Bagian 18

Di universitas garuda. Pagi itu, universitas itu kedatangan siswi pindahan dari kota sebelah. Gadis cantik dengan pakaian tertutup dan pasmina hitam yang melekat di kepalanya.

“Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Diandini, saya pindahan dari Kota C.” Gadis cantik itu memperkenalkan dirinya kepada seluruh siswa siswi yang berada di ruangan 5. Yaitu ruangan kelas Ibra.

“Dia sudah tiba!” Cempaka yang berada di samping Ibra, menatap tajam pada gadis cantik yang mengenakan pasmina hitam itu. Hanya Ibra yang dapat melihat sosok Cempaka di dalam sana.

“Kau tidak akan bisa menyentuhnya, aku yakin!” ujar Ibra, membuat Cempaka menjadi kesal.

“Gak percaya, coba aja.” Guman Ibra.

Swoss... Cempaka melayang mendekati gadis yang bernama Diandini itu. Tampak, Diandini mengusap tengkuk lehernya.

“Pergilah menjauh, jangan ganggu aku,” batin Diandini. Gadis itu pun membaca doa dalam hati, hingga membuat Cempaka yang ingin menyentuhnya segera menyingkir.

Cempaka kembali pada Ibra. “Bagaimana?” tanya Ibra dengan senyum mengejek.

“Aneh sekali, jika aku tidak dapat menyentuhnya. Bagaimana aku akan bisa menghabisinya seperti putri Herman,” kata Cempaka.

“Memangnya kau tau, dia itu siapa? Memang sudah yakin kalau dia salah satu dari anak pembunuh mu?” tanya Ibra.

“Dia adalah anak dari Darto, aku yakin. Aku tidak akan salah seperti aku mengenali Radit dan Lidia,”

“Aku beritahu, meskipun ayah nya seorang pembunuh. Anak nya belum tentu mengikuti jejak ayahnya, lihat saja gadis itu!” tunjuk Ibra. “Dia begitu cantik dengan hijap di kepalanya.”

Karena tidak bisa berbuat apa-apa, maka Cempaka melayang pergi. Ia segera menuju ruangan Radit dan merubah wujudnya.

Radit yang melihat Cempaka, menjadi mengalihkan pandangannya. Pemuda itu pura-pura tidak melihat kehadiran Cempaka.

“Radit!” panggil Cempaka dengan wujudnya seperti manusia.

Radit hanya diam, dan pura-pura fokus membaca buku yang ada di tangannya.

“Radit, di panggil Cempaka tuh!” Toni menyentuh bahu Radit.

“Mana? Mana? Aku gak liat!” celetuk Radit sembari menoleh kesana kemari. Jujur saja, setelah mengetahui jika Cempaka adalah Arwah gentayangan. Rasa takut pada dirinya sering timbul.

“Da-da-dasar gi-gi-gila! O-o-orang di de-de-depan mata gak di liat.” Farhan ikut angkat bicara.

Mereka semua menjadi berkumpul, karena belum ada dosen yang masuk kedalam kelas mereka. Saat ini, ke empat sahabat itu sedang duduk di dekat Cempaka.

Farhan, Toni dan Sarah membully Radit yang sedang berperilaku aneh menurut mereka.

Karena kesal pada teman-temannya, Radit pun mengusir Cempaka dari kelas itu.

“Aihh.. Cempaka, sana kamu pergi susulin Ibra. Dia lebih paham kalo ngomong sama mahluk kayak kamu!” usir Radit.

“Tapi aku maunya sama kamu,” kata Cempaka dengan nada dingin.

“Ahek.. Rupanya Radit cemburu sama Ibra anak ruangan 5,” ledek Sarah.

“Apaan sih!” protes Radit.

Jony yang sendirian di kursinya, segera mendekat pada Radit dan kawan-kawannya.

“Hai! Aku boleh gabung gak?”

“Boleh, nih duduk sini!” Radit menarik tangan Jony dan mendekatkan nya pada Cempaka.

“Radit, kok kamu aneh banget sih!” ujar Toni.

Cempaka melirik Jony yang ada di sampingnya, “Sebentar lagi, aku akan membuatmu merasakan kematian yang begitu menyakitkan.”

“Aku balik aja deh, aku mau ngerjain tugas ku,” ucap Cempaka. Sosok itu segera berjalan meninggalkan semua orang yang ada di ruangan kelas nomer 3 itu.

“Dit, dia ngambek tuh!” ujar Sarah.

“Hantu mana bisa ngambek!” celetuk Radit tanpa sadar.

“Hantu! Hantu apaan?” pekik Toni dan Sarah bersamaan.

Sedangkan Farhan bertanya juga, tapi terlambat karena kegagapannya.

“Ha-ha-hantu! Ha-ha-hantu apaan?”

“Bwahahaa!” Toni dan Sarah tertawa bersama.

Sedangkan Jony, pemuda itu hanya diam. Ia beranggapan bahwa Radit, Sarah, Toni dan Farhan adalah anak-anak yang aneh dan somplak. Begitu menurutnya.

.

.

.

Sepulang kuliah, lagi-lagi Radit meminta teman-temannya pulang duluan. Membuat teman-temannya semakin merasa heran. Jadi, mereka bertiga berniat untuk membuntuti Radit.

“Dit, gimana? Apa kata papamu?” tanya Ibra. Kini, kedua pemuda itu dan satu sosok bayangan hitam. Sudah berada di lorong utara yang gelap dan sepi itu.

Radit melirik sosok Cempaka yang ada di sampingnya. Entah kenapa? Sosok itu lebih senang berdekatan dengannya dari pada Ibra.

“Cempaka, kamu pergi sana!” usir Radit.

“Kenapa?” tanya Cempaka dingin.

“Aku udah tau, kalau kamu itu bukan manusia. Jadi jangan dekat-dekat!”

“Ya udah, sana kamu pergi dulu Cempaka. Aku juga mau ngomong penting sama Radit,” kata Ibra. “Awas ya, kalau kamu ngintip ataupun nguping. Aku sama Radit, gak akan mau bantuin kamu!” ancam Ibra.

Jadi, mau tidak mau dan rela tidak rela. Cempaka pun melayang pergi dari lorong itu.

“Setan..!” teriak Sarah yang bersembunyi bersama Farhan dan Toni.

Ibra dan Radit memandang ke arah sumber suara. Mereka berdua begitu terkejut saat melihat ada Sarah, Toni dan Farhan.

Terpopuler

Comments

Dtyas Aldric

Dtyas Aldric

yah 😱😱😱
terbongkar dech persembunyian x

2023-08-18

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓭𝓪𝓼𝓪𝓻 𝔂𝓪🤭🤭🤭🤭🤭

2022-10-14

0

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

Nah lhooo saeah kpok lihat setan y

2022-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!