pak Doni.
"Axel! Panggil Bryan dari dalam kaca jendela mobil yang terbuka. "Cepat, kita sudah kesiangan!"
Bryan dan Celvin selalu setia menjemput Axel supaya mereka bisa berangkat bareng. Kebetulan, Axel selalu ingin tampil sederhana dan bersahaja. Ia memilih ikut bersama dua sahabatnya dari pada harus di antar pak Doni. Namun sesekali pak Doni mengantar, meskipun Axel menolaknya.
"Oke!" Sahut Axel berlari mendekati mobil Bryan.
"Lu kebiasaan, udah hampir setengah jam gue nungguin, jadwal masuk sekolah jam tujuh pagi, ini apaan coba? Kita berdua jam tujuh masih ada di rumah lu... Ambyar tau, udah kesiangan." Gerutu Celvin sambil melipat kedua tangannya.
Axel hanya tertawa kecil, lalu masuk ke dalam mobil milik Bryan.
"Cabut!" Perintah Axel.
Bryan mengangguk, lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Axel.
Pak Doni hanya menghela napas berat. Meski Axel tak mau diantar, pak Doni selalu menyusul belakang ke sekolah untuk memastikan Axel baik baik saja.
Salah sedikit, atau ada yang terluka pada Axel. Hancur sudah karir dan hidupnya.
****
Di sekolah.
Tepat jam istirahat, mereka sudah berada di luar pintu gerbang sekolah. Saat berada di dalam kelas mereka sudah memiliki rencana untuk pergi jalan-jalan tanpa mengganti baju seragam mereka.
"Pulangnya jangan ke sorean, bisa abis bokap gue ngamuk-ngamuk nyeramahin gue nanti." Kata Celvin sedikit memiliki rasa takut pada Ayahnya.
"Santai, cuma bentaran kok, bentar lagi kita berangkat, cuma nungguin doi gue aja, kok." Timpal Bryan sambil sesekali melihat ke layar ponselnya.
"ini nih yang gue kagak demen, lu ngajak jalan kita-kita cuma buat mejeng nyungseb di tengah kebun teh ama doi, asem lu emang!" Balas Celvin kesal.
"Makanya jangan jomblo jadi orang, sirik kan lu, ha..." Dari situ Bryan tak hentinya terus mengejek Celvin.
"Bisa diem nggak sih?" Sela Axel yang sedari tadi diam, perhatiannya tertuju pada Bintang yang berada di taman sekolah sendirian.
"Xel, lu kenapa lagi, diem mulu?" Tanya Bryan.
"Nggak apa apa, gue lagi suntuk aja." Jawab Axel tanpa menoleh ke arah sahabatnya.
"Gue tau, lo lagi bosen. Makanya gue ajak jalan kalian berdua." Sahut Bryan.
Axek hanya diam, tidak berkata kata apa apa lagi. Tiba tiba ponsel milik Bryan berbunyi, satu pesan singkat dari Erika, pacar Bryan. Erika membatalkan janjinya untuk ikut jalan jalan.
"Yaahhh!" Keluh Bryan kecewa.
Celvin langsung tertawa terbahak bahak.
"Terus gimana nih?" Tanya Axel menoleh ke arah Bryan.
"Jadi dong, kita senang senang. Ngilangin suntuk karena rutinitas yang membosankan," jawab Bryan di balas dengan anggukan Axel dan Celvin.
"Cabut yuk!" Ajak Axel.
Bryan, Celvin dan Axel masuk ke dalam mobil dan memutuskan untuk bersenang senang meski tanpa adanya pacar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Alya anggaraeni
lanjut
2022-07-04
1
Lastri Lestari
lanjut
2022-07-03
1
Maia Kurniawan
lanjutkan
2022-07-03
1