Bagian 8

Siang itu, Radit sedang duduk di sebuah kursi yang ada di belakang kampus. Tampaknya dia sedang bersama Cempaka.

“Cempaka, rumah kamu dimana sih?” tanya Radit dengan serius. Jujur, ia sangat penasaran dengan asal usul gadis itu. Pasalnya, saat pagi-pagi sekali, ia pasti sudah ada di kampus itu.

“Gak jauh dari sini!” jawab Cempaka dengan lugas.

“Pantes aja, tiap pagi, kamu pasti udah ada di sini,” kata Radit. Pemuda itu tampak menganggukkan kepalanya.

“Boleh gak, kalo aku main ke rumah kamu?”

“Gak boleh, nanti kamu menyesal!” ujar Cempaka sambil menatap kedua mata Radit.

“Kok gitu? Aku kan gak macam-macam. Lagian, kita teman kan?” Radit heran, is tidak mengerti mengapa Cempaka tidak memperbolehkan dirinya untuk main ke rumah nya.

“Belum saatnya, Radit. Suatu saat, kamu pasti bakal tau!” tangan Cempaka yang dingin menyentuh pundak Radit.

“Ya udah deh,” kata Radit. “Oiya, kamu pakek parfum apa? Kok kalo aku abis megang tangan kamu, bau parfum kamu gak hilang sampai dua hari?” tanya Radit. Ia juga begitu penasaran dengan aroma tubuh Cempaka yang identik dengan bunga melati itu. Bahkan aroma itu akan melekat di tubuh Radit selama dua hari.

“Aku gak pakek parfum, cuma bawa ini!” Cempaka membuka telapak tangannya. Di dalam genggaman itu ada bunga melati.

Radit terkejut, entah sejak kapan Cempaka menggenggam bunga melati. Karena sebelumnya, Radit sempat menggenggam telapak tangan Cempaka yang kosong. Tapi, saat ini ia malah menggenggam banyak melati di dalam tangannya.

“Sejak kapan kamu menggenggam bunga itu?” tanya Radit dengan tatapan menyelidik.

“Sejak tadi!” sahut Cempaka.

“Perasaan tadi, kosong?” heran Radit.

“Tadi memang kosong, tapi aku ambil dari sini!” Cempaka memperlihatkan isi tas nya. Ia selalu berbicara dengan nada dingin, bahkan tidak pernah sekalipun perkataan yang keluar dari bibir Cempaka mengandung irama ataupun nada seperti orang pada umumnya.

Cempaka tersenyum samar, ia tau isi hati pemuda yang ada di hadapannya. Heran, takut dan penasaran menjadi satu.

.

.

.

Sore harinya, masih di kampus Garuda.

Bruk! Jony menyenggol lengan seseorang. Membuat orang itu jatuh dan terduduk di lantai.

“Kalau jalan pakek mata!” bentak Jony tanpa melihat sosok yang ia tabrak.

Sosok yang di tabrak hanya menatap sekilas. Karena sosok yang di tabrak Jony tidak bergeming, Jony pun melihat sosok yang sedang terduduk itu.

Matanya membulat sempurna, mulutnya pun terbuka lebar. “Cantik nya..!” Jony segera mengulurkan tangan nya kepada sosok itu, yang tak lain adalah Cempaka.

Tapi, Cempaka tidak membalas uluran tangan itu. Ia segera bangkit dan berlari menuju ruangan kelas no 5.

Jony yang penasaran segera mengejarnya. Cempaka lebih dulu sampai dan masuk kedalam ruangan itu. Jony yang penasaran juga ikut memberanikan diri untuk masuk.

Tapi, saat ia masuk. Ia tidak melihat sosok Cempaka di dalam ruangan itu.

“Ada apa? Cari siapa?” tanya salah satu siswa yang ada di ruangan no 5 itu.

“Barusan, ada cewek yang masuk ke kelas ini. Namanya siapa?” tanya Jony.

“Cewek? Orangnya kaya mana?” tanya siswa itu.

“Orangnya putih, tinggi segini! Terus dia pakai dres putih dibawah lutut. Rambutnya segini!”

Siswa itu menggeleng, “Gak ada siswi dengan ciri-ciri yang kamu sebutkan. Dan kamu, bukan orang pertama yang melihat dan bertemu sosok itu. Tapi alhamdulilah, aku sendiri gak pernah ketemu. Dan mudah-mudahan gak ketemu,” ucap siswa itu sambil menyentuh dadanya sendiri. Ia tersenyum dan melirik kearah samping.

Akhir-akhir ini, memang banyak siswa yang melihat sosok Cempaka. Terutama Radit dan kawan-kawannya. Tapi, Radit tidak pernah bertanya atau berkata pada siapapun. Karena, Radit pikir Cempaka memang lah siswi biasa.

“Sosok? Dia setan maksudmu?” tanya Jony.

“Mungkin!” balas siswa itu.

“Hahahaha.. Hari gini percaya setan, kebanyakan nonton film horor di bioskop!” terbahak lah Jony. Membuat siswa yang ada di hadapannya itu menggelengkan kepala.

“Ya udah, kalau kamu gak percaya. Kamu bisa cari perempuan itu sampai ketemu,” kata siswa itu kepada Jony. Bukannya tidak tau di mana keberadaan Cempaka, tapi pemuda itu lebih memilih untuk diam dan tidak ikut campur dengan masalah orang-orang yang ada di sekitarnya.

Ibrahim, siswa yang berada di kelas no 5. Memiliki kemampuan melihat mahluk tak kasat mata. Tapi, ia selalu menyembunyikan kemampuannya itu. Dan seolah tidak melihat hal-hal yang ada diluar nalarnya.

Karena benar-benar tidak menemukan keberadaan gadis yang ia cari, Jony pun segera keluar dari ruangan itu.

“Jangan ikut campur!” tiba-tiba, Cempaka berada di hadapan siswa yang bernama Ibrahim dan akrab dengan sebutan Ibra itu.

Ibra seolah-olah tidak melihat keberadaan Cempaka. Ia tetap fokus dan berjalan lurus menuju mejanya.

BERSAMBUNG!

.

.

.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓘𝓫𝓻𝓪 𝓪𝓷𝓪𝓴 𝓲𝓷𝓭𝓲𝓰𝓸 𝓷𝓲𝓱🤗🤗🤗🤗🤗

2022-10-14

0

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

Si Ibra insigo, jadi Cempaka tersinggung dia di bicarakan y

2022-07-16

3

𝐀⃝🥀🅙🅞🅚🅔🅡 N.𝐀⃝

𝐀⃝🥀🅙🅞🅚🅔🅡 N.𝐀⃝

besok pasti ketemu lgi kok Jon tapi Jan nyesel ya pas ketemu

2022-07-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!