Bagian 16

Sore itu, setelah kuliah usai. Radit pamit kepada teman-teman untuk pulang belakangan, ia berkata masih ada keperluan di kampus itu. Jadi, ia meminta teman-teman nya pulang lebih dulu.

“Dit, ayo pulang!” ajak Toni.

“Kalian pulang duluan aja, ya,” kata Radit.

“Kenapa gak pulang bareng? Emang kamu mau kemana?” tanya Toni lagi. Ketiga temannya itu sudah di atas motor.

Farhan menaiki motornya sendiri, sedangkan Toni membonceng Sarah. Mereka sudah siap-siap untuk meninggalkan kampus itu.

“Aku masih ada urusan sebentar, kalian pulang aja duluan.” Radit sengaja tidak memberi tahu ketiga temannya itu. Karena Ibra mengatakan, ingin bicara berdua saja.

Setelah itu, ketiga temannya segera pulang. Tinggallah Radit seorang diri, ia segera pergi menuju lorong utara. Setelah sampai di tengah-tengah lorong utara, ternyata disana sudah ada Ibra yang duduk sembari menundukkan kepalanya.

“Ibra!” panggil Radit. Ibra mengangkat sedikit kepalanya. Ia hanya diam saat menatap wajah Radit.

“Kamu mau ngomong apa?” Radit mendekati Ibra yang duduk di sebuah kursi itu.

“Enggak jadi, aku gak jadi ngomong apapun.” Ibra berbicara dingin, tidak seperti Ibra yang biasanya.

“Kamu yakin? Katanya kamu mau ngasih tau sesuatu ke aku?” Radit menatap wajah Ibra dengan intens. Ia curiga dengan orang yang ada di hadapannya. Seperti sosok yang berbeda.

Yang sebenarnya terjadi adalah, sosok yang ada di hadapan Radit bukanlah Ibra. Melainkan Cempaka yang sengaja merubah wujudnya menjadi Ibra, ia tidak ingin Radit mengetahui semuanya sebelum waktunya tiba.

Di dalam toilet yang ada di pojok kampus, Ibra terkurung. “Cempaka, buka pintu ini!” teriak Ibra sembari menggedor-gedor pintu toilet dengan keras.

“Setan sialan!” maki Ibra. Karena tidak ingin terjadi sesuatu pada Radit, Ibra pun mencoba mendobrak pintu toilet itu dengan sekuat tenaga.

Bruk bruk bruk! Dubrag! Setelah pintu toilet itu terbuka, Ibra segera berlari secepat mungkin menuju dimana lorong utara berada. Lorong gelap yang sangat sepi.

Napas nya tersengal, keringat mengucur di keningnya. Ia terus berlari, hingga tibalah ia di lorong utara. Di sana ia melihat Radit yang berbicara dengan sosok Cempaka.

“Radit!” teriak Ibra sembari berlari mendekat.

Karena tidak ada jawaban dari Radit, Ibra pun menghentikan langkahnya. Ia membaca sesuatu, terlihat dari komat kamit mulutnya. Setelah selesai membaca doa, Ibra pun mendekati Radit.

“Kamu yakin, kamu lupa atau gimana? Kamu sendiri yang meminta aku kesini?”

Puk.. Ibra menepuk punggung Radit, membuat Radit spontan menoleh. Radit begitu terkejut, melihat Ibra yang ada di belakangnya dengan wajah memerah di penuhi keringat dan juga napas yang tersengal-sengal.

“Ibra, kok kamu?” Radit menoleh kedepannya. Tapi sosok Ibra yang pertama sudah lenyap. Radit semakin terperanjat kaget di buatnya.

“Duduk, Dit. Jangan panik!” ujar Ibra sembari mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya. Pemuda Indigo itu benar-benar kehausan.

Setelah ia menegak setengah botol dari air mineral itu, barulah ia menawari Radit.

“Mau minum?” tawar Ibra menggunakan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya, mengusap keringat yang jatuh di kelopak matanya.

“Aku syok!” Radit memegangi dadanya. “Kalo ini kamu, terus yang tadi siapa?” tanya Radit pada Ibra.

“Dia Cempaka, dia menggunakan kekuatan ilusi dan menutup pandangamu terhadapnya!” jelas Ibra. Radit memicingkan matanya, ia tidak begitu paham dengan penjelasan Ibra.

“Ilusi, maksudmu?”

“Dia itu bukan manusia, Radit. Dia itu arwah penasaran,” kata Ibra. Membuat Radit semakin bingung antara percaya atau tidak. Tapi yang pasti, jiwa berani Radit mulai menciut setelah melihat sosok Ibra yang pertama lenyap begitu saja.

“Kamu gak percaya!” Ibra membuka kembali tasnya. Dan mengeluarkan lembaran kertas. Yaitu, kertas biodata Cempaka semasa menjadi mahasiswi di kampus itu.

“Hah! Ini benar-benar gila!” mulut Radit menganga lebar. Bagaimana bisa? Di dalam kertas itu tertera tahun 1982, dimana tahun papa-nya berkuliah di kampus itu.

“Sepertinya dia mati di kampus ini, dan jasadnya masih ada disini, tapi aku tidak tau apa penyebab kematiannya,” kata Ibra.

Di ujung ruangan itu. “Aku akan membunuhmu anak sialan!” sosok Cempaka ingin murka, tapi setelah mendengar perkataan Ibra setelah itu, ia menjadi terdiam.

“Aku sudah putuskan, akan membongkar kasus ini sampai tuntas. Bagaimana menurutmu?” ujar Ibra. Pemuda itu juga meminta usulan Radit.

“Aku setuju, aku juga akan tanyakan hal ini pada papa-ku. Karena sepertinya, Cempaka inilah yang pernah beliau cari-cari karena hilang tanpa jejak.”

.

.

.

BERSAMBUNG!

Nanti kalau sempat, up lagi agak sorean!

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓒𝓮𝓶𝓹𝓪𝓴𝓪 𝓬𝓾𝓻𝓱𝓪𝓽 𝓵𝓪𝓱 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓘𝓫𝓻𝓪 𝓳𝓭 𝓷𝓪𝓷𝓽𝓲 𝓭𝓲 𝓽𝓸𝓵𝓸𝓷𝓰𝓲𝓷🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2022-10-14

0

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

𝗝⍣⃝Ⓜ️oonalisa✰😘💕

Nah kan Cempaka salah faham... Ibra itu mau membantumu,bukan malah kamu menyakiti dua

2022-07-18

1

𝐀⃝🥀🅙🅞🅚🅔🅡 N.𝐀⃝

𝐀⃝🥀🅙🅞🅚🅔🅡 N.𝐀⃝

gimana cempaka masih mau bunuh Ibra juga gak

2022-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!