Masing-masing peserta memilih puncak tempat dimana mereka tinggal dan dibawah siapa mereka belajar. Huo Ling Er memilih puncak persik dibawah bimbingan tetua Fu Jiang Ming. Bai Yu Ming memilih puncak awan hujan dibawah bimbingan tetua Shen Gu Jing. Li Mu Jin memilih puncak bintang malam dibawah bimbingan tetua Hong Shi Tu.
"Apakah puncak emas putih tidak mengambil murid lagi? " tanya tetua ke 7.
"Puncak emas putih menutup diri, hanya kakak Lou Shi sebagai satu-satunya murid ayahanda," jawab Xin Yu.
Semua berbisik-bisik mengenai surga mencintai Lou Shi. Jika ketua sekte tidak menerima murid lagi, maka kemungkinan besar Lou Shi akan menjadi ketua sekte selanjutnya.
"Guru memberitahu murid bahwa beliau tidak menerima murid lagi di masa depan, " ucap Lou Shi.
"Sampaikan salamku pada ketua sekte, " ucap tetua ke 7.
Mereka menganggukkan kepalanya.
"Sebenarnya aku ingin Lin Huang tinggal di puncak emas putih sehingga ku punya teman, namun disana tidak bagus untuk perkembangannya meskipun melimpahnya sumber daya, " batin Lou Shi.
Tetua ke 7 menghampiri Lin Huang menanyakan dimana ia akan tinggal.
"Perkenalkan, namaku Zhu Ying Yun bisa dipanggil tetua Yun atau Yin. Aku ingin bertanya, dimana kau akan tinggal, " ucap tetua ke 7.
"Salam hormat tetua, hamba bimbang memilih, " jawab Lin Huang.
Semua murid telah dibawa oleh masing-masing utusan puncak menuju tempat tinggal mereka. Hanya tersisa Lin Huang saja disana.
"Kau akan dibawah bimbinganku, sebenarnya kau cocok tinggal di puncak emas putih. Namun puncak emas putih menutup murid baru, " ucap tetua ke 7.
"Murid mematuhi guru, " jawab Lin Huang.
"Kau akan tinggal di puncak dunia tertinggi dibawah bimbinganku Zhu Ying Yun, " jawab tetua ke 7 membawa Lin Huang menuju puncaknya.
"Tunggu! " ucap Kaisar Wu.
Plakat perak hitam melayang dari tangan Kaisar Wu menuju Lin Huang. Ukiran naga melingkari takhta tercetak rapi.
"Plakat perak hitam aku anugerahkan kepadamu," ucap Kaisar Wu.
"Berkah Yang Mulia, hamba terima, " jawab Lin Huang.
Tetua ke 7 melihat Kaisar Wu dan menundukkan kepalanya. Lin Huang dibawa pergi oleh tetua ke 7 menuju puncak dunia tertinggi. Putri Hua Lin menatap kepergian Lou Shi dan Xin Yu.
"Ibu suri, apakah anda akan bertindak kembali? " tanya Putri Hua Lin.
Permaisuri Wu melihat Lou Shi dan Xin Yu kemudian tersenyum.
"Ombak badai menerjang daratan, makhluk hidup mati ribuan, " ucap Permaisuri.
"Kabut hitam menutupi Wu Qu, sungai darah mengalir penuh. Nyawa melayang bagaikan abu, kekuasaan ditangan Wu selalu," ucap Kaisar Wu bersama dengan Putri Hua Lin.
"Xin Tong, aku ingin lihat. Apakah keturunanmu akan selalu patuh kepadaku, " batin Permaisuri Wu.
"Jin Yu Mei... " gumam Permaisuri.
Kaisar Wu terkenal akan kemurahan hatinya, tidak suka dalam keadaan formal ketika diluar istana. Para tetua puncak sebenarnya masih berada di tempatnya, hanya tetua ke 7 yang memiliki konfrontasi kepada keluarga Kekaisaran meskipun dalam diam.
Keluarga Kekaisaran kembali ke Kerajaan, Putri Hua Lin tidak berniat datang ke puncak emas putih.
Lin Huang sampai di puncak dunia tertinggi bersama dengan tetua ke 7. Tempat yang memiliki sumber daya melimpah di sekte mulia salah satu tiga puncak tertinggi setelah puncak emas putih. Semua peserta tidak ingin memilih puncak dunia tertinggi meskipun memiliki sumber daya melimpah karena tahu konfrontasi tetua ke 7 dengan keluarga Kekaisaran yang telah menjadi rumor dikalangan bangsawan.
"Kau bisa mengakses seluruh sumber daya di puncak dunia tertinggi. Aku tidak menerima murid selama ratusan tahun sehingga puncak lebih sepi dari biasanya, " ucap tetua ke 7.
"Murid berterima kasih kepada guru, " ucap Lin Huang.
Puncak dunia tertinggi memiliki formasi besar yang menarik sejumlah energi langit dan bumi sehingga puncak dunia tertinggi memiliki qi tebal dibandingkan lainnya. Danau indah dengan sepasang angsa putih yang menjaganya, kolam ikan koi mengelilingi setiap kediaman melambangkan panjang umur.
"Ada beberapa tempat istimewa disini, untuk berkultivasi. Goa satu cahaya tempat dimana energi qi paling tebal disini, " ucap tetua ke 7 memberikan plakat kepada Lin Huang.
Roh pelayan tiba-tiba muncul. Tetua ke 7 mengatakan bahwa roh tersebut yang akan melayani Lin Huang sepenuh hati tanpa khawatir akan dikhianati.
Pavilun bernuansa hijau dengan pohon besar di depannya menjadi tempat tinggal Lin Huang sekarang. Roh pelayan membersihkan sampah daun hingga debu dengan tiupannya.
Pintu kayu terbuka dengan dorongan tangan Lin Huang. Lukisan mural naga melingkari gunung menjadi pemandangan indah di dalam ruangan.
"Aku beristirahat, kau bisa pergi, " ucap Lin Huang.
Roh pelayan menghilang meninggalkan Lin Huang. Aroma obat semerbak di dalam kamar, dupa penenang terbaik di pasang.
"Terlalu mewah, " ucap Lin Huang.
Lou Shi dengan Xin Yu telah kembali ke puncak emas putih. Lou Shi melaporkan pertandingan hebat yang dilakukan oleh Lin Huang.
"Berikan hadiah kepadanya, dia berbakat, " ucap ketua sekte memerintahkan Lou Shi mengirimkan hadiah ke puncak dunia tertinggi.
Ketua sekte berdiri dari duduknya melewati Lou Shi sembari mengatakan sesuatu.
"Waktumu tidak banyak, " ucap Ketua sekte.
Hadiah mengalir deras ke puncak dunia tertinggi yang tak terhitung jumlahnya. Ketua sekte memandang tetua ke 7 sangat tinggi akhirnya menerima murid setelah ratusan tahun.
"Guru, dari hari sebelumnya hadiah berdatangan membuat murid ini sedikit khawatir, " ucap Lin Huang.
"Tak masalah, kau tak perlu khawatir. Jika aku ingin, aku pasti telah menjadi Ketua Sekte beda marga dari Sekte Mulia, " ucap Tetua ke 7.
Tetua ke 7 memberikan sejumlah buku kepada Lin Huang. Buku-buku yang cocok dengan karakteristik Lin Huang dengan pemahaman jiwa yang kuat. Buku penempaan jiwa suci, pengumpulan energi langit dan bumi hingga penyerangan jiwa iblis.
"Terimakasih atas kemurahan hati guru, " ucap Lin Huang.
Tetua ke 7 meninggalkan Lin Huang setelah memberikan beberapa pengarahan dalam mempelajari buku-buku tersebut.
"Buku tingkat duniawi, " ucap Lin Huang senang.
Puncak duniawi benar-benar memiliki harta yang melimpah. Lin Huang membuka satu persatu lembar kertas membaca dari waktu ke waktu.
Tetua ke 7 menyalakan dupa memberikan penghormatan penuh kepada batu nisan di depannya.
"Yang Mulia, hamba menemukan murid berbakat. Hamba akan membalaskan dendam atas ketidakadilan yang anda alami, " ucap tetua ke 7.
Tetua ke 7 duduk diruangannya menghadap ke selatan melihat pemandangan melalui jendela lebar yang dia buat secara khusus.
"Aku menyesal pada saat itu, " gumam tetua ke 7.
Lin Huang mempelajari buku penempaan jiwa suci dan mempraktekkannya namun beberapa kali gagal.
"Apa yang salah? " pikir Lin Huang.
"Penempaan? "
Tersadar akan kesalahan, ia lantas membuka buku pengumpulan energi langit dan bumi. Kesalahannya adalah mempelajari sesuatu secara acak dan tidak berurutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments