Daftar keluhan.

Sesampainya di rumah. Semua pengawal yang menjaga rumah termasuk pak Doni, berkumpul di salah satu ruangan berukuran besar.

Wisnu berdiri di hadapan anak buahnya memegan sebuah kertas panjang yang berisi daftar keluhan dari beberapa orang mengenai kerusakan yang sudah di lakukan Axel.

Starla duduk di samping Axel, mendengarkan Wisnu membacakan isi keluhan yang sudah di tulis oleh pak Doni.

"Tidak membayar tiga mangkok bakso, ngutang di warung bu Rt. Ngerusakin motor pak Rahman. Bikin nangis anak pak Lurah. Mukulin anak kampung sebelah. Keluar masuk kelab malam, jarang pulang. Terlibat obat obatan terlarang." Wisnu masih terus membacakan beberapa daftar kesalahan yang di buat putranya.

Axel matanya melirik tajam ke arah pak Doni dan yang lain. Membuat mereka menundukkan kepala karena sudah ingkar janji untuk tutup mulut.

"Selama kami pergi, kau sama sekali tidak mengikuti aturan yang sudah kubuat." Pungkas Wisnu menatap tajam putranya.

"Kau jangan marah marah, mungkin Axel kesepian.." bela Starla.

"Kamu, diam. Jangan membelanya.' Kata Wisnu.

Starla terdiam melirik ke arah Axel. Raut wajahnya berubah masam, lalu menyandarkan tubuhnya di sofa. Wisnu kembali membacakan daftar kesalahan Axel yang lebih fatal lagi.

"Axel, mulai sekarang. Kami akan menetap di sini bersamamu."

Mendengar orang tuanya akan menetap di Indonesia. Mata axel terbuka menatap ke arah Wisnu dan Starla bergantian.

"Dad..apa kalian serius?"

Wisnu dan Starla menganggukkan kepala.

"Hhhh..." Axel mendesah kecewa.

"Doni, bawa putraku ke kamarnya." Perintah Wisnu.

"Baik tuan!" Sahut pak Doni berjalan mendekat dan meraih tangan Axel. "Tuan muda, mari.."

Axel berdiri, membiarkan pak Doni menuntunnya menuju lift.

"Zaki, Zidan, buatkan peraturan baru untuk putraku." Perintah Wisnu pada dua orang kepercayaannya.

"Baik Tuan!" Sahut mereka serempak.

"Apa tidak berlebihan? Axel masih anak anak," ucap Starla.

"Axel satu satunya putra kita. Jangan sampai jadi anak nakal, tidak disiplin dan berbuat sesuka hatinya. Apapun yang aku lakukan, semua demi kebaikannya juga." Jelas Wisnu tanpa ada bantahan lagi.

***

Sementara di tempat lain.

Berliana dan Wijaya tengah berbicara serius mengenai kelangsungan perusahaan dan hutang piutang yang melilitnya.

"Aku dengar, Wisnu dan istrinya sudah kembali ke Indonesia. Besok kita ke rumahnya, rasanya kalau putri kita di jodohkan dengan putranya cukup pantas." Kata Wijaya.

"Lalu, bagaimana dengan janji kontrak yang sudah kita sepakati? Sampai saat ini, kita belum bisa melunasi semua hutang piutang."

Berliana mengungkapkan kekhawatirannya, soal perjanjian kontrak. Andai mereka tidak mampu melunasinya, maka putri mereka terpaksa harus menjadi pelunas hutang sesuai perjanjian.

Sepengetahuan Berliana dan Wijaya. Pemilik perusahaan tambang emas yang memberikan hutang padanya, seorang pria tua yang sudah lama melajang.

"Kau jangan takut, kita punya dua putri. Kau bisa berikan Bintang pada mr x."

Wijaya menjelaskan, akal liciknya untuk menukar Friska dengan Bintang jika waktunya tiba.

"Jadi, kita tidak perlu repot repot untuk membayar hutang."

Berliana tersenyum lebar.

"Ide bagus, uang yang buat bayar hutang. Kita gunakan untuk jalan jalan ke eropa."

"Tepat sekali!" Sahut Wijaya.

"Bagaimana dengan Santi?" Tanya Berliana.

"Wanita bodoh itu tidak tahu apa apa, kau tenang saja. Jika dia berulah, tinggal lenyapkan saja."

Berliana dan Wijaya tertawa bersama lalu mereka bersulang atas kemenangan yang belum mereka capai.

Tanpa mereka sadari, Santi tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Aku harus mencegahnya, tapi bagaimana caranya?" gumamnya dalam hati.