Suara burung berkicau diatas pohon belakang rumah. Matahari masuk lewat celah jendela kamar yang terbuka. Ada pemandangan yang berbeda pagi ini. Axel sudah bangun dan sekesai mandi. Hanya dengan menggunakan balutan handuk, Axel berjalan tergesa gesa menggunakan lift rumahnya menuju lantai satu.
Sesampainya di bawah, Axel mengumpulkan semua anak buah Dady nya termasuk pak Doni. Dengan kedua tangan di belakang, ia memandang satu persatu anak buah yang berjajar rapi.
Pandangannya terhenti cukup lama di pak Doni. Pria itu memonyongkan bibirnya seraya mengangkat kedua alisnya sebagai kode, mengapa Axel hanya menggunakan balutan handuk saja. Namun Axel acuh tak acuh dengan pak Doni.
"Momy and Dady, sebentar lagi pulang ke Indonesia. Tapi aku tidak tahu, kapan tepatnya Mom and Dad pulang. Aku harap kalian tidak ada yang mengatakan hal buruk tentangku. Kalian paham?"
"Siap!" Jawab mereka serempak kecuali pak Doni.
"Jika diantara kalian ada yang berani mengatakan, maka...?"
Axel mengangkat dua jarinya di arahkan pada mereka dengan tatapan tajam.
"Hidup kalian kelar!" Ancam Axel dengan nada meyakinkan.
"Siap tuan muda!" Jawab mereka menundukkan kepalanya.
"Bagus!" Axel tersenyum puas. "Sekarang kalian bubar!" Perintahnya.
Satu persatu anak buahnya beranjak pergi, tinggallah pak Doni dan Axel.
"Tuan muda.."
"Apa!" Sahut Axel.
"Tuan muda yakin, mereka bakalan nurut?" Tanya pak Doni mengulum senyumnya.
"Kenapa begitu?" Tanya Axel balik sambil berjalan lalu memencet tombol dan masuk ke dalam lift bersama pak Doni.
"Tuan muda bicara seolah olah pemimpin, tapi hanya pakai handuk?"
Axel menundukkan kepala, memperhatikan handuknya yang berwarna pink. Lalu tengadahkan wajahnya menatap pak Doni yang tengah tersenyum menatapnya sambil menekan tombol lalu mereka keluar dari dalam lift.
"Aaaaahhkkkkk, jaga matamu pak Doni!!" Teriak Axel seraya memukul punggung pak Doni.
"Apa, aku salah bicara tuan?" Tanya pak Doni mengedipkan matanya.
"Ahhkkkk lagi lagi kau sudah menodaiku pak Doni!!"
"Hahaha!" Pak Doni tertawa terbahak bahak sambik memukul pelan perutnya sendiri untuk menghentikan tawanya.
"Dengerin ya pak, aku yang manis, ganteng dan masih ting ting. Jangan sekali sekali kau mencuri pandang!" Tunjuk Axel ke arah pak Doni.
Pak Doni berhenti tertawa.
"Sedikit boleh la ya?"
"Aaaakhhhhhhh!"
Axel berteriak lagi dan berlari menuju kamar pribadinya.
"Hahahaha!"
****
Di sekolah.
Pagi ini jam mata pelajaran olah raga. Semua murid di minta berkumpul di lapangan oleh Pak Samsul.
Tetapi hanya Axel, Bryan, dan Celvin yang masih di dalam kelas karena mereka sengaja tidak membawa baju olahraga.
"Lo kenapa dari tadi diem mulu, kesambet lo?" Goda Bryan memperhatikan Celvin, duduk bengong tapi bibirnya monyong monyong.
"Gue kek nya masuk angin deh," jawab Celvin spontan.
"Hah? Lo masuk angin, kok bisa? Bukannya angin yang kerasukan sama lo, hahahaha!" Timpal Axel tertawa.
"Gue serius.." ucap Celvin.
"Xel, lo biasanya bawa minyak kayu putih, kerokin gih si Celvin." Bryan memijit pundak Celvin.
"Lo jangan kenceng kenceng, napa. Gue malu kalau kedengeran anak cewek." Sungut Axel, lalu membuka tasnya dan mengambil minyak kayu putih.
"Terus, gue kerokin pake apa?" Tanya Axel.
"Di gudang ada linggis, pake itu aja." Jawab Bryan dengan santai.
"Gila lu ya? Lo pikir badan gue batu?" Sungut Celvin.
"Nih gue punya uang 500 perak." Kata Axel, mengambil uang receh di dalam tas kecilnya. "Ayo buka baju lo."
Celvin menurut, ia membuka seragam dan kaos dalamnya. Kemudian duduk dan menundukkan kepalanya.
Srek srek srek
"Wadaaawwww!"
Celvin teriak histeris karena kesakitan, rupanya Axel lupa mengolesi minyak kayu putih.
"Hahahaha!" Bryan dan Axel tertawa terbahak bahak.
"Asem lo ya!" Rutuk Celvin.
"Udah lo diem aja." Axel mendorong kepala Celvin supaya menunduk lagi. Kemudian Axel mengolesi minyak kayu putih di punggung Celvin.
Srek srek srek
Terdengar suara gesekan di punggung Celvin. Sudah dapat tiga garis merah di punggung kanan dan kiri. Axel tidak perduli ketika Celvin melenguh kesakitan dan berteriak.
"Kalian sedang apa!
Axel dan yang lain menoleh ke arah pak Samsul yang berdiri diambang pintu kelas.
"Celvin sakit pak!" Sahut Bryan.
"Alesan!" Pak Samsul berjalan mendekati mereka lalu meminta Bryan dan yang lain untuk kumpul di lapangan.
Kali ini Pak Samsul menolak apapun alasan mereka. Akhirnya Axel dan yang lain terpaksa mengikuti guru mereka meskipun Celvin belum memakai seragamnya.
'Hahahahaha!"
Sesampainya di lapangan. Semua teman sekelasnya mentertawakan punggung Celvin.
"Lo sih, kebanyakan begadang!" Seru salah satu teman sekelasnya.
"Kalian bapak hukum!" Pak Samsul memberikan hukuman untuk Axel dan dua sahabatnya.
"Lari keliling lapangan sebanyak 20 kali, tanpa bantahan!" Perintah pak Samsul.
Axel dan Bryan saling sikut, mereka tersenyum satu sama lain. Celvin yang memperhatikan dua sahabatnya sudah mengerti, kalau mereka sudah punya ide gila.
"Ayo cepat!" Pak Samsul memberikan aba aba.
"Larii!" Bryan berlari lebih dulu, kemudian di susul Celvin dan Axel.
Pak Samsul manggut manggut, memperhatikan mereka berlari satu putaran. Di tambah tepuk tangan teman sekelas mereka yang memberikan semangat.
Namun detik berikutnya, mereka berlari menuju gerbang lalu memanjatnya. Pak Samsul langsung meniup peluit dan mengejar mereka. Namun sayang, pak Samsul kalah cepat dan mereka berhasil kabur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ayu wandira
🙁🙁🙁
2022-06-28
0
Dayu Anom mandrawati
😆😆😆😆
2022-06-19
0
Rachel
🤭🤭🤭🤭🤭
2022-06-19
0