Bagi Axel dalam ingatannya saat ini, Starla dan Wisnu adalah sosok ayah dan ibu yang menjadi panutannya. Sosok yang memberikan segalanya.
Hidup dan masa depan Axel ada di tangan kedua orang tersebut. Selebihnya, dalam ingatan Axel hanyalah mimpi buruk.
Mimpi buruk yang selalu menghantuinya dan menjadikan trauma mendalam seumur hidup.
Wajah wajah kejam yang telah merenggut kebahagiaannya, masa kecilnya. Penghinaan demi penghinaan harus ia terima dan di telannya sendirian. Menjadikan Axel lebih tertutup terhadap siapapun, termasuk Starla dan Wisnu.
Axel memandang pantulan wajahnya di cermin. Rambutnya yang sudah tertata rapi kembali di acak acak. Ia tersenyum seringai.
"Sayang, rambutnya kenapa di berantakin lagi?" Starla yang baru saja masuk ke kamar Axel lalu mengambil sisir di tangan putranya.
"Momy..." sapanya manja dan tersenyum manis.
"Kamu mau ke kantor, nggak boleh berantakan seperti ini rambutnya," ucap Starla.
Axel mengangguk, dan menurut saja saat Starla menyisir rambutnya dengan rapi.
"Nah, begini kan kamu jadi terlihat manis.' Puji Starla.
"Sekarang kamu harus sarapan," kata Starla lagi lalu menuntun Axel supaya duduk di sofa. "Aku suapin."
"Mom, aku sudah besar.." tolak Axel ketika Starla hendak menyuapi.
"Tidak, kamu masih kecil. Kau harus sarapan dulu biar nggak sakit." Starla tetap memaksa.
Axel akhirnya membuka mulutnya dan membiarkan Starla menyuapinya.
Tak lama kemudian Axel sudah selesai sarapan. Mereka berdua keluar kamar menemui Wisnu dan pak Doni.
Wisnu tersenyum saat melihat Axel sudah rapi dengan setelan jasnya.
"Hari ini adalah pertemuan penting mengenai pesta tender. Aku harap, kamu tidak membuat kekacauan." Jelas Wisnu pada Axel. "Untuk meng-antisipasi sesuatu yang tidak di inginkan. Maka aku sudah memerintahkan anak buahku untuk menjaga ketat kamu, sayang."
Axel mengangguk cepat.
"Iya dad, jangan khawatir. Aku bisa di andalkan."
Wisnu tersenyum lebar.
"Wah, ini yang mau aku dengar dari kamu, sayang. Aku percaya, sekarang juga kau berangkat."
Pak Doni mempersilahkan Axel untuk berjalan lebih dulu.
"Tuan muda, silahkan."
"Mom, Dad, aku pergi dulu." Kata Axel.
"Iya sayang, jadi anak yang baik. Aku sayang kamu." Starla mencium kening Axel sekilas.
Axel tersenyum manis pada Starla, lalu memanyunkan bibirnya pada Wisnu. Setelah itu ia beranjak pergi bersama pak Doni.
"Aku di manyunin, kamu di kasih senyuman. Kenapa tu anak?" Gerutu Wisnu.
"Ah, sudah biasa kan? Dia masih anak anak." Jawab Starla tersenyum. "Ayo sarapan."
Wisnu mengangguk.
"Ya."
***
Di perjalanan ke kantor, diam diam Axel menghubungi Bryan dan Celvin lewat pesan singkat untuk menyusul ke kantornya secepatnya. Setelah itu ia kembali duduk dengan tenang.
Sesampainya di depan gedung. Salah satu pengawal membukakan pintu mobil untuk Axel.
Axel keluar dari dalam mobil. Ia terkejut melihat pengawalan yang begitu ketat untuk dirinya. Ternyata apa yang di katakan Wisnu tidak main main.
"Tuan muda silahkan." Pak Doni mempersilahkan Axel berjalan lebih dulu. Tak ingin kecolongan lagi, Axel di jaga para bodyguard dari berbagai sisi.
"Huff..bagaimana ini.." batin Axel melirik kiri dan kanan mencari celah.
Pak Doni terus memperhatikan Axel dengan waspada. Di depan pintu utama, security membukakan pintu untuk Axel. Para pekerja menyambut kedatangan Axel. Untuk pertama kalinya mereka melihat pemimpin perusahaan datang ke kantor.
Selama ini mereka pikir, pemilik perusahaan seseorang yang sudah paruh baya.
"Selamat pagi pak," sapa Revan membungkukkan badannya sesaat.
Axel mengangguk, dan melanjutkan langkahnya sambil mendengarkan Revan yang terus berbicara mengenai perusahaan. Namun Axel sama sekali tidak mendengarkan, ia berpikir keras bagaimana caranya mencari celah untuk kabur.
Langkah Axel terhenti tepat di depan seorang pria tinggi besar dan seorang wanita, menyapanya.
"Senang bertemu dengan anda, tuan Axel." Sapa Edwar, salah satu pemimpin perusahaan yang ikut dalam acara pesta tender.
Axel mengangguk dan menjabat erat tangan Edwar. Revan memperkenalkan pada Axel siapa Edwar. Di saat mereka sibuk saling mengenalkan diri sambil berjalan, Axel ikut menimpali dan berbasa basi mengenalkan diri. Ketika yang lain lengah mendengarkan percakapan. Axel melihat lorong menuju pintu utama.
Dengan perhitungan matang, Axel berlari menuju lorong. Salah satu bodyguard yang melihatnya langsung mengejar dan menghubungi pengawal lainnya untuk mencegah Axel.
"Aku bebas!" Seru Axel terus berlari, namun langkahnya terhenti di tengah lorong. Melihat tiga pengawal sedang berlari mendekat.
Axel menoleh ke belakang, pak Doni dan yang lain juga tengah mendekat. Axel memutar arah menuju tangga darurat di ikuti pengawal dan pak Doni.
Di lantai dua, Axel terjebak di kedua sisi. Ia sudah di kepung oleh pengawalnya sendiri.
"Tuan muda, ayo kembali." Kata pak Doni.
Namun Axel tidak menggubrisnya.
"Seru nih." Gumamnya tersenyum berhasil mempermainkan anak buah papa nya.
Axel kembali memutar arah lalu menuruni anak tangga.
"Ayo kejar!" Perintah pak Doni.
Axel berhasil membuat kegaduhan di kantornya sendiri. Para pengawal yang mengejarnya lari ke sana kemari tapi tak satupun yang berhasil.
Axel berhasil melewati penjaganya hingga sampai di pintu gerbang. Bryan dan Celvin sudah menunggunya di dalam mobil.
"Pak Doni, tuan muda berhasil kabur." Salah satu pengawal melaporkan kepada pak Doni yang baru sampai di halaman gedung.
Pak Doni menghela napas panjang.
"Beritahu tuan besar." Perintah pak doni.
"Baik!" Sahutnya.
Sementara Axel yang sudah bersama di dalam mobil milik Bryan. Mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana jeans.
"Bisa bisanya lo kabur di saat saat penting." Kata Celvin menatap ke arah Axel.
"Jangan banyak tanya, ayo kita jalan jalan!" Perintah Axel.
"Sip, kita ke tempat biasa," timpal Bryan.
Bryan melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Namun tepat di jalan kawasan, mobilnya di hadang beberapa mobil berwarna hitam.
Bryan berhenti mendadak tepat di depan mobil yang menghadangnya. Mulutnya menganga melihat beberapa pria keluar dari dalam mobil.
"Xel, anak buah bokap lo." Kata Celvin.
"Buka pintunya!" Salah satu pria menggedor kaca jendela mobil Bryan.
"Ck!" Axek berdecak kesal. "Sekarang aku tidak dapat leluasa untuk pergi."
Axel membuka pintu mobil, lalu ia keluar dari dalam mobil menemui mereka.
"Tuan besar meminta anda, pulang." Kata salah satu pria tersebut.
Axel mengikuti mereka masuk ke dalam mobil. Sementara Bryan dan Celvin hanya bisa memperhatikan dari dalam mobil.
"Terus, kita sekarang harus gimana?" Tanya Bryan.
"Cabut kuy, ke tempat biasa." Kata Celvin.
Bryan mengangguk, tanpa adanya Axel pun. Mereka tetap pergi ke tempat tongkrongan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Maia Kurniawan
lanjut.
2022-07-03
0
Indira 17
lanjut
2022-06-28
0
oci paramita
😄😄😄
2022-06-28
0