Bagian 7

Saat ini, Radit, Sarah, Lidia, Farhan dan Toni sedang nongkrong di warung makan yang berada di pinggir jalan.

Saat mereka sedang asik makan dan bercanda ria. Tiba-tiba ada sepeda motor yang melaju dengan cepat, bertepatan dengan itu. Ada seorang nenek-nenek yang hendak melintas.

“Awas, Nek!” teriak Radit sembari berlari dan menarik nenek tua itu kembali ke pinggiran jalan.

“Dasar setan nyata!” teriak Toni. “Pengendara Arogant, setan!”

“Gi-gi-gila! U-u-untung Ne-ne-nenek nya gak apa-apa!” ujar Farhan. “Ka-ka-kalo ke-ke-ketabrak, u-u-udah pa-pa-pasti mati.”

“Nenek gak apa-apa?” tanya Radit sembari menuntun nenek tua itu kembali ke warung makan.

“Gak apa-apa, Cu,” jawab Nenek tua itu. “Makasih ya. Udah bantuin nenek!”

Nenek tua itu menatap Lidia dan Sarah bergantian. Lalu, tiba-tiba nenek itu menunjuk wajah Lidia. “Hati-hati! Ada Aura buruk yang mengikutimu!”

Terkejutlah Radit, Toni, Sarah dan Farhan. Tapi, Lidia malah melotot tajam kepada Nenek itu. “Ini nenek gak waras deh, kayaknya!” cetus Lidia.

“Lidia!” tegur Sarah. Ia sedikit tidak suka dengan sikap dan sifat sahabatnya itu. Tidak bisa berbicara sopan kepada orang yang lebih tua.

“Nenek hanya mengingatkan, berhati-hatilah. Perbanyak berdoa, agar aura jahat itu tidak bisa menggangumu!” ujar Nenek tua itu.

“Nenek-nenek tau apa? Tadi aja udah mati kalo gak cepet di tolongin teman saya!” lagi, Lidia berbicara seenaknya kepada Nenek itu. Tidak perduli jika yang ada dihapannya adalah orang yang lebih tua.

“Lidia! Kamu gak boleh ngomong kaya gitu, meski kamu gak percaya sama perkataan Nenek ini. Kamu juga gak seharunya ngomong kaya gitu, hormati dia. Dia orang tua!” Radit memarahi Lidia.

“Be-be-betul! Ha-ha-harus sopan!” tambah Farhan.

“Diem lu gagap!” sahut Lidia dengan ketus.

“Lidia, lu keterlaluan ya lama-lama. Ngelunjak lu!” Toni menujuk wajah Lidia dengan jari telunjuknya. Sarah pun ikut kesal pada Lidia.

“Sekali lagi, terimakasih ya, Cu. Sudah mau menolong nenek. Semoga kalian di beri tuhan keselamatan!” saat tepat di kata keselamatan, Nenek itu melirik pada Lidia yang seolah biasa saja setelah dimarahi oleh teman-temannya. “Nenek pamit!”

Belum lagi, Radit, Toni, Sarah dan Farhan menjawab perkataan Nenek itu. Nenek itu sudah menghilang entah kemana.

“Ehh.. Neneknya hilang!” ujar Toni.

“Kemana Nenek itu? Kok cepet banget ilangnya?” heran Sarah.

“Ma-ma-manusia bu-bu-bukan sih!”

“Udah gak usah ribut, yang pasti kita harus hati-hati. Meski sebenernya takhayul percaya ama begituan, tapi gak ada salahnya kita dengerin perkataan nenek itu tadi. Karena mahluk ghaib itu memang ada meskipun gak nyata dan nampak seperti kita,” kata Radit kepada keempat temannya itu. “Kalo kita ngadepin sesama manusia mah enak, paling baku hantam, adu jotos. Lah kalo mahluk takasat mata, kan sulit. Makanya kita harus banyak-banyak ibadah!”

Toni, Sarah dan Farhan mengangguk, setuju dengan perkataan Radit. Tapi, tidak dengan Lidia. Tampaknya gadis tomboy dengan rambut sebahu itu, memang keras kepala.

.

.

.

Beberapa hari kemudian, datang anak pindahan dari kota sebelah di Universitas Garuda itu.

Siswa baru itu adalah seorang pria tampan, dan ternyata dia adalah anak dari kepala pengurus Universitas Garuda itu.

Dengan percaya dirinya, Siswa baru itu mengenalkan dirinya kepada seluruh siswa siswi yang ada di kelas itu.

Setelah memperkenalkan diri. Siswa itu di minta duduk oleh Dosen di kursi yang ada di sebelah Sarah. Siswa yang ternyata bernama Jony itu, tersenyum lebar pada Sarah. Tapi, Sarah hanya menanggapi dengan senyuman masam.

Sarah tidak suka, dengan gampang Jony yang terkesan nakal dan mata keranjang.

“Kenapa sih, dia mesti duduk disini!” gerutu Sarah. Ia menolehkan kepalanya pada Toni yang duduk di kursi dibelakangnya.

Toni menaikan alisnya, dan Sarah menujuk kearah Jony yang duduk di sampingnya.

“Hey, boleh pinjam buku kamu?” tanya Jony sok akrab.

Tanpa menjawab perkataan Jony, Sarah memberikan buku catatannya. Dengan senang hati, Jony menerima buku catatan itu.

“Boleh juga nih cewek, gue suka yang modelnya jutek, malu-malu tapi sebenarnya mau!” batin Jony sambil melirik pada Sarah yang sedang sibuk dengan buku pelajarannya.

Tampa ada yang tahu, bahwa sosok cantik yang selalu mengikuti Radit dan teman-temannya itu. Sedang berdiri di sudut ruangan kelas itu.

“Sudah datang sendirinya satu-persatu! Aku tinggal menunggu saatnya tiba, saja.” Tatapan dingin itu, ia tunjukan pada Siswa pindahan dari kota sebelah itu.

BERSAMBUNG!

.

.

.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓛𝓲𝓭𝔂𝓪 𝓶𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓭𝓲 𝓽𝓪𝓶𝓹𝓸𝓵 𝓷𝓲𝓱😤😤😤😤

2022-10-14

0

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

Ada,apa dengan Jony y...kok kesanmya Cempaka inhin balas dendam tapi tidak pada tempatnya

2022-07-16

3

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

Lidia keras kepala banget y, g sopan banget lama"

2022-07-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!