Bagian 4

“Radit, kamu ngapain di sini sendirian?” tanya Sarah yang baru saja memasuki perpustakaan itu. Di belakangnya ada Lidia dan Farhan juga Toni.

“Lagi nyari buku, kebetulan aku ketemu sama cewek yang semalam,” kata Radit.

“Mana orangnya?” tanya Sarah.

“I-i-iya, ma-ma-mana orangnya?” Farhan ikut bertanya.

“Lagi nyari buku ke sebelah sana!” Tunjuk Radit ke pojokan rak buku. “Tunggu di sini, aku mau nyusulin dia.”. Radit menyusul Cempaka yang sedang memilih buku di rak perpustakaan itu.

“Cempaka!” panggil Radit. Cempaka menoleh kearah sumber suara Radit.

“Kenalan sama teman-temanku, yuk! Kamu tenang aja, mereka orang baik kok!” ujar Radit. Cempaka mengangguk sembari tersenyum samar.

Radit pun menggandeng tangan Cempaka berjalan ke arah teman-temannya.

“Kenalin, ini yang namanya Cempaka!” dengan bangga, Radit mengenalkan cempaka kepada keempat temannya.

“Ke-ke-kenalin, na-na-nama aku Fa-fa-farhan!” Farhan yang gagap mengulurkan tangannya lebih dulu kepada Cempaka.

“Cempaka!” balas Cempaka dengan suara datar.

“Gi-gi-“

“Gimana?” terka Lidia memotong perkataan Farhan.

“Bu-bu-bukan, bu-bu-bukan gimana, ta-ta-pi gila tangannya dingin banget!” jelas Farhan. Ia berbicara dengan cepat setelah Sarah menepuk punggungnya.

“Hahaha, kirain gimana kalo kita jadian!” Lidia tertawa terbahak-bahak.

“Dih! Ka-ka-kata Ibuku, ga-ga-gak bo-bo-boleh pacaran dulu,” kata Farhan dengan susah payah.

Setelah Farhan, Sarah, Toni dan Lidia bergantian bersalaman dengan Cempaka.

“Senang berkenalan sama kamu!” ujar Sarah. Gadis itu lebih ramah dari Lidia. Lidia yang tomboy, sepertinya tidak begitu menyukai keberadaan Cempaka di samping Radit.

“Kita keluar, yuk. Cari cemilan!” ujar Lidia.

“Kalian aja, ya. Aku mau nemenin Cempaka nyari buku, lagian dia gak suka keramaian!” ujar Radit cepat. Membuat Lidia semakin tidak suka pada Cempaka.

“Oke, deh! Nanti kita balik lagi kesini,” kata Toni. Akhirnya keempat teman Radit, keluar dari perpustakaan itu.

Cempaka memandang kepergian Lidia dengan tatapan tajam. Matanya berubah merah, seperti api.

“Kau tidak menyukaiku. Jadi, jangan salahkan aku!”

“Kok, Cempaka keliatan gak sehat ya?” Sarah berbicara pada Toni, Lidia dan Farhan.

“A-a-aku ju-ju-juga mikirnya begitu!” ujar Farhan. Ia akan berbicara cepat jika punggungnya di tepuk. Kali ini, Toni lah yang menepuk punggungnya.

“Tangannya dingin banget, mukanya juga pucat,” kata Sarah.

“Peduli banget sih. Baru juga kenal!” sahut Lidia, ia menujukan ketidak sukaannya pada Cempaka.

“Kamu gak boleh gitu, gimana juga dia temannya Radit. Berati teman kita juga,” kata Toni. “Iya, gak. Far, Sar?”

“Iya,” jawab Sarah.

“Be-be-betul!” sahut Farhan juga.

.

.

.

Malam harinya, di Kampus Garuda itu.

“Pelan-pelan, Beb. Kalau ada orang yang datang, gimana?” bisik seorang mahasiswi pada kekasihnya.

Kedua orang itu nampak sedang bercinta, mereka masih mengenakan pakaian meski sudah tidak lengkap.

“Pelan sedikit,” bisik mahasiswi.

“Ini udah pelan, yank. Bentar lagi juga keluar!” balas kekasih mahasiswi itu sambil terus memompa tubuh kekasihnya itu.

Brak!

Tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh di dekat sepasang kekasih ilegal itu. Kedua orang yang sedang memadu kasih itu terkejut.

“Beb, ada orang,” bisik mahasiswi.

“Kamu tahan dulu, biar aku cek!” kekasih mahasiswi itu bangkit lalu membenarkan celananya. Ia berjalan ke arah sumber suara.

Mahasiswa itu terkejut saat melihat sesosok putih berambut panjang sepunggung sedang menatapnya.

“Si-si-siapa kamu?” tunjuk mahasiswa itu.

“Malaikat yang akan menjemput ajalmu dan juga wanita itu!” sosok itu menujuk ke arah mahasiswi yang sedang berbaring di atas meja yang ada di ruangan itu. Setelah itu, sosok itu tertawa nyaring. “Hihihihihihi!”

“Ka-ka-kamu se-se-setan!” teriak mahasiswa itu panik. Ia berniat kabur, tapi sosok putih itu mengangkat tangan kanannya.

“Tolong!” teriak mahasiswa itu, saat tubuhnya melayang di udara.

“Beb, kamu kenapa? Siapa yang datang?” tanya mahasiswi yang berbaring di atas meja itu. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi pada kekasihnya, karena ruangan itu cukup gelap.

Brak! Tubuh mahasiswa itu terhempas ke meja kaca yang ada di ruangan itu. Seketika tubuh mahasiswa itu di penuhi luka dan juga darah.

“To-lo-ng!” teriak mahasiswa itu dengan suara yang putus-putus. Tapi bukan gagap seperti saat dia ketakutan di awal.

Sosok putih itu, mendekat dan mencekik leher mahasiswa itu hingga mati. Setelah itu, ia mendatangi mahasiswi yang tertinggal.

“Beb, kamu gak apa-apa? Siapa yang datang?” tanya mahasiswi itu pada sosok yang baru saja mendekatinya. Ia kira, yang datang adalah kekasihnya.

“Aku yang datang!” suara sosok itu, membuat bulu kudu si mahasiswi seketika merinding.

“Siapa kamu?” tanya mahasiswi itu di dalam kegelapan malam.

“Pasangan seperti kalian pantas mati!” tanpa aba-aba, sosok itu mengangkat tangannya. Hingga, lampu hias yang ada di plafon atap ruangan itu bergerak.

Mahasiswi itu ketakutan, tapi ketakutan itu tidak lama. Karena setelah itu, sosok putih itu menjatuhkan lampu hias itu ke atas tubuh mahasiswi itu. Hingga akhirnya, mahasiswi itu tewas dengan perut yang tertancap pecahan lampu, bahkan gadis itu mati dengan keadaan busana yang tidak lengkap.

BERSAMBUNG!

Terpopuler

Comments

Qillah julyan

Qillah julyan

namanya juga fiksi yaa..suka2 yg nulis..😅..

2023-08-11

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓼𝓮𝓻𝓮𝓶 𝓫𝓪𝓷𝓰𝓮𝓽 𝓼𝓾𝓶𝓹𝓪𝓱😱😱😱😱😱😱

2022-10-14

0

Siti Dewi Mutmainah

Siti Dewi Mutmainah

LG enak,, di bunuh

2022-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!